Quantcast
Channel: iOS Reviews – Tech in Asia Indonesia

Review Adventures of Mana – Kisah Klasik dengan Wajah Modern

$
0
0

Review ini pertama dipublikasikan pada 23 Februari 2016 dan kami majukan kembali untuk merayakan perilisan Adventures of Mana di PS Vita.


Perkembangan game di platform mobile lama kelamaan menjadi semakin gencar saja. Dengan bertambah banyaknya judul-judul berkualitas yang diperuntukkan bagi gamer nonkasual seperti Chaos Ring III, Knights of Pen & Paper 2, dan Vaingloryseolah-olah menunjukkan bahwa melakukan aktivitas gaming di platform mobile pun dapat memberikan pengalaman bermain yang sama mengesankannya dengan bermain di console atau PC.

Beberapa developer besar pun sudah mulai memperhitungkan platform mobile sebagai sarana gaming yang potensial. Tidak terkecuali Square Enix yang rajin melakukan porting judul-judul legendarisnya untuk mobile. Sebut saja Dragon Quest II, Final Fantasy IV, Final Fantasy VII, dan yang terbaru adalah Final Fantasy IX. Satu lagi judul berkualitas yang tidak boleh kamu lewatkan adalah remake dari Final Fantasy Adventure untuk Nintendo Game Boy yang kini hadir di Android dan iOS dengan nama Adventures of Mana.


Pohon Suci, Tree of Mana

Adventures of Mana | Art 1

Kisah Adventures of Mana berpusat pada seorang gladiator dari Glaive bernama Sumo (kamu dapat mengganti nama sang protagonis). Nahas, pertarungan hidup dan mati yang tak ada habisnya harus dijalani oleh Sumo beserta para gladiator lainnya hanya bertujuan untuk menjadi panggung hiburan untuk menyenangkan sang penguasa Glaive yang kejam, Dark Lord.

Namun takdir Sumo berubah seketika saat temannya sesama gladiator akhirnya tumbang dan sekarat. Ia menitipkan suatu misi penting di sela-sela nafas terakhirnya. Bahwa ada sebuah pohon sakti di gunung Illusia bernama Tree of Mana yang konon akan memberikan kekuatan mahadasyat bagi mereka yang menyentuhnya.

Adventures of Mana | Screenshot 29Kabar terburuknya sang Dark Lord pun juga tertarik meraih kekuatan tersebut untuk memperluas kekejamannya. Sumo pun diperingatkan untuk bertindak cepat dan mencari ksatria yang bertugas menjaga Tree of Mana. Berpegang pada amanat terakhir seorang sahabat, Sumo memutuskan untuk melarikan diri dan mencari upaya mencegah rencana Dark Lord agar tidak menjadi kenyataan.


Jadul, siapa takut?

Adventures of Mana | Screenshot 24

Adventures of Mana mungkin bisa dibilang mirip dengan The Legend of Zelda untuk NES. Keduanya mengusung genre action-adventure dengan tampilan sudut pandang dari atas, menyelipkan unsur puzzle, dan juga membagi dunianya kedalam area yang terkotak-kotak.

Terkait dengan statusnya sebagai sebuah remake, saya merasakan sekali elemen-elemen dari game klasik di dalamnya. Mungkin hal ini bisa menjadi suatu kelebihan atau sekaligus kekurangan tergantung preferensi masing-masing.

Adventures of Mana | Screenshot 14

Adventures of Mana | Screenshot 28

Segala hal yang memanjakan gamer generasi ini tidak akan kamu temukan. Misalkan hal-hal standar seperti keterangan objektif, penanda lokasi yang harus dituju, atau fitur teleportasi. Jika kamu tidak bisa bermain tanpa fitur-fitur tersebut, lebih baik berhenti membaca sampai di sini saja.

Tapi jika kamu tertarik mencoba atau malah pernah memainkan versi orisinalnya, tidak perlu cemas karena Adventures of Mana terlihat masih mengacu pada gameplay sejatinya. Kembali lagi mungkin saja ini bisa dilihat sebagai game yang malas dipoles dengan fitur baru, walaupun saya sendiri menilai hal ini adalah sebuah daya tarik.


Perpaduan The Legend of Zelda dan Final Fantasy

Adventures of Mana | Screenshot 19

Petualangan Sumo menghalangi rencana Dark Lord tentunya tidak akan mudah, ratusan musuh sudah siap menantangmu. Untungnya untuk mengalahkan penghalang, karaktermu akan didukung dengan beragam senjata, sihir, dan item. 

Uniknya lagi senjata yang kamu pakai tidak hanya berfungsi untuk menyerang, tapi juga untuk melewati berbagai rintangan. Di sini saya semakin melihat unsur dari game Zelda. Contohnya senjata kapak dan sabit rantai membantumu memotong pohon atau tanaman penghalang, gada berantai (flail) akan menarikmu menyebrangi jurang, dan gada berguna untuk meruntuhkan tembok rahasia.

Sedangkan untuk sihir, kamu dapat menggunakan elemen api, es, dan petir untuk menyerang musuh dan juga membuka jalan rahasia. Disertakan juga sihir penyembuh dan sihir pendukung pertarungan yang bisa menidurkan atau menyegel kemampuan sihir musuh.

Tentunya jurus-jurus tersebut dapat dipakai dengan mengonsumsi MP. Tak hanya itu, ada juga bar Limit yang ketika sudah terisi penuh akan mengizinkanmu untuk melancarkan serangan kuat, serangan ini akan berbeda tergantung dengan senjata yang kamu pasang.

Adventures of Mana | Screenshot 23

Adventures of Mana | Screenshot 8

Sebagai remake dari salah satu iterasi Final Fantasy, tidak mengherankan jika kamu akan menemukan berbagai referensi dari seri RPG tersebut. Ketika berhasil naik level, kamu akan dihadapkan dengan empat pilihan untuk mengembangkan kekuatan Sumo. Pilihan ini dilambangkan dengan kelas tradisional dari Final Fantasy yaitu:

  • Warrior

Meningkatkan damage serangan fisik.

  • Monk

Meningkatkan HP dan pertahanan.

  • Mage

Meningkatkan damage serangan sihir dan MP.

  • Sage

Mempercepat waktu pengisian meteran Limit.

Adventures of Mana | Screenshot 11

Tidak hanya itu kamu akan dihadapkan dengan macam-macam bos ikonik, karakter-karakter yang memakai atribut familier, serta kesempatan untuk menunggangi Chocobo! Kalau kamu cukup jeli, kamu juga pasti akan menyadari kalau warna kotak teks, kotak menu, dan efek suara ketika melakukan seleksi benar-benar khas Final Fantasy sekali.


Kontrol, antarmuka, dan fitur

Adventures of Mana | Screenshot 17

Sudah menjadi stigma tersendiri bahwa belum banyak game yang berhasil memberikan kenyamanan bermain di layar sentuh, apalagi jika game tersebut dimainkan dengan menggunakan tombol virtual.

Pada layar utama Adventures of Mana disediakan joystick virtual dinamis yang akan terus bergerak mengikuti posisi ibu jari sehingga kamu dapat mengeksekusi gerakan karakter dalam delapan arah dengan leluasa. Pada bagian kanan bawah terdapat dua tombol virtual. Tombol bawah untuk menyerang, tombol atas untuk menggunakan sihir atau item.

Sedangkan di kanan atas, disertakan juga tiga slot pintas (shortcut) untuk mempermudah penggantian senjata atau bisa juga berfungsi sebagai tombol tambahan untuk sihir atau item lainnya. Tidak lupa di bagian kiri atas disematkan peta mini yang dapat diperbesar ketika kamu sentuh untuk mengecek tujuan atau sekadar menandai lokasi penting.

Adventures of Mana | Screenshot 20

Adventures of Mana | Screenshot 4

Implementasi antarmuka yang diterapkan berwujud lingkaran yang simpel dan elegan. Kamu dapat melakukan equip senjata, sihir, armor, item dengan efisien. Sistem menu lingkaran ini juga muncul ketika kamu memilih senjata atau item yang hendak dibeli.

Beragam fitur modern tidak lupa disematkan untuk menunjang kenyamanan bermain. Pastikan kamu selalu melakukan Quick Save jika harus berpindah ke aplikasi lain ketika sedang asyik bermain, lalu jangan lupa juga untuk mengamankan progresmu di server Square Enix lewat fitur Cloud Save. Ada juga sistem achievement yang bisa kamu lengkapi, tersedia untuk Android maupun iOS.

Hal terakhir yang akan saya bahas bersifat opsional, tapi merupakan fitur yang tidak disangka-sangka. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya bahwa Adventures of Mana memiliki skema kontrol yang baik walaupun mengadopsi tombol-tombol virtual, tapi tentu saja pengalaman gaming nonkasual terkadang belum terasa maksimal jika belum menekan tombol fisik. Well, bergembiralah karena Adventures of Mana memiliki dukungan langsung dengan bluetooth controller!

Adventures of Mana | Photo 2

Saya tidak tahu apakah dukungan ini juga hadir di iOS atau tidak, karena saya memainkan Adventures of Mana di platform Android. Tapi saya cukup terkejut ketika tak sengaja membaca komentar di Google Play yang mengutarakan kalau ternyata game ini dapat dimainkan menggunakan controller Moga (merk yang cukup terkenal untuk bluetooth controller).

Dukungan ini pun sangat maksimal. Kamu tak perlu repot-repot memetakan tombol-tombol tersebut secara manual. Ketika saya menghubungkan smartphone saya dengan Ipega PG 9021, secara otomatis langsung terlihat tambahan keterangan mengenai tombol-tombol apa yang harus ditekan pada controller tersebut untuk menggantikan fungsi touch atau tombol virtual sepenuhnya.

Fitur ini mengizinkan kamu untuk dapat bermain tanpa harus menutupi layar sama sekali dengan tombol-tombol fisik yang pastinya membuat pengalaman bermain menjadi lebih nyaman dan akurat!


Evolusi grafis dan musik yang manis

Adventures of Mana | Screenshot 18

Grafis yang diusung oleh Adventures of Mana sangat memanjakan mata. Game ini hadir dengan penuh warna dan karakter-karakter imut yang berukuran cebol namun tetap berkharisma. Desain monster dan lingkungan pun cukup mendetil, luar biasa sekali kalau mengingat karakter-karakter ini sebelumnya hanya berwujud piksel dengan format warna hitam putih.

Komposisi musik pun juga masih mengacu pada aransemen orisinalnya. Drastis sekali rasanya jika mendengar musik pada Final Fantasy Adventure yang masih 8-bit seperti kebanyakan game di zaman itu, sekarang menjadi bergaya orkestra dan meriah. Nuansa klasik yang dimodernisasi pasti akan membuatmu betah berlama-lama dalam petualangan mobile ini.

Adventures of Mana | Photo 1

Perbandingan grafis Final Fantasy Adventure dan Adventures of Mana


Kesimpulan

Adventures of Mana | Art 2

Square Enix berhasil menghidupkan kembali judul klasiknya dengan sangat baik. Perubahan yang diimplementasikan sama sekali tidak mengurangi elemen-elemen penting dari karya orisinalnya, tapi malah menjadikan Final Fantasy Adventure cocok untuk dimainkan di era serba canggih ini dengan selubung bernama Adventures of Mana.

Cukup menantang memang untuk kembali lagi ke esensi game klasik yang terkenal dengan penyajian yang sederhana tapi menyimpan gameplay yang kompleks di dalamnya. Kamu dituntut untuk mengingat dan mengerti sendiri langkah apa yang selanjutnya harus kamu ambil, mencari petunjuk yang tersirat dalam perbincangan dengan NPC adalah suatu keharusan, dan kamu harus rela berkali-kali tersasar ketika mencoba menemukan Chocobo milikmu yang tertinggal. Belum lagi teka-teki yang disematkan ternyata masih sama susahnya dengan versi orisinal.

Adventures of Mana | Screenshot 21

Teka-teki legendaris yang sukses membuat para gamer kebingungan

Menurut saya Adventures of Mana sebenarnya dapat sedikit mempermudah para gamer dengan menyertakan beberapa fitur-fitur tambahan. Hal yang minor namun sesungguhnya dapat sangat berguna jika suatu saat ditambahkan pada update mendatang.

Sebut saja seperti penambahan kapasitas item (kamu hanya diizinkan membawa enam belas item), tampilan informasi nyawa musuh, dan yang terpenting adalah ditambahkannya keterangan di peta yang membedakan posisimu ketika di bawah tanah, atau di atas gunung, untuk mencegah kehilangan arah.

Akhir kata Adventures of Mana sangat layak masuk dalam deretan koleksi game mobile milikmu walaupun harganya terbilang tidak murah. Namun efek nostalgia yang diberikan, pengalaman klasik dengan polesan modern, dan dukungan controller tambahan yang baik menurut saya menjadi sebuah bargaining point yang cukup menggiurkan.

PlayStation Store US: Adventures of Mana, US$13,99 (sekitar Rp184.000)

Game Info
Adventures of Mana
SQUARE ENIX Co.,Ltd. -  Jun 27, 2016
Genre:  Role Playing
Size:   365M
Installs:   10,000 - 50,000
129,000
Download

(Diedit oleh Mohammad Fahmi)

The post Review Adventures of Mana – Kisah Klasik dengan Wajah Modern appeared first on Tech in Asia Indonesia.


Review Her Story – Menyusun Cerita dalam Kepala

$
0
0

Artikel ini pertama kami publikasikan pada 29 Juni 2015 dan dimajukan kembali untuk merayakan perilisan Her Story di Android.


Sebagai sebuah media interaktif, saya cukup heran kenapa tidak lebih banyak game yang berusaha menyampaikan narasi dengan cara yang lebih unik dari cara-cara yang sudah populer. Meskipun begitu, terkadang muncul beberapa game yang menyajikan sebuah pengalaman unik dan tidak terduga, baik dari segi naratif maupun cara bermainnya. Hal seperti inilah yang saya temukan dalam Her Story.

Her Story adalah sebuah game indie buatan Sam Barlow, seorang developer dengan pengalaman mengembangkan Silent Hill: Shattered Memories dan Aisle. Keunikan dari game ini langsung terlihat dari visualnya yang berwujud sebuah game FMV dengan tampilan komputer yang terkesan judul.

Meskipun memiliki visual layaknya game FMV, Her Story jelas tidak mengikuti stigma buruk yang hampir selalu melekat pada jenis game tersebut. Seperti apa sebenarnya game ini? Cek langsung di bawah.

Monolog Dua Arah

Her Story | Screenshot (1)

Apa yang perlu kamu lakukan di Her Story sangatlah simpel. Dalam game ini, kamu disajikan dengan ratusan video rekaman hasil interogasi kepolisian yang dilakukan kepada seorang wanita. Kamu hanya perlu mengecek database kepolisian dengan mengetik kata-kata tertentu yang berhubungan dengan kasus yang tengah jadi perbincangan atau yang berhubungan dengan kehidupan pribadi sang wanita.

Kata-kata yang perlu kamu cari adalah kata-kata yang diucapkan oleh wanita tersebut dari ratusan video yang ada. Untuk membuat game menjadi lebih misterius dan menantang, kamu hanya akan bisa melihat lima video teratas dari kata yang kamu cari. Sisanya harus kamu temukan dengan menyambung-nyambungkan fakta yang kamu lihat, baca, atau dengar dari video yang sudah kamu tonton. Saran saya, siapkan kertas di dekatmu untuk mencatat hal maupun kode baru yang perlu kamu cari dan pecahkan.

Her Story | Screenshot (2)

Dari premis simpel ini, kamu ditugaskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam kasus tersebut. Di sinilah game menjadi begitu menarik. Layaknya permainan puzzle, kamu tidak akan bisa mendapatkan gambaran besar tentang apa yang terjadi sebelum sebagian gambar tersusun.

Setelah beberapa bagian gambar tersusun, kamu mungkin akan mengetahui garis besar kejadian. Jangan heran kalau begitu kamu membuka lebih banyak video, apa yang ada di kepalamu langsung disanggah oleh fakta baru yang kamu pelajari. Jika kamu bersemangat untuk membongkar seluruh video yang ada, maka berbagai fakta-fakta menarik tentang cerita dalam Her Story akan terungkap dengan begitu uniknya kepadamu.

Her Story | Screenshot (3)

Dari segi gameplay, memang Her Story bukanlah sebuah pengalaman untuk semua orang. Tapi keunikan yang dimiliki game ini jelas membuatnya menjadi sebuah pengalaman yang tidak boleh dilewatkan sama sekali oleh para penggemar kisah fiksi, terutama kisah fiksi misteri ala cerita-cerita detektif.

Tidak lupa juga tentunya kualitas narasi dari game ini sangat didukung oleh penulisan naskah yang luar biasa dan juga akting yang sangat bagus dari sang wanita yang muncul di video. Sebuah nilai plus yang tentunya jarang ditemukan di game lain kecuali game dengan rekaman manusia asli.

Komputer Klasik

Her Story | Screenshot (4)

Tampilan dalam Her Story jelas terinspirasi dari desain antarmuka (interface) komputer Windows di tahun 90-an dulu. Di layar akan selalu terpampang aplikasi yang merupakan database video dari wanita yang diwawancarai oleh detektif tersebut. Di sekitar window aplikasi tersebut kamu bisa membuka file Read Me yang merupakan panduan cara bermain, bahkan kamu bisa juga menemukan sebuah mini game simpel ketika iseng-iseng memeriksa apa saja yang dapat ditemukan di layar.

Tampilan bergaya klasik ini jelas sangat membantu membuat tingginya tingkat immersion dalam Her Story. Gaya pakaian sang wanita di video juga sangat menggambarkan mode pakaian era  90-an. Kombinasi antarmuka, efek kamera, dan pakaian yang dikenakan aktris di Her Story membuat saya merasa seperti benar-benar sedang memandangi layar komputer tua di kantor polisi.

Kesimpulan

Her Story | Screenshot (5)

Saya tidak bisa membahas Her Story banyak-banyak … tidak, sebenarnya saya bisa membahas banyak sekali hal tentang Her Story, tapi saya memang menghindarinya. Kenapa? Karena ketika saya memainkan game ini, perasaan membuka satu per satu rahasia mencengangkan tentang kejadian dalam game merupakan sebuah perasaan luar biasa yang sudah lama tidak saya rasakan dalam kisah fiksi. Jika saya membahas cerita dalam Her Story lebih jauh, tentunya hal tersebut akan hilang dari kamu yang baru ingin memainkannya.

Yang jelas, saya hanya bisa memastikan kalau kamu suka dengan cerita fiksi bertema misteri, dan ingin tahu bagaimana jika sebuah cerita disampaikan dalam sebuah cara yang luar biasa unik dan menarik, melewatkan Her Story bukanlah pilihan. Dengan harga murah yang ditawarkan, serta pengalaman luar biasa disajikan, Her Story jelas masuk kandidat pengalaman fiksi paling tidak terlupakan yang saya nikmati tahun ini.

Game Info
Her Story
Sam Barlow -  Jun 25, 2016
Genre:  Adventure
Size:   1.0G
Installs:  N/A
39,000
Download

The post Review Her Story – Menyusun Cerita dalam Kepala appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Final Fantasy VII Mobile – Porting Setengah Hati

$
0
0

Review ini pertama dipublikasikan pada 3 September 2015. Kami memajukannya kembali untuk memperingati perilisan Final Fantasy VII di Android.


Final Fantasy VII merupakan salah satu seri yang memiliki banyak penggemar. Para fan telah menantikan kehadirannya kembali sejak Sony menayangkan video demo teknis untuk console PS3 yang menampilkan adegan pembuka Final Fantasy VII dengan pembaharuan grafis pada ajang E3 tahun 2005 silam . Tidak sedikit juga pihak yang mengungkapkan kegembiraannya saat Final Fantasy VII versi remake diumumkan di konferensi pers Sony pada ajang E3 2015 kemarin.

Final Fantasy VII di iOS merupakan porting dari Final Fantasy VII orisinal. Oleh karena itu, saya akan berusaha untuk memfokuskan ulasan ini kepada feel game secara keseluruhan di perangkat portabel dibandingkan membahas gameplay maupun kisah yang ada.

Apakah game ini sanggup membawa petualangan akbar Cloud dan kawan-kawan ke dalam genggaman? Mari simak pengalaman saya yang telah memainkannya selama dua minggu terakhir ini.

Final Fantasy VII | Screenshot 1

Kisah Epik yang Kini Berada dalam Genggaman

Menurut deskripsi yang tertera pada situs resmi Square Enix, Final Fantasy VII versi mobile merupakan porting langsung dari versi PC yang telah hadir di Steam sejak tahun 2012. Para pemain akan mendapatkan keseluruhan kisah tentang Cloud yang mencoba menyelamatkan dunia dari sebuah musibah besar.

Saya tidak menemui sedikit pun hal yang dipotong dari Final Fantasy VII orisinal. Entah itu fitur, plot cerita, maupun cutscene, semua masih sama, atau bahkan sedikit lebih baik dari yang saya ingat ketika memainkannya delapan belas tahun silam di console PSOne.

Final Fantasy VII Mobile | Screenshot 3

Presentasi yang Sangat Mirip dengan Versi Orisinal

Final Fantasy VII menghadirkan berbagai inovasi. Iterasi ketujuh dari Final Fantasy merupakan seri perdana yang dihadirkan Squaresoft pada console PlayStation. Selain itu, ini adalah pertama kalinya RPG Final Fantasy ditampilkan dalam grafis 3D.

Walaupun tampilan tersebut terlampau simpel bila dipandang dengan standar grafis masa kini, tapi para gamer dibuat terpana dengan presentasi Final Fantasy VII saat baru pertama kali dirilis dulu. Transisi cutscene dengan permainan aktif di game terlihat mulus dan harmonis dalam satu kesatuan.

Squaresoft melakukan kerja bagus dalam menjalin gambar statis dan aktif di dalam game. Gambar latar pre-rendered terlihat menyatu dengan karakter yang berlari ke sana kemari. Grafis 3D juga membawa sensasi baru bagi para pencinta seri Final Fantasy karena akhirnya game menampilkan sudut pandang yang bervariasi dibandingkan tampilan top-down pada semua seri sebelumnya.

Tampilan yang persis sama ini juga menjadi kekurangannya. Square Enix tidak melakukan optimisasi apa pun terhadap tampilan game selain menambah jumlah piksel untuk ditampilkan di layar dengan resolusi tinggi. Saya tidak melihat perbedaan signifikan apa pun pada tampilan game.

Final Fantasy VII | Screenshot 2

Mengandalkan Tombol Virtual yang Terlampau Kaku

Final Fantasy VII versi orisinal didesain untuk sebuah console yang memiliki controller. Versi PC game ini pun menggunakan input berupa keyboard atau controller eksternal. Sayangnya skema tersebut tetap dipertahankan pada versi mobile yang memiliki input utama berupa layar sentuh.

Saya dihadapkan dengan banyak sekali tombol virtual untuk mengendalikan permainan. Mereka tersebar di hampir seluruh sisi layar yang cukup mengganggu kenyamanan saya bermain Final Fantasy VII.

Seakan tidak cukup dengan keruwetan kendali saat bermain, tampilan menu pada game juga sepenuhnya dikendalikan dengan tombol-tombol virtual yang sama. Hal ini terasa cukup aneh di saat hampir semua RPG yang saya mainkan di smartphone menggunakan gerakan tap dan swipe untuk bernavigasi di dalam menu game, Final Fantasy VII malah kembali ke zaman kuno yang sama sekali tidak terasa natural di perangkat portabel 

Hal ini sebenarnya bisa diatasi dengan memberikan dukungan terhadap controller eksternal untuk memainkan game. Namun, saya tidak menemukan indikasi bahwa Final Fantasy VII mendukung opsi tersebut saat ini.

Final Fantasy VII | Screenshot 4

Tidak Cocok dengan Natur Portabel

Salah satu kelebihan bermain game pada platform mobile adalah kemampuan untuk bermain kapan pun dan di mana pun. Punya waktu sepuluh menit sambil menunggu bus tiba di halte? Ingin beristirahat lima belas menit dari tumpukan pekerjaan? Perangkat portabel dapat menghibur para pemainnya dengan sesi bermain singkat namun berkualitas.

Sayangnya hal ini tidak berlaku untuk Final Fantasy VII. Progres game hanya dapat disimpan pada titik-titik tertentu. Game hanya mampu menampilkan lokasi terakhir yang saya sambangi hanya bila perangkat belum melakukan reset memori. Apabila perangkat sudah terlanjur melakukan reset RAM, maka mau tidak mau saya harus mengulang dari titik save terakhir.

Sifat ini membuat fleksibilitas bermain Final Fantasy VII di perangkat portabel jauh berkurang. Saya harus mendedikasikan waktu lebih banyak dari jumlah yang biasa saya pakai untuk bermain game hanya demi mencapai titik save selanjutnya. Tidak jarang saya harus mengulang kembali plot cerita yang telah dilalui hanya karena game tidak mampu menyimpan progres di mana pun.

Final Fantasy VII | Screenshot 5

Final Fantasy VII | Screenshot 6

Jalan Pintas yang Justru Mengurangi Keseruan Permainan

Salah satu hal yang menurut saya sangat aneh adalah dua fitur cheat yang disediakan secara gamblang oleh Square Enix di dalam game. Apabila dulu saya harus mengandalkan Gameshark maupun trainer agar tidak terjadi pertarungan acak dengan musuh atau ingin memaksimalkan statistik karakter secara instan, Final Fantasy VII versi mobile malah menyediakan kedua fitur itu langsung di hadapan saya.

Game menyediakan opsi untuk menghilangkan opsi random encounter dengan musuh selama petualangan. Ini berarti saya tidak akan bertemu musuh keroco sama sekali ketika menjelajahi dungeon. Selain itu, salah satu opsi yang terdapat di menu juga memberikan pilihan untuk membuat stat seluruh karakter, baik level, HP, MP, dan lainnya, menjadi deretan angka sembilan.

Kedua opsi ini menurut saya pribadi menghilangkan aspek perjuangan yang menjadikan sebuah RPG begitu menantang. Mengaktifkan kedua fitur ini memang dapat membuat para pemain berkonsentrasi pada plot cerita yang ada, namun bagi saya malah justru menghilangkan esensi dari sebuah RPG.

Final Fantasy VII | Screenshot 7

Hanya Cocok untuk Gamer Mobile yang Tidak Punya Pilihan Lain

Dengan segala unek-unek dan fitur aneh yang saya utarakan di atas, saya rasa Final Fantasy VII versi mobile untuk saat ini hanya cocok untuk dibeli oleh gamer mobile yang tidak memiliki kesempatan untuk memainkannya di platform lain. Fitur iCloud Sync yang dihadirkan di sini juga akan sangat membantu, sehingga gamer dapat melanjutkan progres permainan tanpa terikat dengan satu jenis perangkat saja.

Apabila kamu memiliki opsi lain untuk memainkan Final Fantasy VII klasik, seperti di PC, PS3, atau PS Vita sekalipun, maka saya sarankan untuk memainkannya di perangkat itu saja. Komitmen waktu yang dibutuhkan untuk memainkan Final Fantasy VII di smartphone maupun tablet tidak berbeda jauh dengan versi PC atau console. Lagipula, versi lain dibanderol lebih murah daripada versi mobile yang dijual seharga Rp189.000.

Game Info
FINAL FANTASY VII
SQUARE ENIX Co.,Ltd. -  Jul 08, 2016
Genre:  Role Playing
Size:   1.9G
Installs:   1,000 - 5,000
239,000
Download

The post Review Final Fantasy VII Mobile – Porting Setengah Hati appeared first on Tech in Asia Indonesia.

[Esai Foto] Serunya Berburu Pokémon di Gelora Bung Karno

$
0
0

Pokémon GO memang belum rilis secara resmi di Indonesia, tapi jumlah pemainnya sudah sangat banyak sampai-sampai bisa memberi warna tersendiri di tengah kegiatan yang telah menjadi rutinitas warga Jakarta setiap minggunya. Kegiatan yang saya maksud adalah aktivitas olahraga pagi yang biasa berlangsung di Gelora Bung Karno pada hari Minggu.

Dari dulu memang aktivitas ini dipenuhi oleh dua golongan yang terbagi jelas, golongan orang yang datang untuk olahraga, dan orang yang datang untuk jalan-jalan dan menongkrong. Tapi, minggu ini tampak jelas munculnya golongan baru, yaitu golongan orang-orang yang begitu intens memandangi smartphone mereka, baik bersama teman maupun sendirian. Tentu saja sudah jelas apa yang mereka lakukan …. apalagi kalau bukan bermain Pokémon GO.

Jangan lupa cek panduan lengkap bermain Pokémon GO dari kami!

Seakan tidak perlu ada kata terucap, golongan pemain Pokémon GO  langsung membentuk semacam kubu tersendiri yang menguasai Gelora Bung Karno dengan kompak. Aktivitas bermain game atau smartphone yang biasanya memiliki stigma sebagai kegiatan orang “antisosial” langsung membuat para generasi muda mau keluar rumah di pagi hari dan bertemu dengan teman lama ataupun baru.

Apa yang Niantic Labs dan Nintendo sajikan di Pokémon GO jelas bukan sekadar hiburan digital biasa. Di usianya yang sangat muda Pokémon GO sudah mampu membawa perubahan yang signifikan pada kehidupan kita, padahal gambaran ini dilihat dari lensa yang memotret kegiatan para gamer di negara yang belum mendapatkan Pokémon GO secara resmi.

Mau tahu bagaimana keramaian Gelora Bung Karno yang dibanjiri pemain Pokémon GO di hari Minggu, 17 Juli 2016? Langsung saja cek kumpulan foto di bawah ini. Jika kamu ingin melihat versi besarnya, langsung saja klik foto untuk memperbesar dan memperjelas gambar yang ada.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 1

Normalnya inilah yang kamu lakukan jika pergi ke GBK di Minggu pagi.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 2

Mari kita mulai petualangannya!

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 3

Komunitas yang solid pun sudah terbentuk dari game yang baru berusia 11 hari ini, dan sepertinya ada yang masih sibuk bermain sampai tidak sempat berpose.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 4

Tentunya kami bukanlah satu-satunya media yang hadir di sana.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 5

Banyak yang datang berombongan dengan teman.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 6

Bahkan saya juga bertemu teman yang tentu saja datang untuk Pokémon GO.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 7

Bisa ditebak mana yang tidak main Pokémon GO.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 8

Titik paling ramai pagi ini.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 9

Semua orang terpaku pada layar.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 10

Tidak setiap saat kita harus aktif bergerak.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno - Photo 11

Jangan ragu juga untuk jalan sendiri.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 12

Bahkan ada juga yang datang dengan kostum ala trainer.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 13

Kejutan! Yang menjual kaus dan tas Pokémon GO pun sudah ada!

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno - Photo 14

Oke, mari kita maju lagi ke depan.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 15

Semakin dekat dengan patung, mungkin bidikan Poké Ball kamu akan semakin baik.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 16

150 Pokémon serasa milik berdua untuk dikumpulkan.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 17

Jangan ragu untuk tunjukkan identitasmu! Punk is not dead, so does Pikachu!

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 18

Bermain Pokémon GO memang seru, tapi selalu ingat untuk menjaga barang-barangmu dan tentunya diri kamu sendiri.

Demikianlah serunya Minggu pagi di Gelora Bung Karno berkat Pokémon GO. Meskipun kegiatan ini bukanlah sesuatu yang bisa dibuat review secara normal, kalau bisa saja jelas akan memberikan aktivitas ini nilai sempurna dengan kelebihan dan kekurangan yang tercantum di bawah. Tidak sabar rasanya melihat apa jadinya jika Pokémon GO telah dirilis resmi di Indonesia dan mendapatkan konten tambahan dari Niantic Labs.

The post [Esai Foto] Serunya Berburu Pokémon di Gelora Bung Karno appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Micro Machines – Racing Freemium Rasa Premium

$
0
0

Jauh sebelum Table Top Racing populer, Codemasters telah merilis Micro Machines yang menghadirkan suatu dimensi baru pada genre game racing. Alih-alih menyajikan aksi kebut-kebutan sederet mobil di jalan raya atau lintasan balap, Micro Machines malah menyajikan jajaran mobil mainan yang melaju di berbagai lintasan tidak lazim, dari meja biliar sampai pekarangan rumah.

Setelah 25 tahun sejak perilisan perdananya dan sejumlah iterasi yang dirilis di berbagai platform, akhirnya Micro Machines menyambangi platform mobile lewat iterasi terbarunya yang berjudul … Micro Machines. Sebagai penggemar yang telah memainkan seri tersebut dari iterasi pertamanya di console NES, saya dapat mengatakan bahwa Codemasters cukup berhasil mempertahankan keseruan dan ciri khas Micro Machines, walaupun mereka memodifikasi gameplay yang ada dengan skema free-to-play.

Racing kasual

Micro Machines Race | Screenshot

Salah satu ciri khas dari Micro Machines adalah kemudahan kendali kendaraan dalam game. Pemain tidak perlu repot memikirkan pergantian gigi maupun pengaturan kendaraan yang kompleks. Hal yang sama juga terdapat dalam Micro Machines versi mobile.

Sistem kendali telah disederhanakan sedemikan rupa, sehingga kamu hanya perlu menekan tombol virtual kanan dan kiri untuk menyetir. Mobil akan melaju secara otomatis tanpa memiliki kemampuan untuk mengerem. Ketiadaan sistem rem dalam game bukanlah masalah, karena mobil tetap dapat melaju dengan sempurna di tiap lintasan dengan timing dan teknik yang tepat.

Walau sistem kendali mobil dibuat sangat simpel, bukan berarti pengalaman menyetir di Micro Machines akan menjadi monoton. Setiap mobil memiliki karakteristik masing-masing, dengan perbedaan pada kekuatan traksi mobil, sensitivitas roda kemudi, dan beberapa aspek lainnya. Perbedaan gaya berkendara tiap mobil dalam game memberikan sensasi berbeda-beda yang menyenangkan.

Grafis tidak kalah dengan versi console

Micro Machines Battle | Screenshot

Hal lain yang dipertahankan oleh Codemasters adalah sudut pandang top-down yang seolah telah menjadi ciri khas dari Micro Machines sejak game perdananya. Lebih bagusnya lagi, kaulitas grafis dalam Micro Machines tidak kalah (atau bahkan lebih baik) dibanding iterasi sebelumnya, Micro Machines V4, yang dirilis di PS2 tahun 2006 lalu.

Tiap lintasan dipenuhi dengan berbagai macam objek yang membuatnya terasa ramai dan semarak. Selain itu, posisi dan sudut kamera akan berubah-ubah saat bergerak mengikuti struktur sirkuit. Efek pergerakan kamera tersebut memberikan kesan dinamis dan menonjolkan desain lintasan yang unik.

Permainan variatif

Micro Machines Race Info | Screenshot

Terdapat berbagai mode permainan yang bisa kamu mainkan dalam Micro Machines. Kamu tidak hanya akan dihadapkan pada aksi balapan menjadi yang tercepat di lintasan, karena tersedia juga mode permainan lain seperti Battle atau Elimination dengan jumlah lintasan yang terus bertambah seiring progres permainan.

Battle merupakan suatu mode di mana kamu akan menghadapi tiga pemain lain dalam suatu arena untuk memberikan damage sebanyak mungkin. Mirip dengan mode Battle, Elimination juga akan menugaskanmu untuk menghancurkan musuh sesering mungkin, hanya saja di lintasan balap.

Menariknya, game akan menghubungkanmu dengan pemain lain, serta memilihkan lintasan/arena yang akan kamu mainkan secara acak. Sedikit elemen ketidakpastian ini membuat setiap permainan selalu seru, karena kamu tidak akan tahu akan berhadapan dengan siapa maupun berlaga di lintasan mana hingga sesaat sebelum balapan dimulai.

Seabrek misi untuk dikejar tiap hari

Micro Machines Missions | Screenshot

Sebagai sebuah game free-to-play, Micro Machines menyediakan misi-misi yang dapat dikejar untuk mendapatkan sejumlah item dalam game. Jumlah misi tersebut selalu diperbarui setiap hari, sehingga kamu tidak akan pernah kehabisan untuk mengejar target setiap kali bermain.

Misi yang disediakan cukup beraneka ragam, mulai dari mengikuti sejumlah balapan dalam sehari, meluncurkan jenis senjata tertentu dengan sekian kali, hingga melakukan hal spesifik seperti memberi suku cadang kepada rekan satu tim. Reward yang kamu dapatkan dari menyelesaikan misi akan sangat berguna untuk melengkapi koleksi mobil serta meningkatkan kemampuan mereka.

Iklan on-demand

Micro Machines Ad | Screenshot

Maksud dari sifat on-demand di sini adalah iklan dalam game hanya akan muncul bila kamu benar-benar menghendakinya. Desain penampilan iklan dalam game bahkan memungkinkanmu untuk memainkan Micro Machines secara utuh tanpa perlu melihat iklan sama sekali.

Iklan dalam game hanya muncul bila kamu hendak memilih mode permainan tertentu secara spesifik, seperti Race, Battle, atau Elimination. Kamu tidak perlu melihat iklan bila memilih mode Random, di mana komputer akan mengacak mode permainan yang kamu ikuti.

Memilih mode Random sebenarnya merupakan cara yang cerdas untuk membuat game menjadi tidak membosankan. Variasi lawan, mode permainan, serta lintasan balap yang dipilihkan komputer akan membuat pengalaman bermainmu jauh dari kesan mononton.

Selain muncul saat ingin memilih mode permainan, iklan juga sesekali ditawarkan di akhir permainan sebagai opsi untuk memperbanyak reward yang diperoleh. Dengan menonton tayangan video iklan berdurasi kurang dari satu menit, kamu akan diberikan tambahan reward dengan jumlah cukup menarik.

Sistem gacha murah hati

Micro Machines Car Pack | Screenshot

Koleksi mobil dalam game didapatkan dengan membuka pak berisi suku cadang beragam mobil mainan. Isi dari tiap pak ditentukan secara acak, sehingga kamu tidak akan pernah tahu akan mendapatkan suku cadang apa.

Menariknya, Codemasters hanya memberlakukan satu jenis pak untuk mendapatkan semua jenis mobil yang tersedia. Tidak seperti game free-to-play lainnya yang menyediakan pilihan common, rare, atau legendary, hanya ada satu pak dalam Micro Machines yang dapat dibeli tanpa perlu mengeluarkan uang sepeser pun.

Kamu juga tidak perlu merasa frustrasi karena tidak kunjung mendapatkan suku cadang tertentu. Bila kamu memiliki suku cadang serta koin cukup, kamu bisa memanfaatkan fitur crafting untuk membuat sendiri suku cadang yang diperlukan.

IAP sepenuhnya opsional

Micro Machines Cars Collection | Screenshot

Terdapat dua mata uang yang dipakai di dalam game, yaitu koin dan gem. Menariknya, sebagian besar transaksi utama untuk mengakses atau meningkatkan kemampuan mobil hanya membutuhkan koin yang dapat diperoleh secara cuma-cuma di setiap akhir perlombaan.

Gem sebagai mata uang premium sepenuhnya bersifat opsional. Kamu tidak perlu menggunakannya untuk mengakses semua konten dalam game. Keberadaannya hanya bersifat mempercepat waktu yang diperlukan ketika melakukan grinding. Kabar baiknya lagi, kamu bisa mendapatkan gem secara cuma-cuma setiap hari dengan menuntaskan misi yang tersedia.

Codemasters sama sekali tidak memberlakukan sistem energi dalam game. Kamu bebas untuk terus bermain selama yang kamu inginkan. Satu-satunya hal yang perlu kamu tunggu adalah ketika melakukan upgrade ke suatu mobil, namun kamu toh tetap bisa bermain dengan menggunakan mobil lainnya.

Kesimpulan: Bagai bermain game premium

Micro Machines Cars | Screenshot

Walaupun Codemasters mendesain Micro Machines sebagai game free-to-play, namun pengalaman yang dihadirkannya sama sekali tidak inferior terhadap game racing premium. Kamu bisa menikmati seluruh konten game tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, dan bahkan tanpa menyaksikan tampilan iklan sama sekali.

Keseruan yang ditawarkannya sama sekali tidak mencoreng kualitas seri Micro Machines sebelumnya. Baik desain lintasan, intensitas gameplay, maupun kesederhanaan kontrolnya benar-benar mencerminkan semangat Micro Machines sebagai game racing kasual yang simpel dan mudah diakses semua kalangan usia.

Satu-satunya kekurangan yang bisa saya rasakan adalah keharusannya terhubung dengan server. Berkat natur real time multiplayer online yang diusungnya, mau tidak mau kamu harus memiliki koneksi internet yang cepat dan stabil, atau bersiap mendapatkan pengalaman bermain yang jauh dari optimal.

Chillingo selaku penerbit maupun Codemasters sejauh ini belum menyebutkan kapan versi Android akan dirilis di pasar. Namun firasat saya, melihat skema monetisasi free-to-play yang diusung Micro Machines, tampaknya hanya masalah waktu saja hingga game tersebut menyambangi Android untuk mendapatkan user base lebih besar lagi di masa depan.

Game Info
Micro Machines
Chillingo Ltd -  Jul 12, 2016
Genre:  Games, Racing, Arcade
Size:  230.65 MB
Installs:  N/A
Gratis
Download

(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)

The post Review Micro MachinesRacing Freemium Rasa Premium appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Pokémon GO – Hiburan Tidak Sempurna yang Mendunia

$
0
0

Tak terasa waktu sudah berjalan hampir sebulan lebih sejak Niantic Labs merilis Pokémon GO di bulan Juli 2016. Dalam kurun waktu yang sebentar, game AR buatan Niantic ini telah menjadi fenomena yang ramai diperbincangkan berbagai kalangan di seluruh penjuru dunia. Tak sedikit pula di antara mereka yang menanggapi game ini dengan negatif, bahkan hingga berujung pada pelarangan di beberapa negara seperti Malaysia, Iran dan Cina.

Pikachu Gif | Animation

Sebagai game yang paling saya nantikan sejak pengumumannya pertama kali di September tahun 2015, terus terang saya sangat antusias menunggu kemunculan game ini hingga tak sabar untuk segera memainkannya saat Niantic baru merilis Pokémon GO di wilayah Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru.

Berhubung pada preview bulan kemarin saya cukup banyak menyinggung elemen gameplay dari Pokémon GO, maka tujuan saya dalam ulasan kali ini adalah membahas beberapa poin penting yang didapatkan dari hasil perkembangan saya bermain game ini selama sebulan. Mengapa Pokémon GO belum pantas menyandang skor nilai sempurna? Silakan ikuti penjelasan lebih lengkapnya berikut ini.

Simplifikasi game Pokémon yang nyaris sempurna, andaikan…

Pokemon GO Review | Screenshot 1

Sederhana mungkin bisa menjadi kalimat yang cocok untuk menggambarkan Pokémon GO. Inti dari permainan Pokémon GO sebetulnya kurang lebih sama seperti game Pokémon yang selama ini kita kenal, hanya saja tidak ada cerita, fitur komplet, trading, dan opsi untuk mengadu monster Pokémon satu lawan satu di luar Gym. Well … setidaknya untuk saat ini.

Sekadar penjelasan ulang bagi kamu yang mungkin saja hingga detik ini belum memutuskan untuk bermain Pokémon GO, misi dari permainan game ini sebetulnya bersifat terbuka dan kamu sendiri dibebaskan untuk mengejar tujuan manapun yang kamu mau.

Apapun tujuanmu bermain, entah itu menjadi jawara Gym di kompleks lingkungan tempat tinggalmu, mengoleksi semua Pokémon dalam Pokédex, atau menjalin komunitas pertemanan yang solid, intinya Pokémon GO merupakan medium untuk berinteraksi dengan pemain lain, komunitas, dan juga lingkungan sekitar kita.

Pokemon GO fighting | Screenshot

Nilai jual Pokémon GO sendiri terletak pada interaksi lingkungan sekitar pemain untuk dimanfaatkan sebagai dunia perburuan monster yang tak akan pernah ada habisnya. Niantic Labs menawarkan kesan game yang cukup menarik lewat kehadiran ratusan monster Pokémon klasik dari wilayah Kanto. Kamu yang mengikuti serial Pokémon maupun yang tidak, mungkin kamu cukup familier dengan aneka ragam monster Pokémon GO karena efek komik, anime, dan mainan Pokémon yang sudah ada semenjak 20 tahun lalu.

Meskipun pada awalnya apa yang ditawarkan Niantic terlihat cukup menarik, namun seiring dengan perkembangan waktu, saya pun menyadari beberapa kekurangan yang membuat game ini terasa sedikit cacat, terutama dari segi mekanisme Nearby Pokémon dan perlindungan game dari ulah cheater. Dua hal ini mencederai pengalaman bermain Pokémon GO sehingga dengan berat hati saya tidak bisa memberikan nilai sempurna terhadap game ini.

Rengkuh pemain sebanyak-banyaknya dulu, perbaiki mekanisme yang rusak nanti

Pokemon GO Review | Screenshot 2

Salah satu masalah yang berulang kali ini menjadi sorotan dalam Pokémon GO adalah betapa buruknya cara Niantic Labs mengomunikasikan game mereka kepada pemain. Alih-alih menggunakan desain antarmuka yang sangat minimalis untuk menghadirkan kesan ringkas, bersih, dan memudahkan pemain Pokémon GO, Niantic justru membuat kita bingung dengan penjelasan gameplay yang buruk, terutama dari fungsi Nearby Pokémon.

Saya masih ingat dengan munculnya berbagai teori bikinan pemain yang berupaya memecahkan fungsi Nearby Pokémon saat game tersebut dirilis di bulan Juli silam. Meskipun kelihatannya membantu, namun pada kenyataannya, tidak ada satu pun teori tersebut yang benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga fitur tracking Pokémon game ini terlihat kurang matang dari segi konsep dan juga penjelasan.

Pokemon GO No Step | Screenshot

Kamu yang telah memainkan game ini sejak bulan Juli kemarin mungkin bisa merasakan betapa membingungkannya fitur tracking tiga langkah ini

Buntutnya, setelah para pemain Pokémon GO terbiasa menggunakan fitur Nearby Pokémon yang cukup absurd, Niantic Labs justru mengganti mekanisme game ini dengan model baru tanpa ada penjelasan sama sekali mengenai mekanisme yang lama.

Hal tersebut sempat membuat sebagian pemain bertanya-tanya dengan arah permainan Pokémon GO. Buntutnya, saat tulisan ini dibuat, banyak pemain yang merasa dijadikan kelinci percobaan oleh Niantic, dan tak sedikit pula di antara mereka yang memberikan penilaian buruk saat menulis review, bahkan hingga meminta pengembalian uang atas pembelian IAP Pokémon GO.

Didera cheater yang merusak nikmatnya pertarungan Gym

Pokemon GO Review | Screenshot 4

Masalah lain yang saat ini sedang menjadi kanker dalam Pokémon GO adalah kurang efektifnya upaya Niantic melindungi game mereka dari kecurangan pemain yang menggunakan GPS Spoof dan situs penyedia peta Pokémon tracker seperti PokéVision dan lain-lain.

Kombinasi dua aplikasi ini menjadi trik curang yang mencederai kesenangan dan esensi dari permainan Pokémon GO. Dengan trik yang sama pula, kamu bahkan merebut sebuah Gym dari jarak jauh tanpa harus meninggalkan ruangan, sehingga merepotkan para pemain yang bermain secara jujur dengan mendatangi lokasi Gym dan PokéStop satu demi satu.

Gym Cheaters | Screenshot

Walaupun agak sedikit terlambat, namun Niantic telah melakukan tindakan preventif dengan cara menutup beberapa situs penyedia Pokémon tracker yang jumlahnya tidak sedikit. Di luar tindakan pelaporan oleh pemain sendiri, saat ini saya tidak tahu langkah apa yang sedang dipersiapkan Niantic untuk menghentikan kecurangan dalam Pokémon GO.

Berhubung sekarang aktivitas berebut Pokémon Gym sedang dicemari ulah oknum cheater yang merusak sportivitas bermain, tujuan bermain Pokémon GO saat ini tak lebih dari sekadar kesenangan menangkap dan mengoleksi monster Pokémon saja. Well, setidaknya hingga Niantic membasmi cheater pengguna GPS Spoof dan menyeimbangkan ekosistem Pokémon GO seperti sedia kala.

Presentasi menawan dengan musik yang terus terbayang di telinga

Dari segi penampilan, Pokémon GO bisa dibilang merupakan salah satu game Pokémon bergrafis 3D paling bagus di platform mobile. Hal ini wajar mengingat game Pokémon sebelumnya yang kita peroleh adalah Pokémon Shuffle, game puzzle match-3 dengan tampilan Pikachu, Bulbasaur, dan kawan-kawan.

Walau kurang banyak variasi, namun tampilan animasi karakter dan presentasi game ini sudah cukup menarik perhatian kita, apalagi hal ini juga cukup terbantu berkat pemilihan desain antarmukanya yang minimalis.

Pokemon GO! | screenshot 6

Untuk pemilihan musik, Pokémon GO jelas terbantu sekali dengan arahan Junichi Masuda. Komposer asal Jepang yang mengisi latar musik di beberapa seri Pokémon tersebut kembali memberikan atmosfer permainan yang sangat autentik dengan serial game ini.

Mulai dari tempo musik battle dan musik menangkap monster yang mendebarkan, hingga sekadar musik pengiring saat kamu berjalan mencari Pokémon, semuanya memberikan kesan yang kuat sehingga kamu dengan mudah bisa mengenali musik game ini saat orang lain mengaktifkan Pokémon GO di dekat kamu. Good job Masuda-san!

Monetisasi yang menggoda kantong para pemain ambisius

Pokemon GO IAP | Screenshot

Sebagai game freemium dengan akses permainan yang sepenuhnya bisa dinikmati pemain, IAP yang Niantic Labs terapkan dalam Pokémon GO saya rasa cukup bersahabat, karena sama sekali tidak membebani para pemainnya. Di Pokémon GO, Niantic memperkenalkan mata uang Pokécoins yang bisa kamu peroleh dengan cara merebut Pokémon Gym setiap harinya.

Pokécoins merupakan mata uang yang kamu perlukan untuk membeli beberapa item permainan secara instan, mulai dari bundel PokéBall, Lure, Incense, dan lain-lain. Berhubung aksi memperebutkan Gym adalah sesuatu yang cukup sulit di beberapa wilayah (mengingat kendala cheater yang telah dijelaskan tadi), alhasil membeli bundel Pokécoins di saat terdesak, seperti saat kehabisan PokéBall, menjadi model monetisasi yang lumrah meskipun harganya sendiri agak mahal.

Pokécoins dijual dalam bundel dengan rentang harga yang bermacam-macam. Harga paling murah adalah Rp15.000 untuk 100 Pokécoins, dan yang paling mahal Rp1,5 juta dengan isi 14.500 Pokécoins. Membeli IAP Pokécoins bukanlah hal yang wajib untuk kamu lakukan kecuali bila kamu membutuhkan item spesial seperti bundel Lure Module untuk menggelar acara pesta Lure di lokasi tertentu.

Kesimpulan: sebuah medium untuk merekatkan komunitas

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 13

Dengan kekurangan yang dimilikinya saat ini, Pokémon GO jelas bukanlah sebuah game yang sempurna, terlebih lagi jika kamu adalah gamer yang rutin mengikuti serial game Pokémon di console handheld Nintendo kesayangan. Ada cela dari segi teknis dan gameplay yang membuat kenikmatan game ini terasa kurang, apalagi dengan sistem Nearby Pokémon yang belum jelas sehingga pengalaman menangkap monsternya terkesan acak.

Terlepas dari kekurangannya, Pokémon GO adalah game dengan fitur AR dan Geo-Tagging GPS tersukses yang membuat beberapa pihak tergoda untuk menciptakan Pokémon GO versi mereka sendiri di masa yang akan datang.

Keuntungan yang diraup Niantic dan ekspos media terhadap efek bermain game ini sendiri juga tidak main-main besarnya. Tak heran jika kemudian ada pihak yang melabeli game ini dengan konotasi negatif, mulai dari membahayakan, haram, bahkan hingga yang sudah tidak bisa dinalar pikiran seperti istilah “aku Yahudi”.

Pokemon GO Senayan Gelora Bung Karno | Photo 3

Saat berfungsi dengan baik, Pokémon GO adalah game yang menyenangkan untuk dimainkan di sela-sela aktivitas kita. Saya pribadi lebih suka menyebut Pokémon GO sebagai alat untuk merekatkan sebuah komunitas. Semoga dengan alasan yang sama pula, Niantic bergegas meningkatkan kualitas game mereka agar lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Apapun yang terjadi ke depannya nanti, Pokémon GO adalah game tidak sempurna yang fenomenal dan game ini telah mendekatkan banyak pemain untuk mengejar satu tujuan yang sama, yaitu menjadi pemain terbaik dengan koleksi Pokémon terlengkap di genggamannya.

Game Info
Review Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android Gray
Pokémon GO
Niantic, Inc. -  Jul 30, 2016
Genre:  Adventure
Size:   60M
Installs:   50,000,000 - 100,000,000
Gratis
Download

(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)

The post Review Pokémon GO – Hiburan Tidak Sempurna yang Mendunia appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Lego Star Wars: The Force Awakens – Adaptasi yang Tak Perlu

$
0
0

Menurut saya, pada dasarnya game yang diangkat dari lisensi film itu terdiri dari dua jenis. Pertama adalah game yang bisa dinikmati walau belum menonton filmnya, sementara kedua yaitu game yang nyaman dimainkan setelah kamu menyaksikan filmnya. Game tipe pertama punya cerita sama dengan si film, sedangkan tipe kedua berisi cerita orisinal yang melengkapi cerita filmnya.

Lego Star Wars: The Force Awakens termasuk game adaptasi film tipe pertama. Game ini punya cerita kurang lebih sama dengan film Star Wars: Episode VII – The Force Awakens. Jadi kamu bisa menikmatinya walau belum menonton film tersebut, asal kamu sudah mengenal cerita dan sejarah dunia Star Wars dengan cukup akrab.

Sayangnya, mengadaptasi film berdurasi dua jam ke dalam game dengan waktu main belasan jam bukan hal mudah. TT Games selaku studio developer mengambil langkah salah dengan memasukkan banyak “konten orisinal” alias filler untuk memanjangkan cerita. Alhasil, meski ada momen-momen seru seperti di film, pengalaman yang disajikan lebih sering terasa monoton dan membosankan.

Nostalgia dadakan

Lego Star Wars: The Force Awakens | Screenshot 1

Sejak pertama kali game dimulai, Lego Star Wars: The Force Awakens sudah langsung menghadapkan kita dengan dua adegan filler yang tak berhubungan dengan cerita. Pertama adalah adegan pertempuran Han Solo dan kawan-kawannya di Endor. Kemudian disusul pertarungan klimaks antara Luke Skywalker, Darth Vader, dan Emperor Palpatine dari akhir Star Wars: Episode VI – Return of the Jedi.

Adegan-adegan tersebut mungkin akan membangkitkan nostalgia bagi penggemar setia Star Wars. Namun dalam konteks game ini sendiri, keduanya sama sekali tidak berhubungan dan tidak menambah nilai apa pun dalam cerita. Nostalgia ke Star Wars lama pada akhirnya hanya terasa seperti level tutorial yang canggung. Atau konten tambahan yang dipaksa masuk supaya game ini jadi lebih panjang.

Lego Star Wars: The Force Awakens | Screenshot 2

Ketika adegan berpindah ke cerita utama Star Wars: Episode VII – The Force Awakens pun, transisinya terasa sangat kaku dan tidak disampaikan dengan baik. Buruknya transisi adegan seperti ini menjadi penyakit yang terus muncul sepanjang game. Kesal sekali rasanya, sudah capek menyelesaikan level tapi hanya dihadiahi cerita singkat yang terpotong secara tiba-tiba.

Sebagai sebuah game bertema Star Wars, saya berharap menemukan parodi dengan candaan yang lucu dan menyentil khasnya. Tapi ternyata humor yang disajikan kebanyakan hanya berupa slapstick biasa. Lelucon berunsur Lego—misal adegan lepasnya anggota tubuh karakter—terlalu banyak dan diulang-ulang, sehingga dengan cepat menjadi garing dan membosankan.

Kadang-kadang serius

Lego Star Wars: The Force Awakens | Screenshot 3

Bagian-bagian menarik dari Lego Star Wars: The Force Awakens justru muncul ketika game ini sedang menyajikan adegan cerita yang serius. Beberapa poin penting seperti reka ulang duel antara Finn dan TR-8R, perkelahian Han Solo melawan geng Kanjiklub, hingga pertarungan lightsaber melawan Kylo Ren di akhir cerita, semua digambarkan dengan cukup seru.

Kamu bisa mengendalikan berlusin-lusin karakter seri Star Wars, masing-masing dengan kemampuan berbeda. Tergantung dari karakter yang kamu bawa, cara penyelesaian level bisa bervariasi. Ini menarik bila kamu suka memainkan level berulang-ulang untuk mengoleksi semua rahasia yang ada dalam game.

Bongkar pasang mainan yang menjadi ciri khas Lego tentunya juga tak ketinggalan. Banyak puzzle ringan yang akan kamu temui sepanjang permainan, dan kemampuan karakter saja tak cukup untuk menyelesaikannya. Kamu harus memanfaatkan keping-keping Lego untuk membangun benda-benda tertentu, mulai dari tangga sampai meriam laser. Meski tidak menantang, menyelesaikan puzzle tetap terasa cukup menghibur.

Lego Star Wars: The Force Awakens | Screenshot 4

Keseruan reka ulang adegan film tak hanya terjadi di darat, tapi juga di angkasa. Terdapat beberapa level di mana kamu melakukan pertarungan udara mengendarai X-Wing atau Millenium Falcon. Saya terkejut karena adegan-adegan dogfight memiliki kontrol yang baik, meski terbilang sederhana. Andai bagian dogfight dipisah jadi game sendiri, game tersebut rasanya berpotensi sukses di pasaran.

Mungkin seharusnya TT Games menjadikan Lego Star Wars: The Force Awakens game serius sekalian, karena bagian-bagian ini justru benar-benar menarik. Sayang, porsi serius game ini mungkin hanya sepertiga dari keseluruhan. Sisanya adalah adegan tak penting yang dipanjang-panjangkan. Ini Star Wars, saya ingin pergi berperang, bukannya malah mondar-mandir mengumpulkan biskuit untuk Chewbacca.

Kuantitas tak diimbangi kualitas

Lego Star Wars: The Force Awakens | Screenshot 5

Saya cukup salut pada upaya TT Games menyajikan reka ulang adegan Star Wars: Episode VII – The Force Awakens lewat gameplay yang beraneka ragam. Mulai dari adu pukul, baku tembak, manipulasi Force, hingga dogfight, semua ada di sini.

Sayangnya variasi gameplay tidak diimbangi oleh kualitas polesan yang apik. Banyak kekurangan dari sisi teknis yang membuat saya cukup terganggu. Dari segi visual, mata saya “sakit” melihat frame rate tak stabil dengan baluran motion blur berlebihan di atasnya. Selain itu warna-warna yang digunakan terlalu cerah, sehingga sulit membedakan antara objek yang bisa diajak berinteraksi dan yang tidak bisa.

Lego Star Wars: The Force Awakens | Screenshot 6

Kontrol pertarungan juga terasa floaty dan kurang responsif. Saya sering kebingungan di sesi baku tembak, karena peluru saya tidak mengenai musuh padahal terlihat kena. Bermain multiplayer cukup membuat frustrasi, sebab game ini menggunakan tampilan split-screen yang berputar-putar dan memusingkan. Fitur sok keren ini rasanya harus dimusnahkan dari muka bumi.

Saya juga sempat mengalami crash dua kali, serta satu bug konyol yang membuat saya stuck dan tidak bisa menyelesaikan pertarungan terakhir. Padahal saya main di PS4. Entah bagaimana kualitas teknis versi lainnya, semoga saja tidak seburuk ini. Yang jelas pengalaman main saya secara keseluruhan tidak bisa dibilang menyenangkan.

Kesimpulan

Lego Star Wars: The Force Awakens | Screenshot 7

Lego Star Wars: The Force Awakens adalah game yang cukup variatif, tapi membosankan. Cerita di dalamnya disampaikan dalam bentuk humor, tapi tidak lucu. Dan meski game ini punya beberapa momen seru saat reka ulang adegan film, keseruan tersebut jumlahnya hanya sedikit. Sisanya hanya filler yang dipaksakan masuk agar game menjadi terasa panjang.

Untuk orang-orang yang malas menonton film Star Wars: Episode VII – The Force Awakens, game ini bisa jadi alternatif untuk mengetahui ceritanya. Tapi kalau disuruh memilih, saya jelas akan memilih menonton saja. Lebih baik meluangkan waktu dua jam untuk pengalaman menyenangkan, daripada menghabiskan waktu belasan jam untuk game garing yang bahkan sampai membuat saya ketiduran.

PS Store Link: LEGO® STAR WARS™: The Force Awakens (PS4), Rp799.000

PS Store Link: LEGO® STAR WARS™: The Force Awakens (PS3), Rp666.000

PS Store Link: LEGO® STAR WARS™: The Force Awakens (PS Vita), Rp547.000

(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)

The post Review Lego Star Wars: The Force Awakens – Adaptasi yang Tak Perlu appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Reigns – Nikmatnya Bersusah Payah Jadi Raja Beberapa Menit

$
0
0

Pernahkah kamu menggunakan aplikasi Tinder yang biasa digunakan untuk mencari pasangan? Jika ya, mungkin kamu tertarik dengan konsep dalam Reigns, sebuah game strategi yang dikemas layaknya interaksi swipe dari aplikasi pencarian jodoh populer tersebut.

“Unik” saya rasa adalah kata yang pas untuk menggambarkan permainan Reigns. Lewat penyajiannya yang tidak biasa, developer Nerial tak hanya membuat sebuah game strategi yang menarik, tetapi juga menghadirkan game ringkas yang tidak menyita banyak waktu bermain.

Lantas apakah keunikan game ini bisa menjadi hiburan yang cocok dengan selera kamu? Pertimbangkan keputusanmu setelah membaca ulasan berikut ini.

Raja semenit di monarki yang morat-marit

REIGNS | Screenshot 1

Raja beberapa menit, kira-kira itulah posisi yang kamu perankan dalam Reigns. Sebagai seorang raja, pengambilan keputusanmu jelas sekali menentukan perkembangan kondisi negeri yang kamu pimpin. Masalahnya adalah, di sini kamu akan lebih sering mati cepat dibandingkan berlama-lama duduk di tampuk pemerintahan.

Di sini kamu dituntut untuk bisa mengatur kerajaanmu sesempurna mungkin selama kamu bisa. Apapun keputusan yang kamu ambil, kamu perlu mempertimbangkannya agar bisa menyeimbangkan empat indikator kestabilan politik di negerimu. Begitu salah satu indikator tersebut terlalu penuh ataupun kosong, permainan pun berakhir dengan ending yang berbeda-beda tergantung indikator mana yang membuatmu gagal.

REIGNS | Screenshot 2

Setiap bagian permainan Reigns dipenuhi peristiwa acak yang membuat permainan tak pernah terasa sama untuk kedua kalinya. Beberapa keputusan dari sesi permainan sebelumnya bahkan ada pula yang berdampak terhadap permainan berikutnya.

Sebagai contoh, di sesi permainan lama saya sempat membuka jalur perdagangan bebas sebelum akhirnya mati akibat foya-foya dengan segala kekayaan yang saya punya. Jalur perdagangan yang saya buat tadi akan berlanjut di tampuk raja selanjutnya hingga beberapa periode, jadi keputusan besar yang kamu ambil dari permainan sebelumnya tidak lantas terbuang sia-sia.

Keberadaan “warisan” dari tampuk kerajaan tadi menjadi semacam progres permainan dalam Reigns. Lewat cara ini, kita bisa membuka beberapa hal baru dalam permainan, mulai dari membuka percabangan pilihan berikutnya, ending baru, karakter baru, misi dungeon rahasia, dan banyak lagi lainnya.

Hal ini memberikan saya motivasi baru setiap kali bermain. Saat ulasan ini dipublikasikan pun, saya masih mencari keberadaan ending sempurna dan baru berhasil meraih masa pemerintahan terpanjang selama setengah abad.

Inovasi kontrol yang bisa dikembangkan dan bisa ditiru game lainnya

Reigns Gameplay Game Over | Animation

Salah satu hal yang sangat penting dari sebuah game mobile adalah kemudahan akses kontrol. Reigns merupakan salah satu contoh menarik untuk kasus ini, karena segala hal yang kita lakukan dalam game bisa dikerjakan hanya menggunakan satu tangan saja.

Setiap kejadian yang negeri kita alami akan dideskripsikan secara singkat pada bagian atas gambar, dan kita memutuskannya sesuai kehendak hati dengan menggeser kiri atau kanan layaknya dalam Tinder. Sangatlah penting untuk membaca deksripsi dari keputusan yang diambil sebelum benar-benar menggeser gambar tersebut, karena jika kamu salah mengambil keputusan maka hilang sudah posisimu di tampuk pemerintahan.

REIGNS | Screenshot 3

Tampilan Reigns versi PC

Pada saat saya mengulas game ini, saya memainkan Reigns versi mobile di perangkat smartphone Android yang saya miliki. Reigns juga tersedia dalam PC, namun saya merasa game ini kurang cocok untuk kamu mainkan menggunakan mouse dan layar monitor yang lebar.

Reigns versi PC memiliki latar unik yang menghiasi tampilan belakang gambar karakter di sepanjang permainan. Layaknya sebuah wallpaper, gambar tersebut akan berubah-ubah tergantung situasi yang kamu alami ketika memerintah.

Mirip dengan Downwell (yang juga dirilis oleh Devolver Digital), pengalaman ringkas yang dihadirkan versi mobile jelas tidak akan kamu rasakan saat bermain di PC. Dengan bermain Reigns di smartphone, saya bisa menikmati tantangan menjadi seorang raja dalam hitungan beberapa menit sebelum kembali beraktivitas dan memasukkan smartphone ke dalam kantong.

Presentasi terlalu minimalis di berbagai sisi

REIGNS | Screenshot 4

Seandainya ada hal yang ingin saya keluhkan dari Reigns, hal itu mungkin  adalah visual dari keseluruhan game yang terkesan terlalu minimalis untuk selera saya pribadi. Tampilan karakter dalam Reigns terlihat seperti potongan kertas lipat yang dibuat seadanya, sehingga mengurangi penilaian saya atas visual game ini.

Untungnya keunikan game ini menutupi arah desain game Reigns yang terkesan kurang gereget. Meskipun tampilan game ini kurang bagus, namun hal itu tak lantas membuat saya berhenti menyapukan jari di layar demi menikmati peran saya sebagai raja semenit.

Untuk presentasi latar musik dan suara, saya tidak bisa berbicara banyak soal hal ini. Alunan musik klasik dan perbincangan kanselir yang terdengar seperti orang meracau membuat permainan semarak walau terkadang saya lebih sering memainkan game ini tanpa suara. Meskipun terdengar repetitif, namun setidaknya apa yang disajikan Reigns lebih baik daripada tidak ada sama sekali.

Kesimpulan: hiburan singkat yang unik dan berbeda

REIGNS | Screenshot 5

Secara keseluruhan, Reigns merupakan selingan menarik bagi para penggemar game strategi maupun kasual di luar sana. Keunikan skema kontrol dan alur permainannya yang acak memberikan hiburan singkat untuk sekadar menghabiskan waktumu di kala menunggu maupun di sela-sela aktivitas lainnya.

Reigns dibanderol dengan harga yang cukup terjangkau, yaitu sekitar Rp40.000 untuk versi mobile dan Rp26.000 untuk PC. Harga versi PC yang sedikit lebih murah menjadi semacam kompensasi dari kurang portabelnya platform tersebut, namun kamu tetap bisa menikmati asyiknya peran sebagai raja sehari lewat layar yang lebih besar.

Game Info
Review Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android Yellow
Reigns
DevolverDigital -  Aug 10, 2016
Genre:  Card
Size:   66M
Installs:   1 - 5
39,000
Download

(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)

The post Review Reigns – Nikmatnya Bersusah Payah Jadi Raja Beberapa Menit appeared first on Tech in Asia Indonesia.


Review Batman: Arkham Underworld – Kesempatan Langka Melawan Batman

$
0
0

Sebagai orang yang selalu mengikuti sepak terjang Batman di dunia video game, kehadiran Batman: Arkham Underworld di platform mobile jelas tidak saya lewatkan. Saking penasarannya, saya bahkan telah memainkan game tersebut saat Warner Bros. Games baru melakukan soft launch secara terbatas di beberapa negara pada bulan Mei 2016 silam.

Rutinitas saya bermain Batman: Arkham Underworld sempat terputus berkat kehadiran Pokemon GO dan beberapa game lainnya yang harus saya ulas. Setelah saya anggurkan cukup lama, akhirnya saya menyambung kembali bermain Batman: Arkham Underworld selama beberapa minggu terakhir.

Apa yang telah berubah sejak terakhir kali saya memainkan Batman: Arkham Underworld beberapa bulan lalu? Apakah game tersebut layak dimainkan oleh penggemar Batman? Mari simak ulasan saya selengkapnya di bawah.

Kala penjahat jadi tokoh utama

 

Batman Arkham Underworld 5 Villains | Screenshot

Batman: Arkham Underworld tidak akan menempatkanmu sebagai Batman atau pihak pembela kebenaran. Sebaliknya, kamu adalah seorang gembong penjahat yang sedang membangun kekuasaan di dunia kriminal Gotham, dengan bantuan para penjahat yang juga merupakan musuh Batman.

Dengan bantuan tokoh-tokoh antagonis dari seri Batman, seperti The Riddler, Harley Quinn, hingga Killer Croc, kamu akan membangun markas serta melakukan berbagai tindak kriminal untuk menjadi salah satu gembong kejahatan Gotham. Perjuanganmu menjadi penguasa tidak mudah, karena harus berhadapan dengan bos mafia Kota Gotham, Carmine Falcone, dan juga para pemain Batman: Arkham Underworld lainnya.

Alternatif Clash of Clans yang lebih sederhana

Batman Arkham Underworld HQ | Screenshot

Bila kamu pernah bermain Clash of Clans, saya pikir kamu tidak akan butuh waktu lama untuk segera familier dengan model permainan Batman: Arkham Underworld. Mekanisme strategi yang diusung kedua game tersebut kurang lebih sama, yaitu membangun markas, merekrut pasukan, menyerang markas lain, serta bertahan dari serangan pemain lain.

Satu hal unik yang dimiliki Batman: Arkham Underworld adalah kehadiran misi single-player di luar mode multiplayer asinkronis. Selain menyerang markas pemain lain, kamu juga dapat mengambil misi-misi single player yang cukup beraneka ragam.

Beberapa misi single player yang tersedia dalam game adalah menyelamatkan gembong penjahat, merampok bank, mendobrak markas kepolisian, dan lain-lain. Beberapa misi bahkan akan membuatmu berhadapan langsung dengan Batman.

Sayangnya, fitur multiplayer yang ada dalam Batman: Arkham Underworld saat ini cukup terbatas. Kamu hanya bisa menyerang markas pemain lain dan melihat rekaman bagaimana markasmu diserang. Bila kamu mengharapkan fitur multiplayer yang kompleks, seperti kemampuan untuk membuat grup, misi-misi yang hanya bisa diselesaikan secara berjamaah, atau mode peperangan antar grup, maka kamu belum beruntung.

Beriringan dengan francis DC lain

Hal menarik lain yang hadir dalam Batman: Arkham Underworld adalah bagaimana kejadian dalam game bisa berkaitan dengan semesta komik DC yang tengah berlangsung di media berbeda. Sebagai contoh, dalam rangka merayakan perilisan film Suicide Squad di Agustus 2016 ini, Batman: Arkham Underworld mendapatkan event yang menyerempet cerita di dalam film, serta kehadiran tokoh-tokoh seperti Amanda Waller dan Deadshot yang sebelumnya tidak ada.

Hal ini bisa terjadi berkat Warner Bros. selaku penerbit Batman: Arkham Underworld juga merupakan pihak yang memegang lisensi komik DC di media lain, termasuk film layar lebar. Berkat kesatuan pihak yang berwenang, kamu bisa mengharapkan game ini akan terus mendapatkan update sesuai dengan kejadian yang terdapat dalam film, video game, maupun media hiburan lainnya di masa depan.

Repetitif dengan reward tidak sebanding

Batman Arkham Underworld Single Player Mission | Screenshot

Sama seperti game strategi free-to-play kebanyakan, Batman: Arkham Underworld masih belum bisa lepas dari jerat desain game yang repetitif. Pada akhirnya permainan hanya akan berkisar pada aktivitas menyerang markas musuh, mendapatkan reward, melakukan upgrade, dan ulangi lagi seterusnya.

Batman: Arkham Underworld tidak memiliki misi harian, bonus bagi pemain yang rajin bermain, atau insentif lain untuk mendorong pemain sering-sering melakukan log-in. Yang ada saat ini hanyalah bonus EXP untuk setiap serangan pertama bagi tiap penjahat, dan itu pun jumlahnya sama sekali tidak sebanding ketika permainan telah meninggalkan fase tutorial.

Sistem match-making kurang seimbang

Batman Arkham Underworld Security Cam | Screenshot

Fitur multiplayer dalam game memungkinkan kamu untuk merangsek ke markas milik pemain lain dan menjarah isinya. Sayangnya, sistem match-making saat ini kurang sempurna, hingga sering kali kamu akan berhadapan dengan pemain lain pada level yang tidak seimbang.

Kamu bisa menyerang musuh yang memiliki level jauh di bawah milikmu. Dengan demikian, membobol musuh akan terasa sangat mudah, tanpa perlawanan berarti dan tantangan seru.

Hal sebaliknya juga bisa terjadi padamu. Kamu akan mendapati markas milikmu dibobol berkali-kali oleh pemain lain yang memiliki level jauh di atasmu. Hal ini berpotensi membuat frustrasi, karena seluruh in-game currency yang telah kamu kumpulkan bisa ludes sedikit demi sedikit dijarah pemain lain dengan begitu mudahnya tanpa perlawanan berarti.

Butuh kesabaran ekstra

 

Batman Arkham Underworld IAP | Screenshot

Hal lain yang terasa kurang bersahabat dalam Batman: Arkham Underworld adalah lama waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu upgrade. Paywall berupa durasi yang harus ditunggu pemain untuk melakukan upgrade sangat lama, hingga bahkan mencapai berhari-hari hanya untuk sebuah upgrade.

Sedihnya lagi, kamu hanya bisa melakukan satu jenis upgrade dalam suatu periode. Bila kamu ingin meningkatkan kekuatan suatu unit atau menghadirkan item baru lain, maka kamu harus menunggu upgrade yang tengah berlangsung selesai dahulu.

Developer menawarkan kemampuan untuk melakukan beberapa upgrade secara simultan. Namun harga yang dipatok untuk kemampuan ini tergolong mahal untuk ukuran game mobile, hingga mencapai ratusan ribu rupiah pada harga normalnya.

Presentasi lumayan

Batman Arkham Underworld City Buildings | Screenshot

Di samping segala kekurangan di atas, setidaknya Batman: Arkham Underworld masih memiliki kualitas presentasi yang lumayan. Baik grafis maupun efek suara game tidak terasa murahan, dan cukup mewakili kelas Warner Bros. Games selaku penerbit game kelas AAA.

Animasi karakter, detail ruangan, serta akurasi representasi tiap karakter dari seri Batman yang telah kita kenal selama ini ditampilkan dengan baik. Semuanya terasa pas dengan nuansa Gotham yang gelap dan suram.

Kesimpulan

Batman Arkham Underworld Gotham City | Screenshot

Batman: Arkham Underworld merupakan usaha yang lumayan dari Warner Bros. Games untuk meramaikan genre strategi, yang disebut-sebut sebagai jenis game paling menguntungkan di platform mobile. Sayangnya, pendekatan maupun desain permainan yang ada dalam game serba terkesan tanggung.

Kecilnya reward yang bisa diraih pemain, ketimpangan sistem match-making di mode multiplayer, hingga waktu tunggu lama dengan harga IAP mahal merupakan sekian alasan mengapa game ini berpotensi sulit mempertahankan pemainnya.

Sudah cek kumpulan game strategi dengan gameplay mirip Clash of Clans lainnya?

Namun apabila kamu adalah fan seri Batman dan juga sedang bosan dari Clash of Clans, maka Batman: Arkham Underworld mungkin adalah game yang kamu cari. Lagipula, cukup jarang kita bisa bermain sebagai penjahat yang menghajar sang pahlawan kegelapan, bukan?

Game Info
Review Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android Yellow
Batman: Arkham Underworld
Warner Bros. -  Jul 14, 2016
Genre:  Games, Action, Strategy
Size:  430.13 MB
Installs:  N/A
Gratis
Download

(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)

The post Review Batman: Arkham Underworld – Kesempatan Langka Melawan Batman appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Deus Ex GO – Terjebak Inovasi Lama

$
0
0

Square Enix Montréal belum lama ini kembali melanjutkan seri game GO yang mereka mulai sejak tahun 2014 silam. Setelah mengadaptasi game Hitman dan Tomb Raider, kini giliran francis Deus Ex yang mendapatkan perlakuan board game puzzle ala seri GO lainnya.

Deus Ex GO akan tampak sangat familier bagi kamu yang pernah memainkan Hitman GO ataupun Lara Croft GO sebelumnya. Kemiripan ini bisa berarti dua hal, yaitu kualitas permainan yang sama bagusnya, serta minimnya inovasi yang akan kamu temukan dalam Deus Ex GO. Lalu apakah Deus Ex GO masih layak dibeli? Simak ulasan saya selengkapnya di bawah.

Serupa tapi tak sama

Deus Ex GO | Screenshot 1

Deus Ex GO merupakan spin-off dari francis Deus Ex di console. Kamu masih akan berperan sebagai Adam Jensen, seorang mantan polisi yang kini menjadi agen rahasia berkemampuan super berkat tubuh setengah robotnya.

Kamu mengendalikan Adam dalam usahanya menyusup markas musuh dan melumpuhkan berbagai penjaga di setiap level. Bedanya, aksi Adam dalam melakukan semua hal itu ditampilkan dalam gameplay ala board game yang dilengkapi bumbu puzzle.

Puzzle cerdas

Deus Ex GO | Screenshot 2

Salah satu ciri khas seri GO yang dikembangkan Square Enix Montréal adalah desain puzzle yang cerdas. Hal itu bisa ditemukan kembali dalam Deus Ex GO, tentunya dengan latar dan mekanisme yang telah disesuaikan dengan dunia Deus Ex.

Sama seperti seri GO sebelumnya, musuh hanya akan bergerak atau bereaksi setelah Adam bergerak terlebih dahulu. Mekanisme ini membuatmu perlu memikirkan setiap langkah yang akan diambil agar Adam dapat melumpuhkan musuh, menonaktifkan perangkap, hingga memanfaatkan pergerakan lawan demi menyelesaikan level.

Adam memiliki beberapa kemampuan khusus untuk membantunya mengatasi beragam rintangan. Ia bisa mengaktifkan Glass Shield Cloaking System untuk menjadikannya tak kasatmata, hingga memanipulasi suatu mesin dari kejauhan. Kemampuan khususnya bersifat terbatas, jadi kamu perlu memikirkan masak-masak penggunaannya atau terpaksa harus mengulang level karena gagal memanfaatkannya secara tepat.

Minim inovasi

Deus Ex GO | Screenshot 3

Berkebalikan dengan apa yang dilakukan Square Enix dalam Deus Ex: Mankind Divided, Deus Ex GO bisa dibilang minim inovasi bila dibandingkan dengan seri GO sebelumnya. Hampir semua elemen gameplay dalam Deus Ex GO sudah pernah hadir baik di Hitman GO maupun Lara Croft GO.

Simak impresi awal Deus Ex: Mankind Divided yang terasa seperti dijejali perubahan tanggung

Tidak hanya menghadirkan permainan yang terasa sangat mirip, Square Enix Montréal bahkan terkesan menyederhanakan gameplay dalam Deus Ex GO. Setiap level yang dilalui Adam Jensen terasa sangat pendek, membuatnya lebih mirip kepada game puzzle serupa yang dirilis oleh PlayStation Mobile, yakni Uncharted: Fortune Hunter, ketimbang Lara Croft GO.

Narasi robot

Deus Ex GO | Screenshot 6

Jangan harap bisa menikmati kisah latar dalam Deus Ex GO secara intens. Penyampaian narasi dalam game dibuat terlalu sederhana, hanya lewat ikon gambar masing-masing karakter dan teks dialog layaknya sebuah visual novel.

Penyampaian narasi yang terlampau sederhana ini bahkan menurut saya inferior dibanding game visual novel belakangan ini. Sama sekali tidak ada audio percakapan dalam game. Mimik wajah tiap karakter bahkan tidak mengikuti emosi yang disampaikan dalam dialog, membuat saya merasa seperti sedang membaca percakapan antar robot.

Presentasi menawan

Deus Ex GO | Screenshot 4

Untungnya presentasi dalam Deus Ex GO, baik dari segi visual maupun audio, tidak mengalami penyederhanaan seperti desain puzzle maupun penyampaian narasi di dalam game. Grafis low-poly yang telah menjadi ciri khas seri GO kembali tampil dengan menawan, lengkap dengan berbagai efek visual dan efek audio maupun musik latar bernuansa futuristis sesuai dunia Deus Ex.

Animasi yang ditampilkan terlihat meyakinkan. Terlebih lagi, Deus Ex GO juga menghadirkan efek gerakan lambat yang tampil artistik setiap kali berlangsung aksi penting dalam game.

Kesimpulan: Selingan segar bagi penggemar seri Deus Ex

Deus Ex GO | Screenshot 5

Ibarat frasa “tak perlu diperbaiki bila tak ada yang rusak”, hal itulah yang dilakukan oleh Square Enix Montréal saat mengembangkan Deus Ex GO. Hampir semua hal yang mereka hadirkan sudah pernah ada sebelumnya di Hitman GO maupun Lara Croft GO tanpa inovasi berarti.

Saya cukup menyayangkan luas level dan metode penyampaian narasi yang dibuat lebih sederhana. Namun, kekecewaan itu bisa terobati dengan desain puzzle yang cerdas dan presentasi menawan.

Deus Ex GO memiliki sekitar lima puluh level dalam mode single player. Setelah menyelesaikannya pun, kamu tetap bisa menikmati tantangan mingguan dengan sejumlah level baru setiap pekannya. Ada bonus menarik yang bisa kamu akses ketika bermain Deus Ex: Mankind Divided setelah menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut.

Dengan banderol cukup terjangkau di kisaran Rp75.000, Deus Ex GO bisa menjadi selingan menarik yang menawarkan tantangan cerdas. Hanya saja, jangan berharap mendapatkan cerita berkualitas maupun inovasi berarti di dalamnya.

Game Info
Review Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android Yellow
Deus Ex GO
SQUARE ENIX Ltd -  Sep 22, 2016
Genre:  Puzzle
Size:  N/A
Installs:   50,000 - 100,000
29,000
Download

(Diedit oleh Mohammad Fahmi)

The post Review Deus Ex GO – Terjebak Inovasi Lama appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Steins;Gate – Rekonstruksi Alam Semesta

$
0
0

Steins;Gate adalah visual novel yang merupakan bagian dari seri Science Adventure karya Nitroplus dan 5pb. Pertama kali dirilis pada tahun 2009, hingga kini Steins;Gate sudah menyambangi setumpuk platform, mulai dari Xbox 360, PSP, PS Vita, PS3, PS4, PC, hingga mobile. Baru-baru ini Steins;Gate telah dirilis dalam bahasa Inggris untuk iOS dan Steam, sehingga makin memudahkan akses bagi mereka yang belum pernah memainkannya.

Banyaknya jumlah platform yang didukung adalah bukti bahwa Steins;Gate bukan game sembarangan. Bila saya ditanya judul favorit untuk cerita bertema time travel, saya pun tak akan ragu menjawab dengan Steins;Gate. Game ini akan membuatmu merasa lekat dengan para tokohnya, melemparmu ke dalam spiral konspirasi penuh dilema, lalu membangkitkan gejolak emosi yang akan membekas lama dalam ingatan.

Penemuan besar dari ruangan kecil

Steins;Gate | Screenshot 1

Cerita dalam Steins;Gate dimulai dengan cukup bersahaja. Tokoh utama game ini adalah Okabe Rintaro, seorang mahasiswa yang suka berkhayal dan menyebut dirinya sebagai ilmuwan gila. Bersama dengan ahli komputer bernama Hashida Itaru dan gadis kikuk bernama Shiina Mayuri, mereka mendirikan laboratorium kecil untuk bereksperimen terhadap benda-benda elektronik.

Lewat sebuah kebetulan luar biasa, mereka tak sengaja menciptakan sebuah mesin waktu sederhana dari hasil modifikasi sebuah handphone dan microwave. Meski masih sangat primitif, mesin waktu tersebut terbukti benar-benar bisa mengubah masa lalu. Dengan bantuan Makise Kurisu sang gadis jenius, Okabe pun terus melakukan eksperimen demi memahami cara kerja mainan barunya.

Steins;Gate | Screenshot 2

Layaknya kisah-kisah bertema time travel lainnya, penemuan mesin waktu tersebut kemudian malah mendatangkan petaka. Okabe dan kawan-kawan terjerumus dalam konspirasi besar ulah organisasi SERN. Dengan segala keterbatasan, mereka harus berjuang untuk menghindari bencana besar yang membuat dunia di masa depan menjadi distopia.

Terjerat efek kupu-kupu

Steins;Gate memiliki cerita yang sangat berkaitan erat dengan fenomena butterfly effect (efek kupu-kupu). Pada prinsipnya, suatu perubahan sangat kecil di masa lalu sudah cukup untuk menghasilkan dampak luar biasa di masa depan. Fenomena ini muncul dalam gameplay Steins;Gate sebagai sistem bernama Phone Trigger.

Steins;Gate | Screenshot 3

Di titik-titik tertentu dalam cerita, Okabe akan mendapat kiriman email atau telepon dari karakter-karakter lain. Kamu bisa memilih untuk menerima email dan telepon tersebut, atau mengabaikannya. Pilihan tindakanmu inilah yang akan menentukan percabangan jalan cerita, dan akhirnya mempengaruhi ending yang kamu dapatkan.

Sistem Phone Trigger menjadikan rute ending dalam Steins;Gate cukup kompleks, sebab banyak sekali email maupun telepon yang akan kamu terima. Tak hanya itu, setiap email biasanya menyediakan lebih dari satu opsi jawaban.

Steins;Gate memiliki enam ending yang jauh berbeda. Butuh waktu dan usaha lumayan keras untuk melengkapi semua ending yang ada.

Steins;Gate | Screenshot 4

Banyaknya variasi cerita membuat game ini terasa sangat menarik dimainkan, bahkan meski kamu sudah pernah menonton anime Steins;Gate. Versi anime hanya menyajikan cerita versi true ending. Padahal, justru dengan melihat rute ending lain itulah kamu akan bisa mengenal kepribadian setiap karakter dengan lebih mendalam.

Memahami manusia

Salah satu daya tarik utama Steins;Gate ada pada karakter-karakternya yang begitu berkesan. Sekilas lihat, Steins;Gate memang seolah mengikuti stereotip cerita Jepang yang sudah umum.

Ada stereotip chuunibyou, otaku, tsundere, dojikko, trap, dan lain sebagainya. Namun semakin lama kamu bermain, kamu akan mengerti bahwa setiap karakter di game ini tidak bisa dideskripsikan hanya dengan satu kata.

Steins;Gate | Screenshot 5

Tidak ada perempuan dalam gambar di atas.

Kepribadian para karakter juga terpengaruh oleh efek kupu-kupu yang sudah saya sebut di atas. Sebagai contoh, bila kamu membuat seseorang sebal di masa lalu, bisa jadi di masa depan ia tidak membantumu di saat yang sangat krusial. Perubahan kepribadian ini terkadang sangat ekstrem, sehingga saya bingung harus benci atau suka terhadap seorang karakter.

Mungkin pesan yang ingin disampaikan oleh para developer Steins;Gate adalah bahwa setiap manusia sama-sama punya potensi untuk jadi baik maupun jahat. Sebagai pengguna mesin waktu, kamu memang bisa melihat potensi-potensi itu terealisasi.

Namun di mata para pelakunya sendiri, semua kejadian tersebut belum terjadi. Sebuah tindakan hanya akan terjadi apabila si pelaku memiliki motivasi untuk melakukannya.

Teori fisika fiktif

Steins;Gate | Screenshot 6

Steins;Gate adalah kisah time travel yang sangat istimewa, sebab game ini menggunakan landasan teori fisika kuantum yang tidak lazim. Berbeda dari teori banyak dunia (many-worlds interpretation) yang sudah sering muncul di cerita lain, Steins;Gate menggunakan interpretasi alam semesta sendiri bernama Attractor Field. Karena itulah para developernya menyebut cerita Steins;Gate sebagai “hypothetical science”.

Saya tidak akan menjelaskan apa itu Attractor Field, sebab selain terlalu rumit juga akan menjadi spoiler. Tapi secara konsep, teori Attractor Field menyatakan bahwa sebuah perubahan di masa lalu belum tentu akan menghasilkan masa depan yang berbeda.

Apa implikasi dari konsep ini? Silakan kamu temukan dengan memainkan Steins;Gate secara langsung.

Steins;Gate | Screenshot 7

Menariknya, meski Attractor Field hanyalah teori fiktif, Steins;Gate menyajikannya dengan sangat ilmiah sehingga terasa seperti teori fisika sungguhan. Memang terkadang ada hal-hal yang tidak dijelaskan, tapi “lubang” tersebut masih masuk akal dengan alasan bahwa struktur alam semesta bukanlah hal yang bisa dipahami sepenuhnya oleh manusia.

Terlepas dari apakah teori Attractor Field masuk akal atau tidak, menurut saya teori ini menjadikan Steins;Gate wajib dicoba oleh para peminat kisah fiksi ilmiah. Tak hanya memiliki kisah yang secara keseluruhan seru, game ini juga menawarkan sebuah landasan baru yang bisa digunakan untuk membangun cerita fiksi ilmiah lain. Tak semua game bisa melakukan hal tersebut.

Kesimpulan

Steins;Gate | Screenshot 8

Steins;Gate adalah sebuah mahakarya yang tidak mungkin lahir hanya dari pemikiran asal-asalan. Skenario dan landasan ilmiahnya disusun dengan begitu detail, menghasilkan pengalaman mendebarkan yang penuh kejutan dari awal hingga akhir. Steins;Gate sangat cocok bila kamu suka menguji otak sampai batas maksimal, dan tidak keberatan mencerna informasi dalam jumlah besar untuk memperluas wawasan.

Selain Steins;Gate, ada game keren lain yang sama-sama “bermain” dengan teori fisika kuantum, yaitu Zero Escape: Virtue’s Last Reward

Meski sudah berusia cukup lama, Steins;Gate akan terus hidup sebagai visual novel klasik sekaligus standar modern dalam dunia time travel. Saya tidak akan heran andai lima atau sepuluh tahun lagi muncul karya-karya lain yang memanfaatkan teori Attractor Field. Sementara menunggu hal itu terjadi, saya akan memainkan dulu Steins;Gate 0 yang terbit akhir tahun 2016 nanti.

PlayStation Store Link US: Steins;Gate (PS Vita), US$19,99 (sekitar Rp259.000)

PlayStation Store Link US: Steins;Gate (PS3), US$19,99 (sekitar Rp259.000)

Game Info
Review Star Android GrayReview Star Android GrayReview Star Android GrayReview Star Android GrayReview Star Android Gray
STEINS;GATE EN
5pb.Inc. -  Sep 08, 2016
Genre:  Games, Role-Playing, Entertainment, Adventure
Size:  1.44 GB
Installs:  N/A
Rp. 359.000
Download

(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)

The post Review Steins;Gate – Rekonstruksi Alam Semesta appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review The Banner Saga 2 – Anai-Anai yang Bertebaran

$
0
0

Review ini pertama kali dipublikasikan pada 23 April 2016 dan kami majukan kembali untuk merayakan perilisan The Banner Saga 2 di iOS.


Tidak banyak game yang membuat manusia sadar bahwa kita hanyalah makhluk kecil yang ketika berkumpul dalam jumlah besar pun masih tidak ada apa-apanya dibandingkan sosok atau zat yang lebih besar dan kuat daripada kita di luar sana. Memang ada game seperti Dark Souls, Bloodborne, Shadow of the Colossus, ataupun Jotun yang mencoba menunjukkan betapa kecilnya manusia di alam semesta, tapi seluruh game itu disajikan dari sudut pandang individu melawan sosok besar di kehidupan.

The Banner Saga mencoba menggambarkan apa yang juga dilakukan oleh judul-judul yang saya sebutkan, tapi membawanya ke tahap lebih ekstrem: Bagaimana jika ratusan manusia dan makhluk mitos lainnya harus melakukan perjalanan jauh demi melarikan diri dari amarah dewa yang mengamuk?

Sebelumnya, cek dulu review The Banner Saga pertama di sini!

Tema ini dilanjutkan langsung dari game pertamanya ke The Banner Saga 2, sebuah sekuel yang menyajikan kisah dan petualangan yang lebih epik dari pendahulunya. Tapi apakah tema ini mampu dieksekusi dengan baik oleh Stoic selaku developer? Dan apakah The Banner Saga 2 cukup terbuka bagi orang yang belum memainkan game pertamanya? Temukan jawabannya di bawah ini.

The Banner Saga 2 | Screenshot 1

Saga Berlanjut

Angka dua di judul The Banner Saga 2 betul-betul memiliki makna harfiah. Game ini adalah sebuah sekuel yang benar-benar sekuel. Apa maksudnya? Segala elemen dari The Banner Saga 2, baik itu gameplay, musik, ataupun visual merupakan peningkatan langsung dari yang sudah ada di The Banner Saga pertama.

Cerita yang disajikan pun merupakan lanjutan langsung dari akhir The Banner Saga yang berakhir dengan penutup yang membuat pemainnya penasaran. Makanya jangan heran kalau begitu kamu memulai The Banner Saga 2, akan muncul tulisan “Chapter 8.”

The Banner Saga 2 | Screenshot 2

Apakah itu berarti The Banner Saga 2 bukanlah game yang cocok untuk dimainkan pemain baru? Tergantung tipe pemain seperti apa kamu. Di menu utama game ini sendiri disediakan rangkuman cerita dari The Banner Saga pertama, jadi kamu tidak akan sepenuhnya buta akan cerita di sekuelnya. Kalau cerita bukanlah hal yang penting menurutmu, rangkuman yang disediakan seharusnya sudah cukup membantu.

Tapi, pernah memainkan game pertama jelas akan membuat pengalaman bermainmu jadi lebih maksimal. Tidak hanya progres yang kamu dapatkan dari game pertama akan tersimpan dan bisa dilanjutkan di game kedua, tapi ada juga bonus-bonus tersendiri yang bisa kamu peroleh. Melanjutkan cerita dari game pertama juga memberikan koneksi tersendiri antara pemain dan karakter dalam game, sesuatu yang cukup sulit diwujudkan jika kamu langsung terjun ke The Banner Saga 2.

The Banner Saga 2 | Screenshot 3

Hijrah dan Peperangan

Berbicara soal gameplay, ada dua elemen permainan utama yang akan kamu temukan di The Banner Saga 2. Bagian pertama adalah pertarungan strategi ala RPG strategi seperti Final Fantasy Tactics. Dalam pertarungan ini, kamu akan menghadapi pasukan musuh yang gilirannya bebas kamu atur dan pemain berjalan secara bergantian, memberikan keseimbangan tersendiri di medan perang.

The Banner Saga 2 | Screenshot 4

Ada enam karakter yang bisa kamu bawa ke medan perang. Karakter-karakter yang kamu pilih mewakili ras dan kelas masing-masing. Ada manusia, Varl yang merupakan semacam raksasa bertanduk, dan juga Horseman yang merupakan manusia setengah kuda ala mitos Eropa. Sedangkan untuk kelas, ada karakter pemanah, karakter tank yang biasanya diwakili oleh ras Varl, petarung jarak pendek, petarung dengan tombak, serta penyihir yang perannya kurang begitu signifikan di medan perang untuk game kedua ini.

Perbaikan paling positif yang dapat kamu temukan di The Banner Saga 2 adalah adanya fitur Pillage. Jika di game sebelumnya ketika musuh tinggal tersisa satu pertarungan tetap berjalan bergantian, maka kini urutan bergerak langsung diubah menjadi keroyokan untuk mempercepat jalannya peperangan. Hal ini membuat kesempatan untuk memutar balik keadaan jadi lebih susah.

The Banner Saga 2 | Screenshot 5

The Banner Saga 2 juga masih memiliki gameplay ala The Oregon Trail di mana kamu harus mengatur rombongan untuk melakukan perjalanan jauh. Hal yang perlu kamu perhatikan adalah jumlah penduduk dan petarung, moral dari rombonganmu, serta apakah stok makanan akan cukup sampai tujuan.

Sepanjang perjalanan, akan muncul berbagai event secara acak. Berbagai event ini hadir dalam wujud teks dengan kualitas penulisan bak novel papan atas. Kamu kemudian akan diberikan pilihan yang hasilnya akan pun bervariasi. Bisa saja moral rombonganmu meningkat atau turun, kamu mendapatkan item atau kehilangan suplai makanan, jumlah rombonganmu berkurang atau bertambah, atau bahkan kamu tiba-tiba harus terjun ke medan perang.

The Banner Saga 2 | Screenshot 6

Event yang muncul dibuat begitu acak. Bahkan seandainya kamu menemukan sebuah event, kemudian mengulang  game dari save point terakhir, kemungkinan besar kamu tidak akan menemukan event yang sama. Hal ini membuat pengalaman bermain The Banner Saga 2 menjadi selalu unik dan berbeda.

Lebih Mudah

Jika ditanya apa perbedaan paling signifikan dari The Banner Saga pertama dan kedua, jawabannya adalah dari tingkat kesulitan. Ketika memainkan The Banner Saga pertama, hampir setiap momen yang saya lalu penuh dengan pengalaman mendebarkan.

The Banner Saga 2 | Screenshot 7

Pertarungan terjadi dengan intens, sedangkan perjalanan berlangsung dengan stok makanan yang sangat terbatas. Selain itu, setiap event acak yang saya temukan bisa saja memiliki efek berbahaya bagi anggota perjalanan. Entah berapa kali saya kehilangan petarung hanya karena salah memilih keputusan di game pertama.

Sensasi yang sama tidak saya temukan di The Banner Saga 2. Segala fitur dan konsekuensi yang ada tetap sama, namun dengan intensitas yang jauh lebih ringan. Meskipun ini membuat permainan jadi lebih santai dan memberikan saya lebih banyak ruang untuk mengapresiasi indahnya audio visual game ini serta betapa epiknya cerita yang disajikan, rasanya tetap ada suatu hal yang kurang.

The Banner Saga 2 | Screenshot 8

Lukisan Bergerak, Orkestra Portabel

Dua hal yang tidak perlu diragukan dari The Banner Saga adalah kualitas visual dan musik yang diusung game ini. Game masih memiliki animasi yang halus dengan gaya gambar yang mengingatkan saya akan animasi pertengahan abad 20, tapi digabung dengan lukisan lanskap indah yang biasa kita temui secara acak di toko seni.

Seperti yang saya sebutkan di pembuka review ini, melalui visualnya The Banner Saga 2 sukses menunjukkan betapa kecil dan tidak berartinya hidup kita dibandingkan dunia yang begitu besar dan makhluk-makhluk ataupun zat yang lebih tua dan agung dari kehidupan kita yang singkat dan kecil ini.

The Banner Saga 2 | Screenshot 9

Rasanya begitu menenangkan setiap kali memandangi layar yang diisi indahnya visual di The Banner Saga 2. Meskipun harus saya akui, beberapa trik yang digunakan untuk menyajikan visual yang keren lama-kelamaan bisa membuat kamu bosan jika dipandangi terlalu lama dan sering.

Untuk urusan musik, The Banner Saga 2 masih ditangani oleh Austin Wintory yang bertanggung jawab atas musik di Journey, Assassin’s Creed Syndicate, dan tentu saja The Banner Saga pertama. Musik penuh tabuhan genderang perang serta suara vokal bersahutan bisa membangkitkan semangatmu ketika harus terjun ke medan perang. Tidak banyak yang perlu dikomentari dari musik yang disajikan Austin Wintory, karena musik gubahannya hampir pasti bisa menggambarkan atmosfer yang ada dengan sangat baik.

The Banner Saga 2 | Screenshot 10

Kesimpulan

The Banner Saga 2 adalah sebuah game yang baru bisa kamu nikmati secara maksimal jika kamu memainkan prekuelnya. Tapi kalau kamu bukan orang yang terlalu sensitif untuk urusan cerita, maka langsung terjun ke game keduanya pun harusnya tidak menjadi masalah besar.

Dengan harga murah yang ditawarkan, The Banner Saga 2 adalah sebuah petualangan epik yang sangat sayang untuk dilewatkan. Terutama jika kamu menyukai kultur dan mitos Eropa Timur, pertarungan strategi yang memerlukan pemikiran kritis, serta menggemari hal-hal yang dapat memanjakan mata dan telinga.

Game Info
Review Star Android GrayReview Star Android GrayReview Star Android GrayReview Star Android GrayReview Star Android Gray
Banner Saga 2
Stoic -  Sep 28, 2016
Genre:  Games, Entertainment, Role-Playing, Strategy
Size:  3.07 GB
Installs:  N/A
Rp. 75.000
Download

The post Review The Banner Saga 2 – Anai-Anai yang Bertebaran appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Naruto Ultimate Ninja Blazing – Game Android Naruto Terbaik untuk Saat Ini

$
0
0

Sebagai salah satu manga sukses di Jepang, ada beban berat yang diemban Naruto. Apalagi jika sudah berhubungan dengan adaptasi video game. Untungnya selama bertahun-tahun, saya lihat adaptasi game resmi untuk Naruto belum pernah ada yang mengecewakan para penggemarnya.

Saya sendiri ingat bagaimana Naruto Ninja Council begitu menghipnotis saya dan adik hingga berebut main Game Boy Advance belasan tahun silam. Berangkat dari pengalaman saya, bisa dibilang Naruto masih berada dalam batas “aman” untuk urusan adaptasi video game.

Riwayat adaptasi game Naruto yang cemerlang berlanjut lewat game terbarunya yang berjudul Naruto Ultimate Ninja Blazing. Game Android dan iOS buatan Gree dan Bandai Namco ini tak hanya dinilai berhasil dari segi presentasi, tetapi juga memiliki elemen fun yang membuatnya cukup gemilang untuk direkomendasikan kepada penggemar anime dan manga Naruto.

Pertanyaannya sekarang, apakah kamu siap meninggalkan RPG lamamu untuk berpindah fokus memainkan Naruto Ultimate Ninja Blazing? Pertimbangkan keputusan tersebut setelah membaca ulasan berikut ini.

“Geser-lontar” RPG menyenangkan

Naruto Ultimate Ninja Blazing | Screenshot 1

Mengadaptasi anime terkenal menjadi game Android bukanlah perkara mudah. Jika tidak dikerjakan secara baik, game tersebut bisa saja akan mengecewakan penggemarnya. Entah karena gameplay yang dihadirkan kurang bagus, atau karena grafisnya terlalu berat untuk dimainkan dengan perangkat mobile yang memiliki spesifikasi kurang mumpuni.

Beruntung dalam kasus Naruto Ultimate Ninja Blazing, Gree memilih jalur “aman” dengan menghadirkan gameplay yang tak hanya mudah dipahami pemain, tetapi juga dibalut grafis 2D yang tidak membebani kinerja sebagian besar perangkat Android.

Berbeda dengan game Android Naruto sebelumnya yang mengusung permainan runner, kali ini Gree menghadirkan RPG taktis yang dikemas layaknya aksi melontar pin karambol. Hanya saja yang kamu lontarkan adalah aneka karakter dari manga Naruto.

Naruto Ultimate Ninja Blazing | Screenshot 2

Untuk menyerang, yang perlu kamu lakukan hanya melontarkan karakter tim kamu ke arah musuh. Jika target lawan berdekatan dengan anggota tim kamu, karaktermu akan menghasilkan serangan combo dahsyat yang ditampilkan lewat cutscene keren.

Tak hanya itu saja, kamu juga bisa mengeluarkan serangan spesial yang bisa dilakukan apabila meteran karaktermu penuh. Cara ini cukup jitu digunakan untuk misi melawan bos, karena begitu sang bos kalah maka musuh lain di sekitarnya juga akan ikut kalah bersamanya.

Aksi grinding sesuai jalan kehidupan sang ninja

Naruto Blazing | Screenshot 1

Inti permainan Naruto Ultimate Ninja Blazing adalah melakukan grinding dengan menyelesaikan rangkaian misi sesuai jalan cerita seperti di anime dan manga aslinya. Walau permainannya simpel, bukan berarti Naruto Ultimate Ninja Blazing terasa monoton. Setiap karakter memiliki karakteristik masing-masing, mulai dari perbedaan pada elemen serangan, tipe kelangkaan kartu, dan serangan spesial yang mereka miliki.

Ada lima elemen yang perlu kamu cermati dalam pertarungan Naruto Ultimate Ninja Blazing. Kelima elemen ini adalah Heart, Body, Skill, Bravery, dan Wisdom. Mereka berfungsi layaknya sistem batu, gunting, kertas, yang akan mempengaruhi seberapa besar damage yang karaktermu hasilkan atau terima di saat bertempur.

Sistem elemen ini cukup mudah dipahami. Perbedaan serangan spesial dari masing-masing karakter juga memberikan variasi strategi yang membuat permainan Naruto Ultimate Ninja Blazing menarik untuk diikuti.

Naruto Ultimate Ninja Blazing | Screenshot 4

Keberadaan sistem elemen menuntut pemain aktif mengumpulkan karakter dan meningkatkan kemampuannya dengan item upgrade agar sukses bermain di tingkat misi yang lebih tinggi. Mode single player dalam game ini belum menampilkan seluruh kisah Naruto, sehingga kamu akan berulang-ulang melakukan grinding di sejumlah level yang sama dengan tingkat kesulitan lebih tinggi.

Selain bermain secara individu, kamu juga bisa bermain bersama pemain lainnya lewat mode multiplayer online yang berlangsung secara real time. Mode tersebut bisa dibilang sebagai salah satu daya tarik dari Naruto Ultimate Ninja Blazing karena meringankan beban pemain saat melakukan grinding dalam mode Hard, apalagi jika partner pemain adalah karakter dengan level yang lebih tinggi.

Loading dan “tembok stamina” yang mengurangi kepuasan bermain

Naruto Ultimate Ninja Blazing | Screenshot 3

Tidak kah kamu lelah bermain lompat tali Brock Lee?

Sayangnya untuk ukuran game Android, Naruto Ultimate Ninja Blazing memiliki durasi waktu loading yang lumayan lama dan muncul terlalu sering di setiap pergantian layar permainan. Walau tidak selalu mengganggu, namun keberadaan loading tersebut cukup memberikan jeda waktu yang membuat pemain tak sabar ingin segera memulai permainan.

Kekurangan lainnya adalah durasi waktu regenerasi stamina yang cukup lama. Parahnya, beberapa misi khusus terkadang memakan jumlah stamina yang sangat besar hingga langsung menghabiskan persediaan staminamu untuk sekali permainan.

Misi khusus tadi untungnya bukan sesuatu yang wajib, sehingga bila kamu ingin bermain, ada baiknya untuk lebih berfokus menjalani misi lain yang sesuai level karakter pemain.

IAP opsional dengan harga lumayan mahal

Naruto Blazing | Screenshot

Aksi pembelian gatcha dalam game ini untungnya dihias dengan visual efek yang menawan

Untuk bagian yang satu ini, Naruto Ultimate Ninja Blazing bisa dibilang termasuk kategori game Android dengan harga IAP yang sama sekali tidak bisa dibilang murah. Skema monetisasi di dalam game menggunakan dua mata uang yang berbeda, yaitu koin dan Ninja Pearl.

Koin dipakai untuk proses leveling karakter, di mana pemain perlu mengorbankan karakter lain yang tidak diperlukan sebagai “tumbal” agar karaktermu bisa naik pangkat. Ninja Pearl adalah mata uang premium yang berfungsi untuk merekrut karakter baru melalui sistem gacha bernama mode Summon. Gree mematok harga yang lumayan mahal untuk satu butir Ninja Pearl, yaitu sekitar Rp15.000.

Satu kesempatan dalam mode Summon memerlukan sedikitnya lima butir Ninja Pearl, atau sekitar Rp75.000Merekrut karakter lewat mode Summon adalah aktivitas yang opsional, toh pemain juga bisa mendapatkan karakter lainnya lewat penyelesaian misi biasa.

Bila kamu ingin mendapatkan karakter tipe rare atau yang lebih langka, kamu bisa mengambil jalan pintas dengan membeli bundel Ninja Pearl yang mahal (minimal perlu paket pembelian Ninja Pearl seharga Rp95.000). Bila enggan membeli IAP, pilihanmu adalah terus-menerus melakukan grinding demi menabung Ninja Pearl.

Presentasi 2D cukup memanjakan mata

Naruto Ultimate Ninja Blazing | Screenshot 5

Naruto Ultimate Ninja Blazing memiliki penggambaran karakter 2D yang cukup atraktif, meskipun beberapa tampilan karakternya terlihat repetitif (efek dari banyak pemain yang menggunakan karakter Naruto). Gerakan setiap karakter terlihat cukup meyakinkan, walaupun kadang terasa kaku karena keterbatasan teknik animasi yang diusung Gree.

Kekurangan ini untuknya terbayar dengan efek visual dari skill setiap karakter yang terlihat heboh. Grafis yang membutuhkan pasokan daya konstan ini tak ayal membuat perangkat saya lama-kelamaan makin panas.

Untuk tata suaranya sendiri, saya tidak berkomentar banyak karena terbilang standar. Suara dan musik yang ada terkesan cukup untuk mengisi adegan di layar. Tanpa keduanya mungkin permainan akan terkesan hambar. Namun setelah didengarkan beberapa kali, musik di game ini tidaklah istimewa, bahkan bisa dibilang cukup repetitif.

Kesimpulan: game Android Naruto terbaik untuk saat ini

Naruto Ultimate Ninja Blazing | Screenshot 6

Pada akhirnya saya mendapati sebuah game Naruto dengan skema free-to-play berbasis RPG yang seru dan cukup untuk dijadikan selingan hiburan di kala sedang bepergian. Natur permainan Naruto Ultimate Ninja Blazing yang kental dengan unsur grinding, mungkin bisa menyurutkan niat beberapa penggemar Naruto yang selama ini jatuh hati dengan gesitnya permainan Naruto Shippuden: Ultimate Ninja Storm.

Walaupun tidak bisa dikatakan sempurna, setidaknya Naruto Ultimate Ninja Blazing bisa menjadi suguhan game Android Naruto “resmi” yang jauh lebih baik bila dibandingkan tiruan game Naruto lainnya di luar sana.

Game Info
Review Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android Yellow
Ultimate Ninja Blazing
BANDAI NAMCO Entertainment Inc. -  Aug 29, 2016
Genre:  Action
Size:   20M
Installs:   100,000 - 500,000
Gratis
Download

(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)

The post Review Naruto Ultimate Ninja Blazing – Game Android Naruto Terbaik untuk Saat Ini appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Otogi: Spirit Agents – Petualangan Spiritual Santai

$
0
0

Saat ini RPG mobile bertipe grinding atau gacha sudah sangat banyak beredar di pasaran. Kamu yang suka main game mobile pun pasti sudah akrab dengan ciri-ciri game seperti ini. Game bertipe gacha umumnya punya pertarungan yang sederhana, fitur auto battle, cerita secukupnya, serta karakter-karakter yang bisa dikoleksi lewat sistem undian.

Untuk bersaing di antara ratusan game yang mirip, sebuah game gacha biasanya menjual suatu keunikan. Entah itu sistem pertarungan yang tak biasa, penggunaan francis populer, atau keunikan lain.

Lucunya, Otogi: Spirit Agents malah tidak melakukan hal-hal itu sedikit pun. Otogi: Spirit Agents adalah RPG mobile bertipe gacha yang sama sekali tidak unik, tapi juga sama sekali tidak jelek.

Pakem lama

Otogi: Spirit Agents | Screenshot 1

Melihat gaya visual dan judulnya saja, mungkin kamu sudah bisa menebak tentang apa game ini. Otogi: Spirit Agents bercerita tentang sebuah organisasi yang menangani kasus-kasus seputar roh halus di Jepang. Organisasi tersebut bernama Bureau of Occult, dan kamu adalah salah satu anggotanya.

Roh halus umumnya tidak membahayakan dan tak tampak oleh manusia biasa, namun perangai mereka bisa berubah apabila terpengaruh oleh energi jahat. Sebagai anggota Bureau of Occult, kamu pun ditugaskan untuk menyucikan roh-roh tersebut dan mencegah kekacauan. Caranya tentu saja dengan menggunakan kekuatan spiritual khusus dan memanfaatkan roh-roh halus yang baik.

Otogi: Spirit Agents | Screenshot 2

Konsep cerita seperti ini sudah sering muncul di dunia game maupun komik buatan Jepang. Cerita dalam Otogi: Spirit Agents juga sebagian besar tidak serius, malah banyak mengandung humor garing khas komik Jepang. Tapi toh cerita bukan hal yang penting dalam game gacha begini, jadi nikmati saja apa adanya.

Gado-gado

Setelah melalui sedikit intro cerita dan tutorial, kamu akan langsung dilempar pada gameplay ala game gacha yang penuh grinding. Kegiatanmu dimulai dengan memanggil (summon) roh halus, menyusun komposisi tim dari roh-roh yang kamu miliki, kemudian pergi bertualang dengan cara memilih stage yang ada.

Otogi: Spirit Agents | Screenshot 3

Khas game tipe gacha, tiap karakter yang kamu miliki bisa melakukan level up dengan cara “memakan” karakter lain atau item bernama magatama. Di sini terdapat sedikit unsur manajemen, sebab staminamu terbatas dan tiap misi punya imbalan berbeda-beda. Kamu harus memilih, apakah ingin fokus pada misi berimbalan magatama, karakter langka, uang, dan sebagainya tergantung keperluan.

Mengoleksi dan memperkuat karakter-karakter langka itu rasanya menyenangkan, tapi di sini kesenangannya kurang maksimal karena karakternya tidak familier. Maklum, Otogi: Spirit Agents memang bukan bagian dari francis populer.

Roh-roh yang menjadi karakter di game ini terbilang cukup aneh. Sebagian roh merupakan perwujudan tokoh-tokoh bersejarah, seperti Okita Soji dan Socrates. Ada juga yang diadaptasi dari dewa-dewa atau makhluk legenda, seperti Hermes Trismegistus dan Shuten Doji. Sebagian roh lainnya malah perwujudan dari benda mati, semisal roh pistol Tokarev dan pedang Kotetsu.

Otogi: Spirit Agents | Screenshot 4

Variasi seperti ini menurut saya menarik, tapi juga membingungkan karena membuat game jadi punya rasa yang campur aduk. Melihat seorang filsuf Yunani, tentara Rusia, dan samurai Jepang bertarung bersama itu aneh dan menggelikan, tapi menghibur juga sih.

Sayangnya nuansa kultural game ini rusak oleh terjemahan bahasa Inggris yang terlalu westernisasi. Banyak istilah maupun nama yang diubah jadi kebarat-baratan, sehingga malah jadi terasa generik dan tidak mencerminkan kultur aslinya. Padahal game ini mengandung unsur mitologi dan budaya dari berbagai belahan dunia, dan nuansa itu seharusnya dimaksimalkan.

Super kasual

Otogi: Spirit Agents | Screenshot 5

Pertarungan (atau lebih tepatnya grinding) adalah inti utama game bertipe gacha, termasuk Otogi: Spirit Agents. Game ini menyajikan pertarungan secara real time, dengan tampilan karakter 3D chibi yang imut. Saat bertarung, semua karakter akan bergerak secara otomatis, namun kamu bisa memerintahkan mereka untuk menggunakan skill sewaktu-waktu.

Keterbatasan resource untuk mengeluarkan skill memberikan unsur strategi dalam Otogi: Spirit Agents. Pada awal pertarungan, tiap skill bisa kamu gunakan dengan membayar satu bola arwah. Namun setiap kali skill kamu gunakan, ongkos bola arwahnya akan meningkat menjadi dua atau tiga. Jadi kamu tidak bisa spamming asal saja.

Otogi: Spirit Agents | Screenshot 6

Bola arwah bisa didapat secara acak, dari regenerasi berkala, atau dengan cara melakukan Skill Kill (membunuh musuh menggunakan skill). Timing mengeluarkan skill penting demi efisiensi bola arwah, dan ini harus kamu pikirkan bila sedang bertarung melawan bos yang sulit. Sementara bila sedang grinding melawan musuh lemah, tersedia fitur auto battle sehingga kamu bisa main sambil santai-santai.

Kamu tidak akan menemukan fitur-fitur mendalam di Otogi: Spirit Agents. Tidak ada PvP, tidak ada raid boss, atau variasi-variasi lainnya. Fitur multiplayer pun sangat minim, hanya berbentuk menambahkan teman sebagai bala bantuan dan guild sederhana. Game ini benar-benar hanya sebuah festival grinding kasual yang bisa kamu mainkan tanpa beban pikiran.

Kesimpulan

Otogi: Spirit Agents | Screenshot 7

Otogi: Spirit Agents adalah game gacha tersantai yang pernah saya mainkan. Game ini benar-benar hanya fokus pada dua hal, yaitu grinding dan gacha. Begitu santainya, sampai saya rasa Otogi: Spirit Agents sudah layak masuk dalam kategori game super kasual. Cocok untuk pengguna smartphone yang butuh hiburan ringan, bukan gamer serius.

Meski sangat santai dan sederhana, Otogi: Spirit Agents bukanlah game yang jelek. Justru dengan membuang hal-hal rumit, game ini berhasil memberikan kesenangan kecil yang cukup menyenangkan. Jadi kalau kamu butuh hiburan sederhana dengan bumbu nuansa Jepang, game ini bisa jadi salah satu alternatif.

Game Info
Review Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android Yellow
Otogi: Spirit Agents
Mitama Games HONGKONG Limited -  Sep 21, 2016
Genre:  Card
Size:   138M
Installs:   100,000 - 500,000
Gratis
Download

(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)

The post Review Otogi: Spirit Agents – Petualangan Spiritual Santai appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review PewDiePie’s Tuber Simulator – Simulasi Desainer Interior

$
0
0

Felix Kjellberg alias PewDiePie bisa dibilang merupakan figur selebritas online yang sangat lekat dengan dunia gaming. Meskipun sudah tidak merilis video bertema game serutin dulu, namun ia masih dianggap sebagai selebritas YouTube yang memiliki pengaruh tinggi bila dihubungkan dengan game.

Setelah tahun lalu tampil dalam game berjudul PewDiePie’s: Legend of Brofist kali ini nama PewDiePie kembali muncul melalui game keduanya yang berjudul PewDiePie’s Tuber Simulator. Dikerjakan oleh developer yang sama dengan proyek  game sebelumnya, yakni Outerminds, kali ini PewDiePie “menjual” sebuah game simulasi manajemen yang sebetulnya tidak banyak menawarkan hal baru dibanding game sejenis lainnya.

Lantas apakah game free-to-play untuk Android dan iOS ini bisa dibilang berhasil meskipun terkesan menumpang kebesaran nama PewDiePie? Simak ulasannya di sini.

“YouTube” simulator yang menginginkan kamu menonton video iklan

TubeSimulator | Screenshot 1

Merintis karir sebagai bintang video YouTube bukanlah pekerjaan mudah. Selalu saja ada burung elang yang selalu berlalu lalang di ruanganmu sewaktu-waktu.

Pernah mendengar game YouTubers Life atau Vlogger Go Viral? Jika sudah dan pernah memainkan kedua game tersebut, mungkin kamu familier dengan konsep permainan simulasi kreator video online yang diusung PewDiePie’s Tuber Simulator. Dalam game kasual ini, kamu diajak meniti karier sebagai kreator video online yang kelak menyalip popularitas PewDiePie.

Sama seperti indikator popularitas kreator YouTube di dunia nyata, jumlah angka subscriber menjadi patokan seberapa besar popularitas kamu di dalam game. Semakin sering kamu menghasilkan video, maka semakin banyak pula penonton yang menjadi subscriber.

TubeSimulator | Screenshot 2

Sama seperti “YouTuber” dunia nyata, semakin banyak jumlah penonton kamu semakin banyak pula uang kamu.

Uniknya, di sini jumlah berapa kali video kamu ditonton menjadi semacam mata uang untuk membeli beragam item penghias ruangan. Semakin tinggi “level” popularitasmu, semakin beragam pula fitur dan item hiasan ruangan yang tersedia dalam permainan.

Meskipun dilabeli sebagai game manajemen, namun inti permainan PewDiePie’s Tuber Simulator sebetulnya lebih mendekati game idle. Tidak seperti YouTubers Life yang mirip The Sims, waktumu dalam game PewDiePie’s Tuber Simulator lebih banyak dihabiskan dengan kegiatan menunggu dan memilih keputusan yang kamu inginkan.

TubeSimulator | Screenshot 3

Kira-kira berapa pemasukan yang diterima PewDiePie karena mendorong kita menonton video iklan beberapa kali dalam game?

Dikarenakan game ini mengharuskan pemainnya menunggu (entah itu menunggu item datang atau videomu rampung dipublikasikan), Outerminds menyadari betul bahwa pemain pasti akan mengambil jalan pintas apa pun agar mereka tidak tertahan waktu tunggu yang lama.

Oleh karena itu, Outerminds menyelipkan skema menonton video iklan untuk mempersingkat waktu bermain kamu. Meskipun sifatnya opsional, namun karena saya tidak memiliki banyak pilihan, otomatis opsi menonton iklan tadi menjadi begitu menggiurkan untuk diambil.

Tak melulu soal menunggu, tapi juga soal menghias

TubeSimulator | Screenshot 4

Kustomisasi ruang bisa dibilang merupakan nilai jual utama dari permainan PewDiePie’s Tuber Simulator. Pemain dibebaskan menghias ruangan dalam game layaknya seorang desainer interior agar mencerminkan tema video yang selama ini mereka fokuskan. Entah itu menjadi kreator video online di bidang kecantikan, lelucon alias prank, gaming, dan lain-lain.

Outerminds juga menyertakan fitur konektivitas online agar para pemain bisa tersambung satu sama lain dan saling mengunjungi ruang kerja untuk mendapat hadiah. Lewat fitur ini, kamu bisa melihat seberapa jauh perkembangan karakter milik teman-teman dengan melihat aneka perabotan yang menghias ruangan mereka.

Jenis perabotan ruang game ini ditentukan dari progres level karakter. Semakin tinggi level karaktermu, semakin bermacam pula item yang bisa dibeli. Masalahnya, semakin tinggi level barang tersebut, semakin lama pula proses pengiriman barangnya.

Repetitif di tingkat yang lebih lanjut

TubeSimulator | Screenshot 5

Meskipun proses menghias ruang dalam game ini cukup menarik, namun sayangnya permainan PewDiePie’s Tuber Simulator terasa begitu repetitif di tingkat yang lebih tinggi. Di sini kamu memproduksi sebuah video, menunggu, karaktermu naik level, membeli barang baru, menunggunya datang, dan begitu terus berulang-ulang.

Mungkin karena sadar dengan betapa repetitifnya alur permainan game ini, developer Outerminds menyertakan mini game sampingan yang sekaligus berfungsi untuk memotong lamanya durasi pengiriman barang.

Terus terang mini game ini tidak banyak membantu karena di level barang yang lebih tinggi, harga yang harus saya bayarkan untuk satu kali bermain mini game sangatlah mahal. Mahalnya bermain mini game ini membuatnya semakin jarang tersentuh di tingkat permainan yang lebih tinggi, sehingg saya lebih cenderung menutup PewDiePie’s Tuber Simulator dan beralih ke game lainnya selagi menunggu.

Akibat skema permainannya tadi, PewDiePie’s Tuber Simulator terus terang lebih cocok dijadikan hiburan selingan karena lebih sering menempatkan pemain di posisi yang pasif. Saya pribadi berharap agar sang developer menambahkan hal lainnya, seperti peristiwa acak (random event) atau mini game tambahan, agar permainan semakin terasa seru.

Presentasi cukup oke untuk sebuah game yang dangkal

TubeSimulator | Screenshot 5

“Yo whats’up my fren!”

Sama seperti game PewDiePie: Legend of the Brofist, dari segi presentasi, saya akui PewDiePie’s Tuber Simulator memiliki kualitas yang sangat bagus untuk sebuah game mobile. Hal tersebut tak lepas dari kombinasi grafis piksel yang solid dan sedikit lebih baik dibandingkan game PewDiePie sebelumnya.

Untuk soal tata suara, sayangnya Outerminds hanya menyediakan tiga musik pengiring, yaitu pada bagian intro, game utama, dan mini game. Meskipun terdengar oke, namun sayangnya musik jenis chiptune yang diperdengarkan terasa begitu repetitif sehingga terasa menjemukan. 

IAP opsional dengan harga terjangkau

TubeSimulator | Screenshot 6

Dalam PewDiePie’s Tuber Simulator, IAP bukanlah suatu halangan agar kamu bisa menjadi selebritas video online nomor satu di dunia game. Game ini memiliki satu mata uang premium bernama Bux yang digunakan untuk mempersingkat waktu bermain, membeli item premium, dan memperluas ruangan karaktermu.

Seratus lembar Bux dalam game ini diharga Rp14.000. Dengan uang IAP sebanyak itu saja, kamu sudah bisa memangkas waktu pengiriman barang dan mendapat item seperti baju, meja, serta komputer untuk menghias tampilan karaktermu.

Keberadaan Bux dalam game ini sepenuhnya opsional karena bisa didapat secara pelan-pelan dengan cara terus bermain. Jadi kamu tidak harus mengeluarkan uang sepeser pun, kecuali bila memang mengejar progres bermain secara instan.

Kesimpulan: game “sampingan” yang potensial jika saja…

TubeSimulator | Screenshot 7

Saat ulasan ini dipublikasikan, saya masih menjadikan PewDiePie’s Tuber Simulator sebagai game sampingan yang terkadang masih saya mainkan sewaktu-waktu. Hal ini bukan karena saya jenuh dengan permainannya, tetapi karena akses bermain game jadi berkurang gara-gara durasi waktu tunggu yang semakin lama di tingkat lebih tinggi.

Lamanya waktu tunggu menjadi salah satu hal yang cukup disayangkan, karena mengurangi keasyikan bermain PewDiePie’s Tuber Simulator. Andaikan game ini tak hanya sebatas bikin video dan menghias ruangan, seringnya aktivitas menunggu mungkin tak akan menjadi soal bagi saya, selama saya lebih aktif lagi diikutsertakan dalam permainan.

Secara keseluruhan, PewDiePie’s Tuber Simulator adalah game simulator dengan penilaian yang biasa-biasa saja di mata saya. Penilaian saya mungkin berbeda dengan kamu bila kegiatan menunggu dan tak melakukan banyak hal adalah hal yang kamu cari dalam sebuah game. Jika memang itu game yang kamu mau, silakan unduh PewDiePie’s Tuber Simulator lewat tautan di bawah.

Game Info
Review Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android Yellow
PewDiePie's Tuber Simulator
Outerminds Inc. -  Sep 28, 2016
Genre:  Casual
Size:   39M
Installs:   10 - 50
Gratis
Download

(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)

The post Review PewDiePie’s Tuber Simulator – Simulasi Desainer Interior appeared first on Tech in Asia Indonesia.


Review Space Marshals 2 – Sebaik Metal Gear Solid Klasik

$
0
0

Pada tahun 2015 lalu, Space Marshals menghadirkan pengalaman bermain twin-stick shooter yang cukup berbeda dengan game sejenis lainnya di platform mobile. Bila sebagian besar game twin-stick shooter menghadirkan aksi yang “rusuh” dan cepat, Space Marshals justru mengambil tempo lebih lambat layaknya sebuah game action taktis yang biasanya terdapat di console.

Simak review Space Marshals selengkapnya di sini!

Setahun berselang setelah Space Marshals dirilis, Pixelbite kembali dengan sekuelnya yang masih mengusung gameplay serupa. Sekuel berjudul Space Marshals 2 bisa dibilang sebagai penyempurnaan dari game orisinalnya, walaupun pemain setia hampir tidak akan menemukan hal yang benar-benar baru.

Dengan kualitas dan gameplay yang tidak berbeda jauh dibanding prekuelnya, apakah Space Marshals 2 tetap layak dibeli? Ikuti terus ulasan saya berikut ini.

Makin mirip Metal Gear Solid

Space Marshals 2 | Screenshot 01

Space Marshals 2 kembali menceritakan tentang usaha seorang sheriff luar angkasa bernama Burt yang memburu para buronan antariksa. Karena ia kalah jumlah dengan gerombolan kriminal yang diburunya, mau tak mau Sheriff Burt harus mengambil pendekatan stealh saat melumpuhkan para musuh.

Sama seperti prekuelnya, penyergapan taktis merupakan gameplay utama dalam Space Marshals 2. Kamu dianjurkan untuk menyergap musuh di saat mereka sedang lengah dan sebisa mungkin menghindari penyerbuan frontal.

Satu hal berbeda yang hadir di Space Marshals 2 adalah kemampuan untuk melumpuhkan musuh secara senyap. Kamu sekarang bisa mengendap-endap dari belakang untuk mencekik para kriminal tanpa harus menimbulkan kegaduhan dan membuat gerombolan penjahat menjadi waspada.

Fitur baru ini membuat Space Marshals 2 makin mirip dengan seri Metal Gear Solid, khususnya dengan iterasi klasiknya yang dirilis di console PS1. Penyelesaian sebuah level juga sering kali melibatkan mencari kunci, mengamankan target tertentu, hingga membebaskan tawanan, sehingga misi tidak hanya selalu berkutat pada melumpuhkan semua musuh seperti game twin-stick shooter kebanyakan.

Minim inovasi

Space Marshals 2 | Screenshot 02

Bila kamu mengharapkan sebuah terobosan besar dalam Space Marshals 2, maka siap-siaplah kecewa. Game ini secara garis besar sama dengan prekuelnya yang dirilis tahun lalu.

Baik kualitas narasi, skema kontrol, maupun gameplay dalam Space Marshals 2 bisa dibilang sangat mirip dengan game orisinalnya. Para pemain veteran Space Marshals pasti bisa langsung bermain game ini dengan lancar, meski tidak mengikuti tutorialnya sama sekali.

Meskipun demikian, kemiripan ini bukan berarti jelek lo! Ibarat frasa “kalau tidak rusak, maka tidak perlu diperbaiki”, hal serupa juga diaplikasikan oleh Pixelbite dalam Space Marshals 2. Hampir semua elemen game memiliki kualitas yang setara, tentunya dengan sedikit perbaikan di sana-sini yang membuat Space Marshals 2 tetap seru dan menyenangkan.

Lebih luas dan variatif

Space Marshals 2 | Screenshot 03

Salah satu perbaikan yang kentara adalah bagaimana Pixelbite menghadirkan dua puluh level yang lebih luas dibanding game pendahulunya. Tidak hanya luas, desain level yang cerdas juga membuat rute penyergapan yang kamu lakukan jarang sekali berjalan dalam suatu garis lurus.

Kamu akan keluar masuk bangunan, menyusuri gua-gua sempit, hingga menyusup ke pesawat luar angkasa dalam mengikuti petualangan sang sheriff. Tidak hanya lokasi yang variatif, kamu juga akan menjalani aksi penyergapan yang cukup berbeda di beberapa level.

Gaya penyergapan kamu sesekali akan berubah berkat keberadaan kawan-kawan yang dikendalikan oleh komputer. Penyerbuan secara berkelompok ini akan memberikan variasi permainan, dari yang biasanya mengendap-endap menjadi menyerang frontal dengan peluru-peluru yang berdesing di medan pertempuran. Seru!

AI bodoh

Space Marshals 2 | Screenshot 04

Satu hal yang masih bisa diperbaki adalah intelejensi para musuh di dalam game. Dengan mekanisme yang ada pada saat ini, para musuh dalam Space Marshals 2 tak ubahnya bagai sekelompok orang yang menderita rabun jauh, budeg, serta berhati dingin.

Setiap musuh memiliki daerah kewaspadaan yang divisualisasikan lewat suatu bidang kerucut berwarna merah sesuai dengan arah pandangnya. Kamu akan aman selama masih berada di luar bidang tersebut, meski kamu jelas-jelas berdiri di hadapan musuh sekalipun.

Mereka juga tampak tidak peduli dengan kawan-kawan yang terkapar di hadapannya. Bahkan, meski kamu melumpuhkan satu musuh tepat di hadapan kawannya, rekan musuh yang menyaksikan kejadian itu tetap saja tak peduli bahwa ada penyusup yang masuk.

Presentasi menawan

Space Marshals 2 | Screenshot 05

Untuk urusan audio visual, Space Marshals 2 tidak perlu diragukan lagi. Kualitas presentasi yang dihadirkan Pixelbite sangat mengagumkan, bahkan sedikit lebih baik dibanding iterasi pertamanya.

Berbagai tampilan objek, efek pencahayaan, bunyi tembakan, serta suara-suara lainnya tersaji meyakinkan. Bila dibandingkan berbagai game mobile yang sejauh ini dirilis di tahun 2016 pun, Space Marshals 2 masih layak untuk masuk sebagai salah satu game dengan kualitas grafis terbaik.

Pengalaman berkualitas dengan replay value sepadan

Space Marshals 2 | Screenshot 06

Space Marshals 2 memiliki lama gameplay yang bisa diselesaikan dalam kurang dari sepuluh jam. Namun bila kamu termasuk seorang gamer yang suka mengoleksi semua item dan achievement dalam game, maka lama gameplay ini bisa menjadi berkali-kali lipat.

Setiap level memiliki sejumlah koin tersembunyi yang bisa ditukar dengan senjata spesial. Selain terdapat koin tersembunyi, kamu juga dapat memilih satu reward setiap kali menyelesaikan suatu level. Setiap level memiliki lebih dari satu reward, sehingga kamu akan mengulang-ulang level untuk melengkapi berbagai reward tersebut.

Kesimpulan: Tak boleh dilewatkan

Space Marshals 2 | Screenshot 07

Dengan segala kelebihan yang ditawarkan Space Marshals 2, game ini menjadi salah satu judul yang sebaiknya tidak kamu lewatkan di tahun 2016. Banderol sekitar Rp89.000 terasa sangat sepadan dengan pengalaman gameplay berkualitas yang akan kamu dapatkan.

Memang game ini bukannya tanpa cela. Minimnya inovasi dan rendahnya intelenjensi AI menjadi beberapa hal yang membuat gameplay Space Marshals 2 tidak meraih nilai sempurna. Namun, tetap saja kamu akan dihibur dengan grafis menawan serta misi variatif.

Kamu yang belum pernah bermain prekuelnya pun tak perlu khawatir. Kisah dalam Space Marshals 2 bisa dibilang berdiri sendiri, dan tak memerlukan pemahaman terhadap cerita yang berlangsung sebelumnya. Malah, Space Marshals 2 bisa membuat kamu penasaran untuk memainkan game sebelumnya.

Game Info
Review Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android Yellow
Space Marshals 2
Pixelbite -  Aug 24, 2016
Genre:  Games, Role-Playing, Adventure
Size:  520.18 MB
Installs:  N/A
Rp. 89.000
Download

(Diedit oleh Mohammad Fahmi)

The post Review Space Marshals 2 – Sebaik Metal Gear Solid Klasik appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review FIFA Mobile – Game Free-to-Play Terbaik bagi Penggila Bola

$
0
0

Sebenarnya, meskipun menggemari game sepak bola, saya bukan penggemar FIFA. Saya lebih menggemari “game sebelah” yang dibuat oleh Konami. Tapi begitu membaca berita tentang FIFA Mobile, saya merasa bahwa game ini menjanjikan beberapa fitur yang terlihat menarik. Jadi saya pikir tidak ada salahnya dicoba, lumayan untuk memperluas wawasan.

Ekspektasi awal saya cukup rendah mengingat FIFA Mobile hanya sebuah game free-to-play. Tapi rupanya game ini bukanlah game free-to-play abal-abal. Meski dengan keterbatasan smartphone, FIFA Mobile berhasil memberikan hiburan seru dan komplet bagi seorang penggemar sepak bola. Bahkan, FIFA Mobile adalah salah satu game mobile free-to-play terbaik yang pernah saya coba.

Camilan ringan

FIFA Mobile | Screenshot 1

Saat baru mulai main FIFA Mobile, hal pertama yang menarik perhatian saya adalah banyaknya variasi permainan dalam game ini. EA tampaknya mengerti bahwa sebuah game mobile harus bisa memfasilitasi permainan singkat maupun lama, sehingga mereka menyajikan mode yang cocok untuk kedua gaya main.

Secara sederhana, kita bisa membagi mode permainan FIFA Mobile ke dalam dua jenis, yaitu jenis “mini game” dan “full game”. Mini game ini jenisnya sangat beragam, mulai dari sekadar adu penalti, adu dribel melawan pemain lawan, one-on-one melawan kiper, dan banyak lagi jenis lainnya tergantung event yang kamu pilih.

FIFA Mobile | Screenshot 2

Setiap event tentunya memiliki imbalan berbeda tergantung dari tingkat kesulitan dan ongkos stamina yang berbeda pula. Saran saya sebaiknya jangan terlalu rakus atau pongah terhadap event yang punya imbalan besar, karena salah-salah staminamu malah terbuang sia-sia. Berusaha menjebol gawang David de Gea dengan pemain-pemain Serie B itu sah-sah saja, tapi kalau kamu gagal ya tidak usah kaget.

Bersaing secara sportif

FIFA Mobile menyediakan fitur PvP yang menurut saya sangat inovatif bernama Attack Mode. Attack Mode adalah mode yang memungkinkanmu bermain melawan pemain lain dalam pertandingan yang berjalan turn-based. Turn-based di sini bukan berarti kamu bermain dengan memilih-milih menu seperti JRPG, tapi kamu dan lawanmu akan memainkan babak secara bergantian.

FIFA Mobile | Screenshot 3

Sesuai namanya, dalam Attack Mode kamu hanya akan bermain menyerang tanpa perlu bertahan. Babak dimulai dalam keadaan timmu menguasai bola, dan kamu harus berusaha mencetak gol tanpa kehilangan bola. Bila bolamu terebut musuh, waktu akan bergerak maju, kemudian kamu akan diberi kesempatan memulai serangan lagi dari kondisi yang berbeda.

Kamu punya waktu sepanjang 45 menit (satu babak) untuk menyerang sesuka hati. Kemudian lawan yang kamu tantang bermain punya waktu beberapa jam untuk menyerang balik sebelum pertandingan tersebut kedaluwarsa. Normalnya sebuah pertandingan berjalan selama empat babak, tapi bisa ada babak tambahan bila skor kedua pihak seri.

Fitur sepak bola nyaris lengkap

FIFA Mobile | Screenshot 4

Live Event dan Attack Mode adalah mode permainan bertipe mini game, bukan pertandingan penuh seperti game sepak bola sungguhan. Bila kamu ingin main pertandingan 90 menit penuh, kamu bisa melakukannya dalam mode Season. Mirip seperti Master League di seri Winning Eleven, kamu akan bertanding melawan tim-tim dunia nyata sesuai dengan liga yang kamu ikuti.

Saya harus mengacungkan jempol pada skema kontrol yang dibuat oleh EA Sport di game ini. FIFA Mobile menggunakan kontrol layar sentuh dengan virtual joystick dan tiga tombol. Tiga tombol ini akan berubah fungsi tergantung dari apakah kamu sedang menyerang atau bertahan. Bila menyerang, kamu memiliki tombol Pass, Sprint & Skill, dan Shoot. Sementara bila bertahan, kamu punya tombol Switch, Sprint & Tackle, dan Slide.

FIFA Mobile | Screenshot 5

Skema kontrol ini sederhana namun sudah memfasilitasi semua kebutuhan game sepak bola. Lebih menarik lagi, kamu juga bisa melakukan tap di layar untuk mengumpan atau pressing, serta swipe untuk melakukan shoot. Kedua skema kontrol berjalan bersamaan, jadi terserah kamu mau menggunakan yang mana.

Bila ingin main lebih santai, kamu bisa membiarkan game berjalan secara otomatis dengan cara tidak menekan tombol apa-apa. Saya sendiri lebih suka kontrol manual apabila sedang main mode Season, tapi untuk Attack Mode saya cenderung membiarkan game berjalan sendiri dan hanya mengontrol untuk pass atau shoot.

FIFA Mobile | Screenshot 6

Sayangnya, pertandingan penuh hanya bisa kamu lakukan melawan AI. Kamu bisa bergabung dalam liga buatan pemain lain dalam mode League, tapi pertandingan dalam mode ini pun hanya disajikan sebagai Attack Mode. Sedikit mengecewakan, tapi sistem PvP ini masuk akal sebab justru akan sulit bila kedua pemain yang bertanding harus online bersamaan.

Dinamika transfer pemain

Game bertema sepak bola dan gacha adalah dua hal yang sangat berjodoh sebab keduanya punya tujuan serupa: membentuk tim terkuat. FIFA Mobile menyediakan berbagai macam undian yang bisa kamu beli untuk mendapat pemain sepak bola secara acak. Tapi cara mendapat pemain tidak hanya sekadar gacha. Terdapat dua jenis cara lain yaitu Plan dan Market.

FIFA Mobile | Screenshot 7

FIFA Mobile bukan RPG, jadi karaktermu jelas tidak bisa level up. Bila kamu punya karakter yang lemah atau tak berguna, kamu bisa “mengorbankan” ia dalam fitur Plan untuk mendapat karakter yang lebih baik. Contohnya, kamu bisa mengorbankan beberapa pemain berkebangsaan Inggris untuk mendapat satu orang pemain tim nasional Inggris.

Semakin bagus pemain yang menjadi imbalan dalam Plan, semakin rumit juga cara yang harus kamu tempuh. Beberapa Plan tidak hanya butuh karakter untuk dikorbankan, tapi juga butuh benda-benda lain, misalnya token yang bisa kamu dapat dengan menyelesaikan event tertentu.

FIFA Mobile | Screenshot 8

Sistem Plan memang agak rumit dan butuh usaha, tapi memberikan imbalan yang lebih pasti daripada judi gacha. Kalau kamu ingin lebih pasti lagi, tersedia fitur Market di mana kamu bisa melakukan jual beli karakter dengan pemain lain. Ingin mendapat Zlatan Ibrahimovic? Gampang. Menabung saja 4,5 juta Gold lalu beli Ibra di Market.

Berhubung para pedagang di Market adalah pemain-pemain lain, bila beruntung kamu bisa mendapatkan karakter bagus dengan harga murah. Saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk memantau gejolak pasar, sambil berdiskusi dengan kawan atau googling mencari pemain murah yang potensial untuk direkrut. Rasanya menyenangkan, seolah sedang bermain Football Manager di dunia nyata.

Kekurangan yang bisa dimaklumi

FIFA Mobile | Screenshot 9

Dari segi gameplay, FIFA Mobile sangat menyenangkan dan nyaris sempurna sebagai game sepak bola portabel. Tapi game ini juga punya beberapa kekurangan. Secara keseluruhan kekurangan-kekurangan tersebut tidak begitu mengganggu, tapi tetap harus kita bahas.

Pertama, berhubung game bisa berjalan otomatis bila tidak kita kendalikan, terkadang AI para pemain melakukan hal-hal yang bodoh, apalagi bila pemain tersebut bukan pemain bintang. Sepertinya kecerdasan AI berbanding lurus dengan stat yang dimilikinya, jadi jangan ragu-ragu untuk mengambil alih kontrol di tengah permainan.

FIFA Mobile | Screenshot 10

Kedua, berhubung skema kontrol digabung antara virtual joystick dan tap/swipe, terkadang saya tidak bisa melakukan tap di tempat tertentu karena terhalang oleh joystick di layar. Ini kejadian langka sebab joystick umumnya akan hilang otomatis begitu kamu melakukan tap/swipe. Tapi masih bisa terjadi bila kamu sering berganti-ganti cara kontrol seperti saya.

Terakhir, saya terkadang sebal karena sulitnya tantangan yang muncul dalam event. Sebagai contoh, salah satu event Halloween mengharuskan saya untuk mencetak gol “screamer” dari luar area penalti. Ini tantangan mudah bila saya punya Lampard atau Ronaldo, tapi berhubung saya tidak punya, saya hanya bisa pasrah. Tampaknya tantangan level tinggi harus diselesaikan dengan pemain jagoan pula.

Kesimpulan

FIFA Mobile | Screenshot 11

FIFA Mobile bukanlah porting FIFA 17 versi console, jadi kamu jangan berharap menemukan fitur-fitur serupa. FIFA Mobile adalah game mobile free-to-play bertema sepak bola, dan game ini berhasil menyajikan kualitas yang sangat baik dalam genre tersebut. Sebagai hiburan di perangkat portabel, fitur-fitur dalam FIFA Mobile sudah cukup “mengenyangkan”.

Tampilan 3D dan kontrol yang baik, fitur Attack Mode yang inovatif, serta beragam mode permainan adalah daya tarik utama game ini. Merekrut pemain juga lebih menyenangkan daripada game gacha biasa berkat fitur Plan dan Market. Ditambah dengan lisensi lengkap dari FIFA, saya rasa FIFA Mobile pantas disebut game mobile wajib main bagi para penggila bola.

Microsoft Store Link: FIFA 17 Mobile, Gratis

Game Info
Review Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android Gray
FIFA Mobile Football
ELECTRONIC ARTS -  Oct 10, 2016
Genre:  Sports
Size:  N/A
Installs:   100,000 - 500,000
Gratis
Download

(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)

The post Review FIFA MobileGame Free-to-Play Terbaik bagi Penggila Bola appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Habitica – Perbaiki Kebiasaanmu dan Jadilah Sang Hero

$
0
0

Jangan berhenti bermain, karena hidup adalah permainan dan kamu adalah tokoh utamanya. Ya, kira-kira seperti itulah inti dari aplikasi Habitica, aplikasi pembentuk kebiasaan dengan sentuhan elemen game RPG.

Tugas kamu di Habitica bukanlah menyelamatkan dunia dari raja kegelapan, tapi mengubah kebiasaanmu menjadi lebih baik. Semakin banyak kebiasaanmu yang berubah, semakin tinggi level karaktermu di Habitica.

Ya, aplikasi ini memang tidak ubahnya seperti game RPG, hanya saja kamulah yang jadi karakter utamanya. Unik kan? Daripada penasaran, yuk simak ulasan singkat mengenai Habitica di bawah ini.

Cara asyik mengubah kebiasaan

Habitica | screenshot 1

Mengubah kebiasaan bukan perkara mudah. Kamu butuh konsistensi. Tanpa itu, kebiasaanmu yang dulu bisa saja kembali lagi. Di sinilah Habitica berperan. Membantu kamu menjaga konsistensi melalui metode gamifikasinya.

Pertama-tama kamu butuh akun Habitica untuk bisa login. Bisa juga digantikan akun Facebook atau akun Google. Setelah login, kamu akan diminta untuk membuat avatar. Dari warna pakaian, kulit, rambut, dan pernak-pernik lainnya bisa kamu modifikasi.

Selanjutnya tinggal memilih kategori kebiasaan yang ingin ditingkatkan. Total ada tujuh kategori yang terdiri atas Work, Exercise, Health + Wellness, School, Teams, Chores, dan Creativity. Masing-masing kategori memiliki Task yang berbeda-beda.

Setelah semuanya selesai, barulah kamu sampai di halaman utama. Tampilannya menarik. Kental dengan unsur game. Di sini kamu bisa melihat avatar beserta status nyawa, Exp, dan uang yang dimiliki.

Di bawahnya kamu akan menemukan empat menu yang terdiri atas Habit, Dailies, Todos, dan Reward. Habit merupakan kebiasaan jangka panjang yang ingin diraih, bisa positif maupun negatif.

Contoh Habit positif yaitu ingin memiliki gaya hidup sehat, sedangkan Habit negatif seperti tidur larut malam. Selanjutnya tinggal merinci Task yang perlu dilakukan setiap hari. Detailnya bisa kamu tuliskan di Dailies.

Untuk Habit gaya hidup sehat, kamu bisa menuliskan Task seperti menghindari junk food, tidak merokok, dan olahraga sepuluh menit tiap hari di Dailies.

Jika kamu berhasil melakukannya, tap tombol plus di sebelah kiri Task Dailies. Kamu akan dihadiahi sejumlah Exp dan uang (Gold dan Silver). Namun jika gagal menyelesaikan Task hingga besok, maka nyawa karaktermu akan berkurang.

Begitu juga dengan Habit. Ketika kamu berhasil melakukan Habit positif maka kamu akan mendapatkan uang dan Exp. Namun jika Habit negatif yang kamu lakukan, maka bersiaplah nyawa karaktermu berkurang.

Habitica | screenshot 4

Ketika nyawa habis, level karaktermu akan diturunkan sebagai ganti game over. Ada dua cara memulihkan nyawa yaitu menggunakan potion atau menaikan level karakter.

Di luar itu, sebenarnya kamu bisa juga menggunakan skill khusus milik Healer. Dengan catatan kamu mengambil Healer sebagai kelas karakter.

Menu yang selanjutnya ialah Todos. Todos merupakan kegiatan yang dilakukan sekali saja dan tidak ada kaitannya dengan Habit dan Dailies, misalnya bersih-bersih kamar atau mengerjakan PR. Bedanya Todos dengan Dailies yaitu tidak ada konsekuensi pengurangan nyawa jika gagal menyelesaikan Task Todos.

Kamu bisa menambahkan Task di Dailies, Todos, maupun Habit dengan tap ikon plus (+) di pojok kanan bawah halaman utama. Bagi yang pertama menggunakan Habitica, sebisa mungkin hindari membuat Task terlalu banyak. Tujuannya agar kamu tidak kaget dan terbebani. Setelah terbiasa, barulah kamu bisa menambahnya lagi.

Menu yang terakhir yaitu Reward. Kamu bisa membelanjakan uang yang diperoleh untuk membeli senjata, pakaian, hingga potion di sini. Semakin mahal item, semakin banyak efek yang bisa didapatkan.

Misalnya pedang seharga 20 Gold memiliki efek tambahan meningkatkan serangan hingga lima poin, sedangkan yang berharga 1 Gold tidak memiliki efek tambahan.

Paket lengkap

Habitica | screenshot 2

Sentuhan elemen khas RPG membuat Habitica menyerupai sebuah game. Dimana kamu bisa meningkatkan level, mengubah kelas karakter, membeli item dan equipment, hingga mengambil quest.

Makin tinggi level karaktermu, makin banyak fitur yang dapat dibuka. Misalnya fitur Pet yang baru terbuka ketika kamu mencapai level tiga. Kamu juga akan mendapatkan bonus item seperti telur, makanan Pet, hingga potion khusus ketika naik ke level empat dan seterusnya.

Jika level tiga adalah syarat membuka Pet, maka untuk mengubah kelas kamu harus mencapai level sepuluh. Ada empat kelas yang dapat dipilih yaitu Warrior, Healer, Mage dan Rogue.

Setiap kelas memiliki skill khusus, misalnya Healer yang mampu memulihkan nyawa dan Rogue yang mampu menghindari kerusakan akibat Dailies yang tidak terselesaikan.

Habitica juga menyediakan fitur chatting. Kamu bisa mengunjungi menu Tavern untuk berinteraksi dengan semua member Habitica yang sedang online. Namun bagi yang tertarik dengan hal-hal yang lebih spesifik, misalnya untuk para pecinta buku, kamu bisa bergabung dengan Guild.

Fitur yang tidak kalah menarik yaitu Party. Kamu bisa membentuknya bersama sejumlah member Habitica. Party berguna untuk menyelesaikan quest. Keberadaan fitur Party membuat Habitica terkesan seperti game MMORPG sungguhan.

Di luar itu, masih banyak hal-hal berbau game RPG yang bisa ditemukan di Habitica. Misalnya event khusus melawan bos monster atau munculnya item-item langka yang dapat kamu beli.

Jika kamu menyukai aplikasi ini, kamu bisa membeli Gems sebagai bentuk dukungan kepada Habitica. Harganya bervariasi, mulai dari Rp13 ribu untuk empat Gems hingga Rp259 ribu untuk 84 Gems. Gems dapat digunakan untuk membeli item dan quest khusus.

Jangan curang

Habitica | screenshot 3

Sebenarnya kamu bisa bermain curang di Habitica, bahkan tanpa perlu cheat. Kamu cukup tap tombol plus sebagai bukti telah menyelesaikan Habit dan Dailies sebanyak mungkin tanpa harus melakukannya di dunia nyata. Dengan begitu, level karaktermu akan menanjak dengan cepat.

Namun kamu harus ingat, jika hal yang paling penting di Habitica bukanlah bermain game, tapi mengubah kebiasaan penggunanya. Metode gamifikasi di Habitica hanyalah pemanis. Percuma saja jika level karaktermu tinggi namun kebiasaanmu tidak berubah.


Bagaimana? Tertarik untuk mencoba Habitica? Oh iya, kamu juga bisa mencoba aplikasi sejenis bernama Life RPG, namun rasanya tampilan Habitica masih jauh lebih keren dibanding Life RPG.

Game Info
Review Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android Gray
Habitica: Gamify Your Tasks
HabitRPG, Inc. -  Oct 31, 2016
Genre:  Productivity
Size:  N/A
Installs:   100,000 - 500,000
Gratis
Download

(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto; Sumber gambar: Chris Christian)

The post Review Habitica – Perbaiki Kebiasaanmu dan Jadilah Sang Hero appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Replica – Distopia Orwell dalam Smartphone

$
0
0

Apa yang akan kamu lakukan jika mendapat “perintah negara” untuk mengintip isi smartphone seseorang? Mungkin kamu tidak akan serta merta melakukannya dengan alasan menghormati privasi orang lain.

Tapi, bagaimana jika smartphone tersebut adalah milik seorang terduga teroris dan dapat saja mengandung informasi yang mengancam keselamatan negara? Jika demikian, masihkah kamu akan menolak mandat tersebut atas dasar privasi?

Itulah gambaran pengalaman yang disajikan SOMI dalam game fiksi interaktif berjudul Replica. Seperti apa rincinya? Mari kita simak ulasannya.

Simulasi spionase smartphone

Replica | Screenshot 1

Replica adalah game adventure yang cukup unik dibandingkan game adventure lainnya karena ia dimainkan lewat ponsel. Lebih tepatnya, tampilan antarmuka serupa smartphone.

Kamu dapat mengoperasikan “smartphone” ini sebagaimana smartphone pada umumnya, meski ada batasan tertentu. Kamu bisa menelepon, menjawab panggilan masuk, membaca pesan, menggunakan aplikasi, dan lain sebagainya (termasuk mengganti musik latar lewat aplikasi Music).

Game ini bersifat investigatif, yang berarti kamu harus mencari petunjuk untuk menyelesaikan tugas yang ada. Langkah awal yang bisa kamu lakukan adalah dengan mengunduh aplikasi To-Do dalam game.  Selain berisi daftar tugas yang harus dilakukan, aplikasi To-Do juga memungkinkanmu untuk memproses data dan informasi dalam smartphone.

Jika kamu mengeklik poin informasi yang relevan (misalnya pada teks SMS), akan muncul tanda centang dan data akan otomatis diproses dalam daftar petunjuk. Sebaliknya, jika kamu mengeklik informasi yang tidak relevan, maka akan muncul tanda silang sebagai pengingat bahwa info tersebut kurang penting.

Replica | Screenshot 2

Replica | Screenshot 3

Kamu bisa mengeklik teks SMS untuk melihat apakah informasi itu relevan terhadap penyelidikan atau tidak

Banyak hal yang harus kamu selidiki di sini: mulai dari info kontak, isi pesan teks, riwayat panggilan, isi status media sosial, dan lain-lain. Kamu juga wajib memerhatikan hal-hal yang sekilas tampak sepele, karena bisa saja ia mengandung kode untuk mengakses data-data rahasia. Di sini kamu betul-betul akan menelusuri tiap info pribadi si pemilik smartphone demi mengabdi pada negara, rasanya seperti sebuah pengalaman “nyata” sebagai mata-mata.

Presentasi piksel yang kelam kelabu

Replica menggunakan arahan visual bergaya piksel yang didominasi warna-warna gelap. Antarmuka smartphone yang menjadi tempat utama game ini disajikan dengan apik dengan ikon aplikasi yang lebih berwarna ketimbang sekitarnya.

Tampilan-tampilan aplikasi juga dibuat semirip mungkin dengan versi dunia nyata, sehingga kamu sebagai pemain dapat merasa langsung familier. Sayangnya grafis di luar smartphone terasa statis dan kaku, namun rasanya itu tidak jadi masalah sebab kamu akan lebih banyak fokus di area smartphone.

Replica | Screenshot 4

Tidak hanya visual, musik latar gubahan Zero-project juga sukses memperkuat atmosfer bernuansa distopia dalam Replica. Keheningan dan kegelapan yang disampaikan oleh musik-musik tersebut dapat membuatmu merasakan betapa sepinya menjadi seorang mata-mata, sekaligus meningkatkan daya fokusmu dalam investigasi.

Bebas memilih, tidak lepas dari konsekuensi

Unsur pilihan tindakan dan konsekuensi adalah menu wajib yang sepatutnya ada dalam game fiksi interaktif. Replica menyajikan menu tersebut dengan cara yang sedikit berbeda. Tidak seperti game fiksi interaktif berupa visual novel di mana kamu melakukan pilihan lewat opsi dialog, Replica justru menyajikan kebebasan memilih tindakan melalui antarmuka smartphone secara lebih fleksibel.

Di sini kamu tidak akan melihat opsi dialog yang terlihat seperti soal pilihan ganda. Setiap pilihan tindakan yang ada dalam Replica adalah sama dengan tindakanmu sendiri sebagai pemain, misalnya jika ada telepon masuk, kamu akan mengangkatnya atau tidak? Tentunya setiap tindakan ini mengandung konsekuensi yang akan memengaruhi permainanmu nantinya, hingga berujung pada ending tertentu.

Replica | Screenshot 5

Dalam waktu sekitar dua jam game ini dapat diselesaikan, namun Replica sangat layak untuk dimainkan berulang kali dikarenakan banyaknya kemungkinan akhir cerita yang dapat terjadi. Total ada dua belas variasi ending yang bisa kamu dapatkan.

Beberapa kendala minor

Replica memiliki kelebihan dan keunikan, namun tidak luput juga dari kekurangan. Kekurangan pertama adalah pengomunikasian cara menutup game ini. Pada antarmuka game yang tampak seperti smartphone, tidak terlihat adanya opsi untuk mematikan ponsel (alias menutup permainan).

Saya sampai harus menutup paksa game ini untuk sekadar mengakhiri sesi permainan. Kemudian saya mencari di internet, dan ternyata cara menutup Replica adalah dengan menekan dan menahan tombol Escape selama sekian detik. Setelah saya bermain kembali, saya melihat tulisan singkat di menu utama yang berisi cara menutup game, dengan posisi dan ukuran yang sulit dilihat. Astaga.

Masalah kedua adalah tidak adanya fitur mempercepat atau melewati teks (skip). Hampir pasti kamu akan memainkan suatu game fiksi interaktif berulang kali untuk mencari variasi ending lain dan sudah barang tentu kamu akan melalui bagian cerita yang sama, sehingga fitur skip dapat sangat membantu mempersingkat waktu. Sayangnya Replica tidak memiliki itu.  Akhirnya, kamu harus rela membaca ulang cerita Replica dengan teks berkecepatan standar.

Replica | Screenshot 6

Terakhir adalah tidak adanya fitur penyimpanan (save). Hal ini bisa dimaklumi sebab Replica dapat ditamatkan dalam waktu sekitar 10-15 menit begitu kamu sudah tahu jawaban teka-tekinya, sehingga fitur penyimpanan di tengah sesi permainan menjadi tidak krusial. Meski demikian, Replica tetap menyimpan setiap ending yang sudah kamu dapatkan.

Kesimpulan: Dilema antara privasi dan negara

Replica adalah sebuah fiksi interaktif unik yang mampu membuatmu merasakan pengalaman sebagai mata-mata smartphone dalam dunia distopia. Dengan sistem investigasi yang simpel namun efektif, gameplay yang immersive, pilihan tindakan yang fleksibel, dan harga yang terjangkau, Replica sangat cocok untuk mengisi waktu luangmu, terutama bila kamu menyukai hal-hal yang bersifat memicu pikiran plus cerita-cerita karya penulis George Orwell.

Apakah kamu akan membela sebuah ide bernama privasi dan kebebasan? Ataukah kamu akan menjadi patriot baru bagi negara?

Tutto nello Stato, niente al di fuori dello Stato, nulla contro lo Stato.

Game Info
Review Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android Yellow
Replica
Zero Rock Entertainment -  Nov 14, 2016
Genre:  Adventure
Size:  N/A
Installs:   100 - 500
26,000
Download

(Diedit oleh Mohammad Fahmi)

The post Review Replica – Distopia Orwell dalam Smartphone appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Super Mario Run – Lagi-Lagi Ego Nintendo Menghalangi Kesempurnaan

$
0
0

Desember 2016 merupakan momen yang bersejarah bagi Nintendo dan gamer mobile. Pada penghujung tahun ini, Mario memulai debutnya di platform mobile lewat Super Mario Run, dengan iOS menjadi tujuan pertamanya.

Sebelum merilis Super Mario Run, Nintendo sempat menghadirkan gabungan game dan media sosial, Miitomo

Nintendo langsung tancap gas dengan Super Mario Run. Mereka bekerja sama dengan Apple secara langsung saat mempromosikan game ini, menyiapkan iklan khusus yang ditayangkan di seluruh dunia, serta menugaskan Shigeru Miyamoto untuk tampil di berbagai kesempatan guna berbicara tentang Super Mario Run. Dengan hype yang dibangun sedemikian tinggi, Super Mario Run tidaklah mengecewakan para penggemar yang telah menantikannya.

Terasa segar

Super Mario Run - Mario Jumps | Screenshot

Sebagai bagian dari seri game platformer Super Mario yang melegenda, Super Mario Run tidak banyak memiliki perbedaan dari segi cerita. Kamu masih berperan sebagai Mario, si tukang leding dari Mushroom Kingdom, yang bertualang demi menyelamatkan Princess Peach dari tangan Bowser.

Walau kisah dan inti gameplay dari Super Mario Run terasa mirip dengan iterasi Super Mario lainnya, namun Nintendo benar-benar serius merombak mekanisme dalam game agar cocok dimainkan di perangkat mobile. Perombakan yang menggabungkan genre platformer dan runner dalam Super Mario Run tetap terasa familier dengan seri Super Mario yang selama ini dikenal para penggemarnya.

Simpel dan kompleks sekaligus

Super Mario Run - Mario Dashes | Screenshot

Kamu hanya perlu melakukan tap pada layar perangkat agar Mario melompat. Si tukang leding akan berlari secara otomatis ke arah kanan hingga batas waktu habis atau kamu berhasil mencapai area finis di setiap level.

Kesederhanaan skema kontrol ini terasa sangat pas dengan platform mobile yang mengandalkan input dari layar sentuh. Nintendo bahkan mempromosikan Super Mario Run sebagai game yang hanya membutuhkan satu tangan untuk dimainkan sepenuhnya, dan klaim yang mereka sebutkan itu benar adanya.

Super Mario Run - Movements | Screenshot

Menariknya, jenis gerakan yang bisa dilakukan Mario dari input tunggal tersebut sangat bervariasi sesuai dengan kondisi yang kamu jalani. Mario dapat berguling di tanah, melakukan lompatan salto, bergelantungan di langit-langit, hingga berputar di udara. Tiap gerakan memiliki karakteristik unik yang perlu kamu pahami dan kuasai untuk memperoleh hasil maksimal di setiap level.

Mario juga memiliki gerakan baru yang belum pernah muncul di seri Super Mario sebelumnya, yaitu berguling di atas sejumlah tipe musuh. Gerakan ini pada awalnya mungkin akan cukup membingungkan para pemain lama Super Mario. Namun begitu sudah menguasai mekanismenya, gerakan ini justru membuat Super Mario Run terasa segar dan seru.

Lebih kasual

Super Mario Run - Against Bowser | Screenshot

Walau gameplay dalam semua seri Super Mario sepintas terlihat sebagai platformer biasa, namun tingkat kesulitan yang dihadirkan oleh Nintendo tak bisa dianggap remeh. Tak jarang para pemainnya frustrasi akibat berhadapan dengan desain level atau jenis musuh yang membutuhkan kecekatan serta kesabaran tinggi.

Hal serupa juga terdapat di Super Mario Run, namun dalam kadar yang lebih toleran. Kamu masih diberi sejumlah kesempatan untuk meneruskan permainan apabila terjatuh ke jurang atau bertumbukan dengan musuh sehingga tak perlu langsung mengulang level dari awal.

Penyesuaian tingkat kesulitan ini memudahkan para gamer kasual yang tidak memiliki pengalaman bermain seri Super Mario sebelumnya. Para pemain veteran pun tetap mendapatkan tantangan yang cukup sulit saat mengejar poin maksimal.

Replay value tinggi

Super Mario Run - World Tour Mode | Screenshot

Mode single player dalam Super Mario Run sebenarnya memiliki durasi jauh lebih singkat dibanding iterasi Super Mario lainnya. Mode bertajuk World Tour tersebut hanya terdiri dari 24 level yang bisa kamu tamatkan dalam waktu kurang lebih dua jam.

Tantangan sebenarnya dari mode single player bukanlah mencapai garis finis secepat-cepatnya, namun mengumpulkan koin berwarna merah muda yang tersebar di setiap level. Nintendo menempatkan lima koin merah muda di titik-titik yang menantang pada sepanjang level, sehingga terlambat atau terlalu cepat melompat kadang membuatmu harus mengulang level dari awal demi mendapatkan semuanya.

Bila kamu sukses mengambil semua koin merah muda di tiap level, kamu berkesempatan untuk kembali mengulang level tersebut demi mengumpulkan koin berwarna ungu dan hitam. Kedua warna koin baru itu ditempatkan pada titik-titik yang makin sulit, sehingga cocok bagi kamu yang haus akan tantangan.

Desain gameplay ini berpotensi membuat durasi single player makin panjang hingga tiga kali lipat. Dengan mengumpulkan seluruh koin khusus tersebut, kamu juga bisa mengoleksi tiket khusus untuk dipakai mengakses mode Toad Rally dalam game.

Berkompetisi melawan bayangan

Super Mario Run - Against Players Ghost | Screenshot

Tak hanya mode single player, Super Mario Run juga dilengkapi dengan mode multiplayer bernama Toad Rally. Kamu bisa bersaing dengan catatan prestasi milik pemain lain dari seluruh dunia dalam kompetisi mengoleksi koin sebanyak-banyaknya.

Sang lawan direpresentasikan dengan bayangan yang melaju bersama kamu di setiap sesi permainan. Walau kompetisi tidak berlangsung secara real time, namun kehadiran bayangan lawan bisa turut mengobarkan jiwa kompetitif saat kamu sedang bermain.

Super Mario Run - Toad Rally Mode | Screenshot

Pemenang dari kompetisi diganjar dengan koin dan sekelompok Toad yang akan tinggal dalam kerajaanmu. Makin ramai para Toad serta koin yang kamu miliki, makin banyak pula objek serta reward yang dapat kamu akses untuk melakukan kustomisasi kerajaan dalam mode Kingdom Builder.

Walau sebagian besar reward yang tersedia hanya bersifat kosmetik, namun beberapa dapat memberikanmu akses kepada mini game serta karakter tambahan. Terdapat lima karakter lain yang bisa kamu mainkan selain Mario, antara lain Luigi, Yoshi, Princess Peach, Toad, hingga Toadette.

Reward tak hanya bisa diperoleh dari mode Toad Rally saja. Dengan menghubungkan akun My Nintendo milikmu serta menambahkan daftar teman dalam game, kamu juga dapat mengakses beragam reward lewat penukaran poin Nintendo yang kamu koleksi selama ini.

Tercederai oleh ego Nintendo sendiri

Super Mario Run - Kingdom Builder Mode | Screenshot

Nintendo selama ini dikenal sebagai perusahaan yang cukup kaku serta memiliki pendirian yang teguh dalam berbisnis. Hal ini tercermin dalam keputusan untuk tetap memberlakukan region lock, atau penetapan peraturan bagi hasil bagi para pembuat konten video di YouTube yang menayangkan game mereka. Ego yang tinggi ini juga membuat desain game Super Mario Run tak dapat mencapai potensi maksimalnya.

Walau mode Toad Rally sebenarnya bisa memperpanjang masa retensi pemain Super Mario Run, namun Nintendo membatasi sesi permainan ini lewat sistem tiket yang dibutuhkan untuk mengakses mode tersebut. Bila kehabisan tiket, maka pilihan termudah yang bisa kamu ambil adalah menunggu sekian jam hingga memperoleh kesempatan untuk mengumpulkannya lagi.

Batasan lain yang diterapkan Nintendo adalah keharusan untuk selalu terkoneksi internet. Mereka berargumen bahwa koneksi internet diperlukan demi mencegah praktik pembajakan dan menjaga pengalaman bermain Super Mario Run agar senantiasa lancar. Walau alasan ini cukup masuk akal, namun tetap saja mengesalkan bila tak bisa bermain Super Mario Run saat sedang bepergian di tempat dengan jaringan internet buruk.

Presentasi setara Wii U

Super Mario Run - Friendly Competition | Screenshot

Bila dibanding dengan console Wii U yang diproduksi Nintendo, platform mobile jelas memiliki spesifikasi hardware yang kalah mumpuni. Meskipun demikian, kualitas presentasi Super Mario Run tetap dapat disejajarkan dengan Super Mario Bros. U di Wii U.

Kamu bisa melihat model tiap karakter dalam game dengan cukup detail serta penggambaran latar yang begitu berwarna. Animasi dari Mario dan kawan-kawan serta desain tampilan antarmuka dalam game juga tampak sangat terpoles, sesuai dengan nama besar Nintendo yang dikenal begitu ahli mengembangkan game berkualitas.

Bicara soal audio, kamu akan dihibur dengan celotehan khas Mario yang jenaka, serta efek suara dan musik latar yang terdengar pas dengan segala situasi dalam game. Para penggemar Mario yang sempat saya tanyakan pendapatnya pun merasa puas dengan keseluruhan tampilan Super Mario Run.

Kesimpulan: Penantian yang cukup sepadan

Super Mario Run - Kingdom Overview | Screenshot

Penantian para fan Mario di platform iOS sejak Apple App Store dibuka tahun 2008 lalu memang tidak sebentar. Tak mengapa, sebab Nintendo menebusnya dengan Super Mario Run yang memiliki kualitas prima.

Banderol IAP sebesar Rp149.000 memang relatif lebih mahal dibanding kebanyakan game mobile lainnya. Tapi sifat dari IAP yang hanya sekali bayar untuk mendapatkan keseluruhan konten game terasa cukup sepadan dengan pengalaman yang dapat diakses para pemain.

Kebutuhan akan koneksi internet secara konstan membuat saya tak bisa memberi nilai sempurna untuk Super Mario Run. Tapi setidaknya keharusan senantiasa online ini memudahkan Nintendo saat menggulirkan pembaruan konten.

Super Mario Run adalah game yang cocok untuk dimainkan oleh para gamer yang belum akrab dengan si tukang leding ini serta para penggemar berat yang setia mengikuti sepak terjangnya. Semoga Super Mario Run bisa menjadi titik balik Nintendo untuk menghasilkan lebih banyak game mobile berkualitas ke depannya.

Game Info
Review Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android YellowReview Star Android GrayReview Star Android Gray
Super Mario Run
Nintendo Co., Ltd. -  Nov 11, 2016
Genre:  Games, Action, Arcade
Size:  195.34 MB
Installs:  N/A
Gratis
Download

(Diedit oleh Mohammad Fahmi)

The post Review Super Mario Run – Lagi-Lagi Ego Nintendo Menghalangi Kesempurnaan appeared first on Tech in Asia Indonesia.