Apa yang akan kamu lakukan jika mendapat “perintah negara” untuk mengintip isi smartphone seseorang? Mungkin kamu tidak akan serta merta melakukannya dengan alasan menghormati privasi orang lain.
Tapi, bagaimana jika smartphone tersebut adalah milik seorang terduga teroris dan dapat saja mengandung informasi yang mengancam keselamatan negara? Jika demikian, masihkah kamu akan menolak mandat tersebut atas dasar privasi?
Itulah gambaran pengalaman yang disajikan SOMI dalam game fiksi interaktif berjudul Replica. Seperti apa rincinya? Mari kita simak ulasannya.
Simulasi spionase smartphone
Replica adalah game adventure yang cukup unik dibandingkan game adventure lainnya karena ia dimainkan lewat ponsel. Lebih tepatnya, tampilan antarmuka serupa smartphone.
Kamu dapat mengoperasikan “smartphone” ini sebagaimana smartphone pada umumnya, meski ada batasan tertentu. Kamu bisa menelepon, menjawab panggilan masuk, membaca pesan, menggunakan aplikasi, dan lain sebagainya (termasuk mengganti musik latar lewat aplikasi Music).
Game ini bersifat investigatif, yang berarti kamu harus mencari petunjuk untuk menyelesaikan tugas yang ada. Langkah awal yang bisa kamu lakukan adalah dengan mengunduh aplikasi To-Do dalam game. Selain berisi daftar tugas yang harus dilakukan, aplikasi To-Do juga memungkinkanmu untuk memproses data dan informasi dalam smartphone.
Jika kamu mengeklik poin informasi yang relevan (misalnya pada teks SMS), akan muncul tanda centang dan data akan otomatis diproses dalam daftar petunjuk. Sebaliknya, jika kamu mengeklik informasi yang tidak relevan, maka akan muncul tanda silang sebagai pengingat bahwa info tersebut kurang penting.
Banyak hal yang harus kamu selidiki di sini: mulai dari info kontak, isi pesan teks, riwayat panggilan, isi status media sosial, dan lain-lain. Kamu juga wajib memerhatikan hal-hal yang sekilas tampak sepele, karena bisa saja ia mengandung kode untuk mengakses data-data rahasia. Di sini kamu betul-betul akan menelusuri tiap info pribadi si pemilik smartphone demi mengabdi pada negara, rasanya seperti sebuah pengalaman “nyata” sebagai mata-mata.
Presentasi piksel yang kelam kelabu
Replica menggunakan arahan visual bergaya piksel yang didominasi warna-warna gelap. Antarmuka smartphone yang menjadi tempat utama game ini disajikan dengan apik dengan ikon aplikasi yang lebih berwarna ketimbang sekitarnya.
Tampilan-tampilan aplikasi juga dibuat semirip mungkin dengan versi dunia nyata, sehingga kamu sebagai pemain dapat merasa langsung familier. Sayangnya grafis di luar smartphone terasa statis dan kaku, namun rasanya itu tidak jadi masalah sebab kamu akan lebih banyak fokus di area smartphone.
Tidak hanya visual, musik latar gubahan Zero-project juga sukses memperkuat atmosfer bernuansa distopia dalam Replica. Keheningan dan kegelapan yang disampaikan oleh musik-musik tersebut dapat membuatmu merasakan betapa sepinya menjadi seorang mata-mata, sekaligus meningkatkan daya fokusmu dalam investigasi.
Bebas memilih, tidak lepas dari konsekuensi
Unsur pilihan tindakan dan konsekuensi adalah menu wajib yang sepatutnya ada dalam game fiksi interaktif. Replica menyajikan menu tersebut dengan cara yang sedikit berbeda. Tidak seperti game fiksi interaktif berupa visual novel di mana kamu melakukan pilihan lewat opsi dialog, Replica justru menyajikan kebebasan memilih tindakan melalui antarmuka smartphone secara lebih fleksibel.
Di sini kamu tidak akan melihat opsi dialog yang terlihat seperti soal pilihan ganda. Setiap pilihan tindakan yang ada dalam Replica adalah sama dengan tindakanmu sendiri sebagai pemain, misalnya jika ada telepon masuk, kamu akan mengangkatnya atau tidak? Tentunya setiap tindakan ini mengandung konsekuensi yang akan memengaruhi permainanmu nantinya, hingga berujung pada ending tertentu.
Dalam waktu sekitar dua jam game ini dapat diselesaikan, namun Replica sangat layak untuk dimainkan berulang kali dikarenakan banyaknya kemungkinan akhir cerita yang dapat terjadi. Total ada dua belas variasi ending yang bisa kamu dapatkan.
Beberapa kendala minor
Replica memiliki kelebihan dan keunikan, namun tidak luput juga dari kekurangan. Kekurangan pertama adalah pengomunikasian cara menutup game ini. Pada antarmuka game yang tampak seperti smartphone, tidak terlihat adanya opsi untuk mematikan ponsel (alias menutup permainan).
Saya sampai harus menutup paksa game ini untuk sekadar mengakhiri sesi permainan. Kemudian saya mencari di internet, dan ternyata cara menutup Replica adalah dengan menekan dan menahan tombol Escape selama sekian detik. Setelah saya bermain kembali, saya melihat tulisan singkat di menu utama yang berisi cara menutup game, dengan posisi dan ukuran yang sulit dilihat. Astaga.
Masalah kedua adalah tidak adanya fitur mempercepat atau melewati teks (skip). Hampir pasti kamu akan memainkan suatu game fiksi interaktif berulang kali untuk mencari variasi ending lain dan sudah barang tentu kamu akan melalui bagian cerita yang sama, sehingga fitur skip dapat sangat membantu mempersingkat waktu. Sayangnya Replica tidak memiliki itu. Akhirnya, kamu harus rela membaca ulang cerita Replica dengan teks berkecepatan standar.
Terakhir adalah tidak adanya fitur penyimpanan (save). Hal ini bisa dimaklumi sebab Replica dapat ditamatkan dalam waktu sekitar 10-15 menit begitu kamu sudah tahu jawaban teka-tekinya, sehingga fitur penyimpanan di tengah sesi permainan menjadi tidak krusial. Meski demikian, Replica tetap menyimpan setiap ending yang sudah kamu dapatkan.
Kesimpulan: Dilema antara privasi dan negara
Replica adalah sebuah fiksi interaktif unik yang mampu membuatmu merasakan pengalaman sebagai mata-mata smartphone dalam dunia distopia. Dengan sistem investigasi yang simpel namun efektif, gameplay yang immersive, pilihan tindakan yang fleksibel, dan harga yang terjangkau, Replica sangat cocok untuk mengisi waktu luangmu, terutama bila kamu menyukai hal-hal yang bersifat memicu pikiran plus cerita-cerita karya penulis George Orwell.
Apakah kamu akan membela sebuah ide bernama privasi dan kebebasan? Ataukah kamu akan menjadi patriot baru bagi negara?
Tutto nello Stato, niente al di fuori dello Stato, nulla contro lo Stato.
Steam Link: Replica, Rp25.999
(Diedit oleh Mohammad Fahmi)
The post Review Replica – Distopia Orwell dalam Smartphone appeared first on Tech in Asia Indonesia.