Tak terasa waktu sudah berjalan hampir sebulan lebih sejak Niantic Labs merilis Pokémon GO di bulan Juli 2016. Dalam kurun waktu yang sebentar, game AR buatan Niantic ini telah menjadi fenomena yang ramai diperbincangkan berbagai kalangan di seluruh penjuru dunia. Tak sedikit pula di antara mereka yang menanggapi game ini dengan negatif, bahkan hingga berujung pada pelarangan di beberapa negara seperti Malaysia, Iran dan Cina.
Sebagai game yang paling saya nantikan sejak pengumumannya pertama kali di September tahun 2015, terus terang saya sangat antusias menunggu kemunculan game ini hingga tak sabar untuk segera memainkannya saat Niantic baru merilis Pokémon GO di wilayah Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru.
Berhubung pada preview bulan kemarin saya cukup banyak menyinggung elemen gameplay dari Pokémon GO, maka tujuan saya dalam ulasan kali ini adalah membahas beberapa poin penting yang didapatkan dari hasil perkembangan saya bermain game ini selama sebulan. Mengapa Pokémon GO belum pantas menyandang skor nilai sempurna? Silakan ikuti penjelasan lebih lengkapnya berikut ini.
Simplifikasi game Pokémon yang nyaris sempurna, andaikan…
Sederhana mungkin bisa menjadi kalimat yang cocok untuk menggambarkan Pokémon GO. Inti dari permainan Pokémon GO sebetulnya kurang lebih sama seperti game Pokémon yang selama ini kita kenal, hanya saja tidak ada cerita, fitur komplet, trading, dan opsi untuk mengadu monster Pokémon satu lawan satu di luar Gym. Well … setidaknya untuk saat ini.
Sekadar penjelasan ulang bagi kamu yang mungkin saja hingga detik ini belum memutuskan untuk bermain Pokémon GO, misi dari permainan game ini sebetulnya bersifat terbuka dan kamu sendiri dibebaskan untuk mengejar tujuan manapun yang kamu mau.
Apapun tujuanmu bermain, entah itu menjadi jawara Gym di kompleks lingkungan tempat tinggalmu, mengoleksi semua Pokémon dalam Pokédex, atau menjalin komunitas pertemanan yang solid, intinya Pokémon GO merupakan medium untuk berinteraksi dengan pemain lain, komunitas, dan juga lingkungan sekitar kita.
Nilai jual Pokémon GO sendiri terletak pada interaksi lingkungan sekitar pemain untuk dimanfaatkan sebagai dunia perburuan monster yang tak akan pernah ada habisnya. Niantic Labs menawarkan kesan game yang cukup menarik lewat kehadiran ratusan monster Pokémon klasik dari wilayah Kanto. Kamu yang mengikuti serial Pokémon maupun yang tidak, mungkin kamu cukup familier dengan aneka ragam monster Pokémon GO karena efek komik, anime, dan mainan Pokémon yang sudah ada semenjak 20 tahun lalu.
Meskipun pada awalnya apa yang ditawarkan Niantic terlihat cukup menarik, namun seiring dengan perkembangan waktu, saya pun menyadari beberapa kekurangan yang membuat game ini terasa sedikit cacat, terutama dari segi mekanisme Nearby Pokémon dan perlindungan game dari ulah cheater. Dua hal ini mencederai pengalaman bermain Pokémon GO sehingga dengan berat hati saya tidak bisa memberikan nilai sempurna terhadap game ini.
Rengkuh pemain sebanyak-banyaknya dulu, perbaiki mekanisme yang rusak nanti
Salah satu masalah yang berulang kali ini menjadi sorotan dalam Pokémon GO adalah betapa buruknya cara Niantic Labs mengomunikasikan game mereka kepada pemain. Alih-alih menggunakan desain antarmuka yang sangat minimalis untuk menghadirkan kesan ringkas, bersih, dan memudahkan pemain Pokémon GO, Niantic justru membuat kita bingung dengan penjelasan gameplay yang buruk, terutama dari fungsi Nearby Pokémon.
Saya masih ingat dengan munculnya berbagai teori bikinan pemain yang berupaya memecahkan fungsi Nearby Pokémon saat game tersebut dirilis di bulan Juli silam. Meskipun kelihatannya membantu, namun pada kenyataannya, tidak ada satu pun teori tersebut yang benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga fitur tracking Pokémon game ini terlihat kurang matang dari segi konsep dan juga penjelasan.
Buntutnya, setelah para pemain Pokémon GO terbiasa menggunakan fitur Nearby Pokémon yang cukup absurd, Niantic Labs justru mengganti mekanisme game ini dengan model baru tanpa ada penjelasan sama sekali mengenai mekanisme yang lama.
Hal tersebut sempat membuat sebagian pemain bertanya-tanya dengan arah permainan Pokémon GO. Buntutnya, saat tulisan ini dibuat, banyak pemain yang merasa dijadikan kelinci percobaan oleh Niantic, dan tak sedikit pula di antara mereka yang memberikan penilaian buruk saat menulis review, bahkan hingga meminta pengembalian uang atas pembelian IAP Pokémon GO.
Didera cheater yang merusak nikmatnya pertarungan Gym
Masalah lain yang saat ini sedang menjadi kanker dalam Pokémon GO adalah kurang efektifnya upaya Niantic melindungi game mereka dari kecurangan pemain yang menggunakan GPS Spoof dan situs penyedia peta Pokémon tracker seperti PokéVision dan lain-lain.
Kombinasi dua aplikasi ini menjadi trik curang yang mencederai kesenangan dan esensi dari permainan Pokémon GO. Dengan trik yang sama pula, kamu bahkan merebut sebuah Gym dari jarak jauh tanpa harus meninggalkan ruangan, sehingga merepotkan para pemain yang bermain secara jujur dengan mendatangi lokasi Gym dan PokéStop satu demi satu.
Walaupun agak sedikit terlambat, namun Niantic telah melakukan tindakan preventif dengan cara menutup beberapa situs penyedia Pokémon tracker yang jumlahnya tidak sedikit. Di luar tindakan pelaporan oleh pemain sendiri, saat ini saya tidak tahu langkah apa yang sedang dipersiapkan Niantic untuk menghentikan kecurangan dalam Pokémon GO.
Berhubung sekarang aktivitas berebut Pokémon Gym sedang dicemari ulah oknum cheater yang merusak sportivitas bermain, tujuan bermain Pokémon GO saat ini tak lebih dari sekadar kesenangan menangkap dan mengoleksi monster Pokémon saja. Well, setidaknya hingga Niantic membasmi cheater pengguna GPS Spoof dan menyeimbangkan ekosistem Pokémon GO seperti sedia kala.
Presentasi menawan dengan musik yang terus terbayang di telinga
Dari segi penampilan, Pokémon GO bisa dibilang merupakan salah satu game Pokémon bergrafis 3D paling bagus di platform mobile. Hal ini wajar mengingat game Pokémon sebelumnya yang kita peroleh adalah Pokémon Shuffle, game puzzle match-3 dengan tampilan Pikachu, Bulbasaur, dan kawan-kawan.
Walau kurang banyak variasi, namun tampilan animasi karakter dan presentasi game ini sudah cukup menarik perhatian kita, apalagi hal ini juga cukup terbantu berkat pemilihan desain antarmukanya yang minimalis.
Untuk pemilihan musik, Pokémon GO jelas terbantu sekali dengan arahan Junichi Masuda. Komposer asal Jepang yang mengisi latar musik di beberapa seri Pokémon tersebut kembali memberikan atmosfer permainan yang sangat autentik dengan serial game ini.
Mulai dari tempo musik battle dan musik menangkap monster yang mendebarkan, hingga sekadar musik pengiring saat kamu berjalan mencari Pokémon, semuanya memberikan kesan yang kuat sehingga kamu dengan mudah bisa mengenali musik game ini saat orang lain mengaktifkan Pokémon GO di dekat kamu. Good job Masuda-san!
Monetisasi yang menggoda kantong para pemain ambisius
Sebagai game freemium dengan akses permainan yang sepenuhnya bisa dinikmati pemain, IAP yang Niantic Labs terapkan dalam Pokémon GO saya rasa cukup bersahabat, karena sama sekali tidak membebani para pemainnya. Di Pokémon GO, Niantic memperkenalkan mata uang Pokécoins yang bisa kamu peroleh dengan cara merebut Pokémon Gym setiap harinya.
Pokécoins merupakan mata uang yang kamu perlukan untuk membeli beberapa item permainan secara instan, mulai dari bundel PokéBall, Lure, Incense, dan lain-lain. Berhubung aksi memperebutkan Gym adalah sesuatu yang cukup sulit di beberapa wilayah (mengingat kendala cheater yang telah dijelaskan tadi), alhasil membeli bundel Pokécoins di saat terdesak, seperti saat kehabisan PokéBall, menjadi model monetisasi yang lumrah meskipun harganya sendiri agak mahal.
Pokécoins dijual dalam bundel dengan rentang harga yang bermacam-macam. Harga paling murah adalah Rp15.000 untuk 100 Pokécoins, dan yang paling mahal Rp1,5 juta dengan isi 14.500 Pokécoins. Membeli IAP Pokécoins bukanlah hal yang wajib untuk kamu lakukan kecuali bila kamu membutuhkan item spesial seperti bundel Lure Module untuk menggelar acara pesta Lure di lokasi tertentu.
Kesimpulan: sebuah medium untuk merekatkan komunitas
Dengan kekurangan yang dimilikinya saat ini, Pokémon GO jelas bukanlah sebuah game yang sempurna, terlebih lagi jika kamu adalah gamer yang rutin mengikuti serial game Pokémon di console handheld Nintendo kesayangan. Ada cela dari segi teknis dan gameplay yang membuat kenikmatan game ini terasa kurang, apalagi dengan sistem Nearby Pokémon yang belum jelas sehingga pengalaman menangkap monsternya terkesan acak.
Terlepas dari kekurangannya, Pokémon GO adalah game dengan fitur AR dan Geo-Tagging GPS tersukses yang membuat beberapa pihak tergoda untuk menciptakan Pokémon GO versi mereka sendiri di masa yang akan datang.
Keuntungan yang diraup Niantic dan ekspos media terhadap efek bermain game ini sendiri juga tidak main-main besarnya. Tak heran jika kemudian ada pihak yang melabeli game ini dengan konotasi negatif, mulai dari membahayakan, haram, bahkan hingga yang sudah tidak bisa dinalar pikiran seperti istilah “aku Yahudi”.
Saat berfungsi dengan baik, Pokémon GO adalah game yang menyenangkan untuk dimainkan di sela-sela aktivitas kita. Saya pribadi lebih suka menyebut Pokémon GO sebagai alat untuk merekatkan sebuah komunitas. Semoga dengan alasan yang sama pula, Niantic bergegas meningkatkan kualitas game mereka agar lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Apapun yang terjadi ke depannya nanti, Pokémon GO adalah game tidak sempurna yang fenomenal dan game ini telah mendekatkan banyak pemain untuk mengejar satu tujuan yang sama, yaitu menjadi pemain terbaik dengan koleksi Pokémon terlengkap di genggamannya.
(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)
The post Review Pokémon GO – Hiburan Tidak Sempurna yang Mendunia appeared first on Tech in Asia Indonesia.