Dulu saya pernah berangan-angan bagaimana seandainya bila ada developer game Indonesia yang mencoba merilis game time management ala Cooking Dash, namun dengan nuansa cita rasa masakan lokal sebagai tema utamanya.
Angan-angan saya tadi tidak lepas dari peran Ramen Chain yang pada saat itu menjadi salah satu game time management buatan lokal dengan presentasi paling menarik yang pernah saya temukan di mobile. Kini setelah lebih dari tiga tahun, angan-angan saya tadi terwujud berkat Touchten yang merilis sebuah penerus spiritual Ramen Chain, namun dengan cita rasa lokal yang menggoda selera jari bermain saya. Seperti apa nikmatnya? Berikut adalah ulasannya.
“Warteg“: the Game
Warung Chain merupakan spin-off dari serial game Ramen Chain yang dirilis oleh Touchten. Sekadar informasi bagi kamu yang belum tahu. Tahun lalu Touchten juga telah merilis Ramen Celebrity yang bisa dibilang merupakan sekuel Ramen Chain namun hadir di bawah naungan situs komedi terbesar di dunia yaitu 9GAG.
Pada dasarnya Warung Chain adalah game time management yang permainannya kurang lebih hampir sama dengan Ramen Chain. Layaknya game time management pada umumnya, di sini pemain diajak untuk merangkai kombinasi makanan yang tepat dalam waktu yang sangat terbatas.
Untuk skema kontrolnya sendiri, saya yakin kamu yang pernah bermain game kasual seperti Kitchen Story, Ramen Chain, dan lainnya tidak akan mengalami kesulitan dalam menjalani permainan Warung Chain. Begitu pelanggan datang, kamu harus tap sesuai aneka ragam lauk, sayur, dan nasi yang tersedia sesuai dengan pesanan mereka.
Seandainya kamu salah dalam mengatur lauk yang ada di piring pesanan mereka, maka mau tak mau kamu harus mengulang pengaturan piringmu dengan jalan membuang lauk dan nasi yang ada di atasnya. Hmm … mubazir juga, batin saya.
Ragam karakter dan variasi kuliner yang penting untuk menghilangkan kejenuhan
Sebagai pengelola warung, tugasmu satu-satunya adalah memenuhi aneka ragam permintaan masakan pelanggan yang sedang singgah ke dalam warung kamu.
Berhubung warung sering menjadi rujukan tempat makan dengan harga yang bersahabat bagi semua kalangan, otomatis akan ada banyak sekali jenis pengunjung yang mampir ke warung kamu, mulai dari pak polisi, wanita kantoran, kernet bus, siswa sekolah, bahkan hingga jagoan romawi kuno dari game Brave Warriors juga ikut-ikutan memesan makanan di tempatmu.
Kehadiran variasi karakter pembeli tadi tidak hanya menjadi pemanis belaka. Beberapa di antara mereka ada juga yang memiliki perilaku khusus seperti durasi memikirkan masakan lama yang memaksa kamu untuk memprioritaskan pembeli lainnya.
Selain itu terdapat juga tipe pelanggan lainnya yang saya rasa memiliki durasi permintaan paling cepat, sehingga kamu perlu mengutamakan layananmu kepadanya, demi pencapaian skor bintang sempurna.
Agar kamu tidak jenuh dengan tema “merangkai” masakan yang itu-itu saja, kali ini Touchten menghadirkan variasi masakan baru yang akan terbuka bila kamu berhasil menyelesaikan level yang diminta.
Yep, Tak hanya sekadar aksi menyajikan masakan khas warteg saja, di beberapa level game ini kamu juga diajak untuk menyediakan variasi makanan lainnya seperti Martabak Bandung dan bakso Malang.
Berhubung saya berdomisili di Malang, disertakannya masakan khas kota ini di Warung Chain memberikan kesan sentimental yang menyenangkan karena baru pertama kalinya saya melihat ada bakso kota saya muncul dalam sebuah game.
Keberadaan variasi makanan yang disesuaikan ciri khas wilayah di Indonesia ini jelas bisa menjadi potensi menarik yang bisa dimanfaatkan Touchten untuk update Warung Chain ke depannya nanti.
Bayangkan saja bila di kemudian hari, Touchten merilis update level baru di mana ciri khas masakan kota lainnya diangkat sebagai jenis makanan warung kamu berikutnya. Menyertakan masakan Minang untuk kota Padang atau Lontong Balap dan Lontong Kupang untuk wilayah Surabaya di update berikutnya mungkin. Apapun itu, yang jelas keberadaan variasi masakan lainnya cukuplah diperlukan untuk Warung Chain.
Presentasi jempolan dari Touchten
Masih melanjutkan predikat yang diraih game Ramen Chain sebelumnya, Warung Chain masih termasuk sebagai game time management dengan presentasi terbaik di platform mobile. Melalui penggunaan aset grafis 2D yang diusung oleh Touchten, Warung Chain mempunyai kualitas visual menarik dan rapi yang membuat game ini tak kalah unggul dibandingkan game sejenis buatan luar negeri.
Untuk presentasi di bagian suara, apa yang ditampilkan Warung Chain sendiri juga terbilang bagus berkat reaksi pelanggan yang begitu kental dengan nuansa Indonesianya, lengkap dengan logat dan aksen obrolan yang familier oleh telinga kita. Meskipun bagian musiknya sendiri terkadang terkesan repetitif, namun hal tersebut tidak akan mengurangi keseluruhan kesan yang dirasakan pemain.
Monetisasi tipikal game freemium penuh iklan di mana-mana
Sebelum berbicara mengenai IAP, saya perlu menyoroti perbedaan antara Warung Chain dengan game sebelumnya Ramen Chain, terutama dalam hal monetisasi. Sebagai game freemium, Touchten menerapkan model monetisasi merepotkan, di mana pemain diwajibkan untuk mengunduh app tertentu guna mengakses level Weekly Challenge di menu utama.
Sebagai penikmat game yang tak suka diganggu iklan intrusif, hal ini jelas menjadi masalah bagi saya karena app yang ditawarkan sendiri terkesan dipaksakan kepada pemain hanya agar mereka bisa mengakses mode baru yang disediakan.
Dalam mode Weekly Chalenge tadi para pemain bisa mendapatkan poin Kadosaku yang menjadi salah satu “nilai jual” dalam game ini. Bagi kamu yang tidak tahu apa itu Kadosaku, fitur ini adalah semacam sistem penukaran poin berhadiah yang menggoda para pemainnya dengan aneka reward menarik mulai dari pulsa, voucer belanja, dan lain-lain.
Jadi, bila kamu tergolong sebagai gamer pemburu hadiah, mau tak mau kamu harus mengikuti langkah yang telah dijelaskan tadi.
Masih dalam hal monetisasi, Touchten kali ini mengganti fitur upgrade warung yang sebelumnya ada dalam Ramen Chain, dan mengubahnya dengan sistem unlock level menggunakan koin yang pemain peroleh dari penyelesaian level.
Jumlah perolehan koin sendiri akan dilipat gandakan jika kamu bersedia menonton video iklan yang diselipkan Touchten di setiap akhir level. Dengan metode yang sama pula, kamu juga bisa menggandakan log in reward dua kali lipat seandainya bersedia menonton video iklan lainnya.
Cukup banyak sekali model penerapan iklan yang disertakan ke dalam game Warung Chain, mulai dari video ads, pemasangan app yang intrusif, hingga tutupan banner iklan pada bagian bawah layar permainan. Masalahnya adalah, Touchten tidak memberikan solusi untuk menghilangkan iklan-iklan tersebut meskipun kita sudah membeli IAP emas yang disediakan.
Hal ini membuat kita mau tak mau perlu membiasakan diri (dan juga memaklumi) betapa agresifnya monetisasi ads yang terdapat dalam Warung Chain. Toh, Warung Chain sendiri bisa kamu unduh dan mainkan secara gratis tanpa perlu membayar IAP sepeser pun.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Warung Chain merupakan sebuah game time management apik yang begitu menghibur dan cocok dimainkan para penggemar game game kasual di luar sana. Lewat game ini, Touchten bisa dibilang telah berhasil menyajikan sebuah game time management yang cukup solid, baik dari segi presentasi dan juga gameplay.
Walapun kita menjumpai banyak sekali tawaran video iklan, mulai dari yang sifatnya komplementer hingga instalasi app yang masuk dalam taraf mengganggu, Warung Chain merupakan salah satu game lokal yang keberadaannya patut kita perhitungkan di bulan Mei.
Sebagai penutup, ijinkan saya undur diri dulu untuk melanjutkan karir saya sebagai pedagang warung bakso Malang terenak se-Malang raya. Selamat bermain.
The post Review Warung Chain: Go Food Express – Penerus Ramen Chain yang Didambakan appeared first on Tech in Asia Indonesia.