Quantcast
Channel: iOS Reviews – Tech in Asia Indonesia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 284

Review Deadman’s Cross – Game Konyol Dan Murahan Dari Square Enix

$
0
0

Banyak dari antara kita yang menyukai bahkan mencintai Square Enix. Game yang mereka telurkan di masa lalu sangat melegenda dan masih memorable hingga kini. Namun kamu semua para pecinta Square Enix harus siap-siap menerima kenyataan pahit, game terbaru mereka untuk platform iOS dan Andoid terbaru ini sangat hancur, sama sekali tidak nampak cita rasa game kelas atasnya. Nama game tersebut adalah Deadman’s Cross.

Okelah secara konsep, Deadman’s Cross adalah game yang cukup unik. Menggabungkan tiga elemen genre sekaligus yaitu RPG, card battle, dan FPS. Mendengar kata RPG dari developer sekelas Square Enix tentu yang menjadi terlintas pertama kali di otak kita adalah sebuah game RPG berkelas AAA dan pasti membuat kita ketagihan memainkannya. Namun saya tekankan sekali lagi, Deadman’s Cross sama sekali tidak akan membuat kamu berpikir seperti itu.

Review Deadmen's Cross | Screenshot 1

Gabungan ketiga genre tadi dilebur secara buruk. Saya merasa bahwa elemen RPG hanyalah sebagai bumbu marketing belaka agar game ini terdengar lebih menarik saja, jujur saja setelah saya memainkannya, penggarapan elemen RPG di sini sangatlah buruk. Bahkan bisa dibilang setelah lama saya memainkan Deadman’s Cross saya menemukan fakta bahwa yang menonjol di game ini hanyalah elemen card battle-nya saja. Sungguh sangat mengecewakan.

Tidak hanya dari segi gameplay saja, game ini dibilang mengecewakan, secara storyline yang biasanya Square Enix sangat mahir menggarapnya, kali ini storyline yang diberikan ke kamu sangatlah standar bahkan game lain pun sudah pernah memiliki storyline sejenis sehingga membuat Deadman’s Cross menjadi game murahan.

Review Deadmen's Cross | Screenshot 1

Kamu akan berperan sebagai seorang pemuda laki-laki, dengan nama sesuai keinginan kamu. Karakter kamu tersebut tinggal di masa yang suram di mana para penduduk manusia tinggal sedikit saja, sisa makhluk yang menghuni dunia ini hanyalah para makhluk asing seperti zombie hewan dan zombie manusia. Kamu akan menjalankan misi-misi yang tersedia di bar yang dijaga oleh seorang wanita cantik (bahkan benar-benar cantik untuk ukuran manusia yang hidup di jaman suram seperti itu, lihat gambar di atas).

Setiap misi yang diberikan ke kamu cukup dangkal. Contohnya kamu harus membunuh zombie sebanyak 10 orang, mengumpulkan 5 buah jurnal pacar dari seorang wanita yang kehilangan jejak pacarnya tersebut, atau mengevakuasi korban di sebuah wilayah. Misi-misi tadi terdengar baru di telinga kamu? Saya jamin jawaban kamu adalah tidak. Bentuk bermain dengan misi-misi tersebutlah yang menjadi elemen RPG yang disematkan di Deadman’s Cross, sungguh mengecewakan, seperti yang sudah saya katakan bahwa elemen RPG hanyalan bumbu marketing saja.

Ketika kamu sudah mengambil sebuah misi, kamu akan memasuki sebuah ruangan seperti labirin. Setiap satu blok labirin yang kamu lalui memerlukan konsumsi energi sebanyak lima buah. Di dalam labirin tersebut terkadang kamu akan menemukan item yang terdiri dari baut (mata uang game ini) atau kapsul penambah energi (yang ini tidak terlalu sering dijumpai). Kabar buruknya adalah kamu akan lebih sering menjumpai zombie yang siap menerkam kamu di dalam labirin tadi.

Review Deadmen's Cross | Screenshot 3

Pertanyaannya adalah bagaimana cara kamu dapat membunuh zombie? Kamu bisa membunuh zombie dengan cara bermain kartu melawan mereka, apabila kamu menang maka zombie tadi akan mati. Kalau di game card battle pada umumnya cara mendapatkan kartu adalah dengan cara membeli card deck kemudian kamu bisa mendapatkan kartu secara random, di game ini cara untuk mendapatkan kartu ternyata tidak kalah konyol. Untuk mendapatkan kartu, kamu terlebih dahulu harus membunuh zombie-zombie yang berkeliaran di halaman kota dengan menggunakan sniper rifle kamu dalam jangka waktu satu menit.

Setiap zombie yang berhasil kamu bunuh dengan sniper rifle akan menjadikan zombie yang bersangkutan menjadi kartu yang siap menjadi ujung tombak kamu melawan zombie-zombie di labirin.

Review Deadmen's Cross | Screenshot 3

Kamu tidak dapat melakukan gerakan mundur, maju, atau menyamping namun hanya dapat menggerakkan crosshair saja. Nah ternyata di situlah letak FPS-nya, yang mana saya merasa FPS yang disuguhkan terasa hambar, tidak ada efek-efek memukau dari ledakan pelurunya atau efek-efek zombie yang hancur lebur. Beruntung dari segi kontrol, menggerakkan crosshair di Deadman’s Cross cukup intuitif sehingga kamu bisa membidik zombie dengan nyaman, biasanya saya bisa mendapatkan 7-8 zombie dalam satu kali sesi mode FPS ini. Kamu tidak bisa sembarangan memasuki mode FPS, kamu memerlukan tiket khusus yang bisa didapatkan dari drop item di labirin.

Kembali sejenak ke sistem energi dan mari kita berhitung dengan betapa parahnya sistem ini. Kamu memerlukan waktu tiga menit untuk recharge satu buah energi di game yang memerlukan koneksi internet ini. Padahal satu kali berjalan di labirin memerlukan 5 energi yang berarti waktu tunggunya adalah 15 menit. Satu kali berjalan memerlukan waktu tunggu 15 menit? Waktu yang terlalu lama dan sangat buruk tentunya.

Review Deadmen's Cross | Screenshot 4

Genre card battle yang menjadi genre utama di game ini pun cenderung memiliki fitur-fitur berskala standar. Contohnya seperti kamu bisa melakukan upgrade level kartu kamu dengan mengorbankan kartu-kartu lain, pembagian kartu yang terdiri dari common dan rare, kemudian terdapat arena battle yang memungkinkan kamu untuk mengadu kartu-kartu kamu dengan kartu-kartu player lain, dan fitur trading antara kartu kamu dengan kartu-kartu pemain lain. Semuanya bisa dikatakan sudah umum dan standar.

Soal grafis, kembali saya harus mengungkapkan kalimat-kalimat negatif. Grafis yang disuguhkan terbilang menengah ke bawah. Dari desain karakter manusia dan karakter pada kartu tidak ada yang ciri khas yang kuat, dari segi detil objek 3D masih terlihat kasar, bahkan saya juga saya merasa user interface di sini kurang keren untuk dilihat.

Mengenai harga, kamu tidak perlu takut karena game ini tidak dibanderol dengan harga di atas Rp 169.000 seperti game portingan mobile Square Enix pada umumnya (Final Fantasy Series, Chaos Rings Series, dll). Kamu bisa mendapatkan Deadman’s Cross dengan harga gratis di gadget Android dan iOS kesayangan kamu. Karena gratis, tentu Deadman’s Cross memiliki IAP di dalamnya. IAP hanya tersedia dalam bentuk Deadman Coins. Harganya sendiri tergolong lumayan standar. Acuannya adalah dengan harga Rp 29.000 kamu bisa mendapatkan 300 Deadman Coins. Untuk refill energi kamu sebanyak 50 buah (10 kali jalan) dibutuhkan 100 Deadman Coins. Jadi dengan harga Rp 29.000 kamu bisa mendapatkan 150 kali bonus jalan. Jumlah yang cukup lumayan banyak.

Sebagai kesimpulan, saya mau tidak mau harus memberikan skor jelek untuk Deadman’s Cross. Usaha Square Enix kali ini nampaknya malah berujung ke sebuah game yang terlihat murahan dan sama sekali tidak nampak identitas Square Enix yang biasanya. Mungkin sebuah hal yang bisa dibanggakan oleh Square Enix kali ini adalah harga game mereka yang gratis dan tidak begitu boros IAP. Tapi kalau boleh saya berkomentar lebih lanjut, saya lebih suka dengan game mahal berkualitas dari Square Enix dibandingkan game gratis namun dengan kualitas apa adanya seperti ini.

Apple App Store Link: Deadman’s Cross, Gratis

Google Play Link: Deadman’s Cross, Gratis

Post Review Deadman’s Cross – Game Konyol Dan Murahan Dari Square Enix muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 284

Trending Articles