Menurut saya, pada dasarnya game yang diangkat dari lisensi film itu terdiri dari dua jenis. Pertama adalah game yang bisa dinikmati walau belum menonton filmnya, sementara kedua yaitu game yang nyaman dimainkan setelah kamu menyaksikan filmnya. Game tipe pertama punya cerita sama dengan si film, sedangkan tipe kedua berisi cerita orisinal yang melengkapi cerita filmnya.
Lego Star Wars: The Force Awakens termasuk game adaptasi film tipe pertama. Game ini punya cerita kurang lebih sama dengan film Star Wars: Episode VII – The Force Awakens. Jadi kamu bisa menikmatinya walau belum menonton film tersebut, asal kamu sudah mengenal cerita dan sejarah dunia Star Wars dengan cukup akrab.
Sayangnya, mengadaptasi film berdurasi dua jam ke dalam game dengan waktu main belasan jam bukan hal mudah. TT Games selaku studio developer mengambil langkah salah dengan memasukkan banyak “konten orisinal” alias filler untuk memanjangkan cerita. Alhasil, meski ada momen-momen seru seperti di film, pengalaman yang disajikan lebih sering terasa monoton dan membosankan.
Nostalgia dadakan
Sejak pertama kali game dimulai, Lego Star Wars: The Force Awakens sudah langsung menghadapkan kita dengan dua adegan filler yang tak berhubungan dengan cerita. Pertama adalah adegan pertempuran Han Solo dan kawan-kawannya di Endor. Kemudian disusul pertarungan klimaks antara Luke Skywalker, Darth Vader, dan Emperor Palpatine dari akhir Star Wars: Episode VI – Return of the Jedi.
Adegan-adegan tersebut mungkin akan membangkitkan nostalgia bagi penggemar setia Star Wars. Namun dalam konteks game ini sendiri, keduanya sama sekali tidak berhubungan dan tidak menambah nilai apa pun dalam cerita. Nostalgia ke Star Wars lama pada akhirnya hanya terasa seperti level tutorial yang canggung. Atau konten tambahan yang dipaksa masuk supaya game ini jadi lebih panjang.
Ketika adegan berpindah ke cerita utama Star Wars: Episode VII – The Force Awakens pun, transisinya terasa sangat kaku dan tidak disampaikan dengan baik. Buruknya transisi adegan seperti ini menjadi penyakit yang terus muncul sepanjang game. Kesal sekali rasanya, sudah capek menyelesaikan level tapi hanya dihadiahi cerita singkat yang terpotong secara tiba-tiba.
Sebagai sebuah game bertema Star Wars, saya berharap menemukan parodi dengan candaan yang lucu dan menyentil khasnya. Tapi ternyata humor yang disajikan kebanyakan hanya berupa slapstick biasa. Lelucon berunsur Lego—misal adegan lepasnya anggota tubuh karakter—terlalu banyak dan diulang-ulang, sehingga dengan cepat menjadi garing dan membosankan.
Kadang-kadang serius
Bagian-bagian menarik dari Lego Star Wars: The Force Awakens justru muncul ketika game ini sedang menyajikan adegan cerita yang serius. Beberapa poin penting seperti reka ulang duel antara Finn dan TR-8R, perkelahian Han Solo melawan geng Kanjiklub, hingga pertarungan lightsaber melawan Kylo Ren di akhir cerita, semua digambarkan dengan cukup seru.
Kamu bisa mengendalikan berlusin-lusin karakter seri Star Wars, masing-masing dengan kemampuan berbeda. Tergantung dari karakter yang kamu bawa, cara penyelesaian level bisa bervariasi. Ini menarik bila kamu suka memainkan level berulang-ulang untuk mengoleksi semua rahasia yang ada dalam game.
Bongkar pasang mainan yang menjadi ciri khas Lego tentunya juga tak ketinggalan. Banyak puzzle ringan yang akan kamu temui sepanjang permainan, dan kemampuan karakter saja tak cukup untuk menyelesaikannya. Kamu harus memanfaatkan keping-keping Lego untuk membangun benda-benda tertentu, mulai dari tangga sampai meriam laser. Meski tidak menantang, menyelesaikan puzzle tetap terasa cukup menghibur.
Keseruan reka ulang adegan film tak hanya terjadi di darat, tapi juga di angkasa. Terdapat beberapa level di mana kamu melakukan pertarungan udara mengendarai X-Wing atau Millenium Falcon. Saya terkejut karena adegan-adegan dogfight memiliki kontrol yang baik, meski terbilang sederhana. Andai bagian dogfight dipisah jadi game sendiri, game tersebut rasanya berpotensi sukses di pasaran.
Mungkin seharusnya TT Games menjadikan Lego Star Wars: The Force Awakens game serius sekalian, karena bagian-bagian ini justru benar-benar menarik. Sayang, porsi serius game ini mungkin hanya sepertiga dari keseluruhan. Sisanya adalah adegan tak penting yang dipanjang-panjangkan. Ini Star Wars, saya ingin pergi berperang, bukannya malah mondar-mandir mengumpulkan biskuit untuk Chewbacca.
Kuantitas tak diimbangi kualitas
Saya cukup salut pada upaya TT Games menyajikan reka ulang adegan Star Wars: Episode VII – The Force Awakens lewat gameplay yang beraneka ragam. Mulai dari adu pukul, baku tembak, manipulasi Force, hingga dogfight, semua ada di sini.
Sayangnya variasi gameplay tidak diimbangi oleh kualitas polesan yang apik. Banyak kekurangan dari sisi teknis yang membuat saya cukup terganggu. Dari segi visual, mata saya “sakit” melihat frame rate tak stabil dengan baluran motion blur berlebihan di atasnya. Selain itu warna-warna yang digunakan terlalu cerah, sehingga sulit membedakan antara objek yang bisa diajak berinteraksi dan yang tidak bisa.
Kontrol pertarungan juga terasa floaty dan kurang responsif. Saya sering kebingungan di sesi baku tembak, karena peluru saya tidak mengenai musuh padahal terlihat kena. Bermain multiplayer cukup membuat frustrasi, sebab game ini menggunakan tampilan split-screen yang berputar-putar dan memusingkan. Fitur sok keren ini rasanya harus dimusnahkan dari muka bumi.
Saya juga sempat mengalami crash dua kali, serta satu bug konyol yang membuat saya stuck dan tidak bisa menyelesaikan pertarungan terakhir. Padahal saya main di PS4. Entah bagaimana kualitas teknis versi lainnya, semoga saja tidak seburuk ini. Yang jelas pengalaman main saya secara keseluruhan tidak bisa dibilang menyenangkan.
Kesimpulan
Lego Star Wars: The Force Awakens adalah game yang cukup variatif, tapi membosankan. Cerita di dalamnya disampaikan dalam bentuk humor, tapi tidak lucu. Dan meski game ini punya beberapa momen seru saat reka ulang adegan film, keseruan tersebut jumlahnya hanya sedikit. Sisanya hanya filler yang dipaksakan masuk agar game menjadi terasa panjang.
Untuk orang-orang yang malas menonton film Star Wars: Episode VII – The Force Awakens, game ini bisa jadi alternatif untuk mengetahui ceritanya. Tapi kalau disuruh memilih, saya jelas akan memilih menonton saja. Lebih baik meluangkan waktu dua jam untuk pengalaman menyenangkan, daripada menghabiskan waktu belasan jam untuk game garing yang bahkan sampai membuat saya ketiduran.
Steam Link: LEGO® STAR WARS™: The Force Awakens, Rp269.999
PS Store Link: LEGO® STAR WARS™: The Force Awakens (PS4), Rp799.000
PS Store Link: LEGO® STAR WARS™: The Force Awakens (PS3), Rp666.000
PS Store Link: LEGO® STAR WARS™: The Force Awakens (PS Vita), Rp547.000
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)
The post Review Lego Star Wars: The Force Awakens – Adaptasi yang Tak Perlu appeared first on Tech in Asia Indonesia.