Saat ini sudah cukup banyak game bertema sniper yang bisa kamu mainkan di perangkat mobile. Sebut saja Sniper Fury, Sniper X With Jason Statham, atau Hitman: Sniper. Meski cukup berkualitas, beberapa judul tadi terasa sedikit membosankan. Permainan hanya berkutat pada menjalankan misi seefisien mungkin dan melakukan upgrade senjata untuk mempermudah kamu menyelesaikan level.
Banyaknya game sniper yang tersedia di platform mobile tidak mengurungkan niat FDG Entertainment untuk mengembangkan Lonewolf. Game sniper yang satu ini diklaim oleh developernya tidak cocok untuk dimainkan oleh remaja yang belum genap 17 tahun karena menampilkan cipratan darah dan kata sumpah serapah.
Meski menampilkan kekerasan secara eksplisit, adakah hal berbeda yang dapat membuat pengalaman bermain Lonewolf lebih seru dibandingkan dengan game sejenis lainnya? Untuk menjawabnya, simak ulasan saya setelah berhasil menamatkan em>Lonewolf berikut ini.
Jalan Cerita Kelam Mengiringi Setiap Misi
Lonewolf bercerita tentang pria yang dikenal dengan sebutan … Lonewolf. Ia adalah sniper yang direkrut sebuah organisasi kejahatan bernama The Assembly untuk menghabisi orang-orang yang berseberangan kepentingan. Lonewolf selalu sukses menghabisi target yang diberikan oleh bos The Assembly dengan kemampuan mumpuni miliknya. Namun aneh, ia hampir tak pernah meminta bayaran atas pekerjaannya itu.
Organisasi mulai curiga akan motif sebenarnya dari Lonewolf dalam melakukan pekerjaannya. Dugaan mereka, Lonewolf adalah sniper berdarah dingin yang membunuh hanya untuk kesenangan. Mereka juga mulai takut bila suatu saat Lonewolf berkhianat dan menghabisi mereka.
Latar cerita di atas langsung kamu dapatkan di awal permainan. Jujur saja hal tersebut langsung membuat saya bersemangat untuk terus memainkan game ini, mengingat sangat jarang sebuah game sniper memberikan elemen cerita yang cukup kompleks.
Alur cerita Lonewolf akan terus berkembang seiring kamu menyelesaikan puluhan misi yang tersedia. Misi-misi di sini tidak semuanya mengharuskan kamu untuk melakukan tembakan dari jarak jauh. Beberapa di antaranya dibuat sesuai dengan jalan cerita yang tengah terjadi. Kamu bahkan akan mendapatkan misi yang mengharuskanmu beradu jotos dengan penjaga sebuah tempat persembunyian.
Harus Benar-Benar Tepat Sasaran
Gameplay dari Lonewolf terbilang cukup sederhana sekaligus sulit. Begitu memulai sebuah misi, kamu akan diterjunkan pada sebuah tempat di mana target berada. Target tersebut harus dihabisi dalam sekali percobaan. Jika tembakan pertamamu meleset, maka kamu tidak akan sempat melakukan tembakan kedua karena sang target segera mengetahui keberadaan kamu.
Mengganti senjata juga tidak lantas membuat saya mendapatkan kesempatan kedua. Meski saya telah menggunakan senjata yang cukup bagus, saya masih tidak sempat melakukan tembakan selanjutnya setelah tembakan pertama meleset. Untungnya skema kontrol yang responsif dan letak tombol virtual yang bisa dikustomisasi cukup membantu saya untuk melakukan tembakan sempurna.
Sulitnya Mengatasi Misi yang Memiliki Banyak Target untuk Dihabisi
Melakukan tembakan sejitu mungkin serta tidak boleh meleset satu kali pun rasanya masih wajar dan bisa dimengerti, toh memang itulah inti dari game sniper. Namun nyatanya, tingkat kesulitan dalam game ini tak hanya datang dari hal tersebut.
Ketika kamu berhadapan dengan misi yang memiliki beberapa target. Kamu harus mengetahui urutan yang pas dalam menghabisi mereka satu per satu. Jika urutanmu salah, maka kamu tidak akan bisa memperbaiki kesalahan tersebut dan misi langsung gagal.
Masalah urutan tersebut membuat saya cukup frustrasi, karena sangat sulit untuk menemukan urutan yang pas jika target terdiri dari lima orang atau lebih. Tidak ada petunjuk jelas akan target mana yang harus saya habisi terlebih dahulu, hanya trial and error yang bisa membuat saya menyelesaikan misi seperti itu.
Kesulitan ini masih diperparah dengan model energi untuk memulai permainan. Jumlah energi maksimal yang bisa dikumpulkan terbatas hanya sampai sepuluh bar. Pengisian kembali energi terasa cukup lama karena untuk mengisi ulang satu bar saja dibutuhkan waktu selama lima menit.
Fitur Upgrade Senjata yang Minim dan Sederhana
Fitur upgrade senjata yang akan kamu temukan dalam Lonewolf sangatlah minim dan sederhana. Kamu tidak perlu mengumpulkan cetak biru atau item tertentu seperti dalam Hitman: Sniper untuk meningkatkan kualitas senjata milikmu. Di sini kamu hanya perlu membeli beberapa part yang bisa kamu gunakan untuk semua jenis senjata, atau langsung membeli senjata lebih bagus dengan harga tak terlalu mahal.
Jumlah senjata yang dapat kamu koleksi dalam Lonewolf juga tak terlalu beragam. Total hanya ada dua puluh varian yang terdiri dari beberapa jenis senjata, seperti pistol, senapan serbu, dan senapan sniper. Kebanyakan modelnya juga dibuat tidak berdasarkan senjata sungguhan di dunia nyata.
Mengikuti Cerita Lonewolf bak Membaca Komik Kriminal
Berbeda dengan game sniper lain yang mengejar unsur realistis dari sisi visual, dalam Lonewolf kamu akan mendapatkan gaya visual kasar bernuansa neo-noir. Tampilan visual yang ditampilkan saat tengah menjalankan misi tidaklah megah. Gambar karakter tidak detail dan pergerakannya juga sangat kaku. Malahan gaya visual pada cutscene yang mengiringi tiap misi terkesan lebih menonjol.
Cutscene yang menyampaikan alur cerita dari Lonewolf dibuat ala komik hitam-putih yang kian mendukung suasana kelam dari latar cerita game ini. Penyampaian cutscene tersebut membuat saya seolah tengah membaca komik kriminal Sin City karya Frank Miller. Tak sampai di situ, percakapan-percakapan dalam cutscene juga berisi berbagai kata sumpah serapah yang semakin memperkuat klaim dari developer bahwa game ini tidak cocok untuk anak-anak.
Satu hal yang cukup mengecewakan dalam presentasi Lonewolf adalah bagian audio yang kurang mendukung gameplay. Minimnya backsound serta kekosongan suara lingkungan membuat perasaan tegang yang saya dapat saat menjalankan sebuah misi menjadi kurang optimal.
Misi yang Hanya Bisa Diselesaikan dengan Fitur Premium
Lonewolf memiliki fitur premium yang bisa kamu beli melalui IAP dengan harga Rp29.000. Fitur ini membuat game Lonewolf terbebas dari iklan dan kamu akan memiliki energi tak terbatas. Selain itu, fitur premium juga akan memberimu mata uang dalam game sebesar 25.000 dan membuka akses ke beberapa senjata khusus untuk dapat kamu gunakan.
Membeli fitur premium ini sejatinya bukanlah suatu keharusan, karena Lonewolf tetap bisa kamu nikmati tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Namun dapat saya pastikan kamu akan amat sangat kesulitan menamatkan Lonewolf tanpa membeli IAP.
Ada beberapa misi yang menurut saya mustahil untuk diselesaikan tanpa senjata super akurat yang hanya bisa kamu dapat dari fitur premium. Belum lagi adanya batasan energi yang saya sebut di atas kian membuat frustrasi.
Kesimpulan: Game Sniper dengan Cerita yang Berbobot
Lonewolf memang bukanlah game sniper yang sempurna. Jika kamu mengejar unsur gameplay realistis, maka Lonewolf tidak akan bisa memberikan hal tersebut. Tingkat kesulitan beberapa misi dalam Lonewolf juga terasa bagai sebuah cara licik yang digunakan developer untuk memaksamu membeli fitur premium.
Terlepas dari segala kekurangannya, saya rasa Lonewolf telah berhasil menghilangkan rasa jenuh saya terhadap game sniper di platform mobile yang terasa begitu-begitu saja. Kalau kamu menyukai elemen cerita serta gaya visual yang unik, maka saya pikir Lonewolf dapat memberikan pengalaman bermain yang jarang kamu temukan dalam game sniper lain untuk perangkat mobile.
The post Review Lonewolf – Aksi Penembak Jitu yang Dibalut Kisah Kelam appeared first on Tech in Asia Indonesia.