Melihat tampilan visual Romancing SaGa 2, kamu mungkin akan mengira bahwa game ini adalah JRPG yang mirip dengan Final Fantasy klasik. Padahal selain tampilan visual, seri SaGa dan Final Fantasy sangat jauh berbeda. Kalau Final Fantasy menjual cerita linier dan karakterisasi yang kuat, SaGa justru fokus pada eksplorasi bebas serta formula gameplay yang tidak biasa.
Romancing SaGa 2 pertama kali rilis di Jepang pada tahun 1993, tapi baru sekarang bisa kita nikmati dalam bahasa Inggris. Menariknya, meski usianya sudah tua, Romancing SaGa 2 tetap terasa sangat revolusioner. Pengalaman yang disajikan begitu unik, aneh, dan kadang bikin frustrasi. Namun di sisi lain, saya selalu dibuat merasa penasaran sehingga ingin terus main lagi dan lagi.
Valar morghulis
Alkisah, di negeri antah berantah, hiduplah seorang kaisar bernama Leon yang berwibawa dan disegani rakyatnya. Ia memiliki dua orang putra. Putra pertama adalah Victor yang kuat dan pemberani, sedangkan anak kedua adalah Gerard yang cerdas dan berhati lembut.
Ketenangan keluarga kaisar terusik dengan kemunculan sekelompok orang yang disebut Seven Heroes. Legenda mengatakan bahwa Seven Heroes akan datang untuk menyelamatkan dunia dari kekacauan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Seven Heroes menyerang istana kaisar di Avalon dan membantai penduduknya, membuat sang kaisar geram.
Demi mengalahkan Seven Heroes yang punya kekuatan dahsyat, Kaisar Leon pun meminta bantuan peramal misterius untuk mempelajari sebuah ilmu sihir unik. Dengan sihir tersebut, Leon bisa mewariskan kekuatan dan pengetahuan yang ia miliki pada keturunannya. Sehingga meski ia kalah dan mati, pewarisnya akan jadi lebih kuat, dan bisa melanjutkan pertarungan di generasi berikutnya.
Sebagai anak cucu keturunan Leon, sudah menjadi tugasmu untuk mengalahkan Seven Heroes dan membawa kemakmuran seluruh rakyat. Namun seperti kata pepatah, kota Roma tidak dibangun dalam semalam. Jalanmu menuju kemakmuran adalah jalan yang panjang, berliku, dan penuh rintangan.
Valar dohaeris
Konsep cerita dalam Romancing SaGa 2 bisa dibilang merupakan perpaduan antara Suikoden dengan Oreshika: Tainted Bloodlines. Bedanya, Romancing SaGa 2 memiliki cerita yang tidak linier. Setelah menyelesaikan prolog, kamu akan diberi kebebasan untuk menjelajah dunia serta menjalankan quest sesuai dengan urutan yang kamu inginkan.
Sistem cerita nonlinier ini menarik, tapi juga bisa membuatmu bingung menentukan harus pergi ke mana berikutnya. Jadi kamu harus sering-sering mengobrol dengan NPC serta mengecek catatan Imperial Log untuk mendapatkan petunjuk. Itu pun kadang petunjuknya samar-samar dan harus kamu simpulkan sendiri.
Lebih membingungkan lagi, sering sekali ada quest yang bisa diselesaikan dengan lebih dari satu cara. Cara mana pun yang kamu pilih tidak ada yang salah, tapi pengalaman atau reward yang kamu dapat bisa berbeda-beda. Pada akhirnya saya memilih main game ini sambil membaca guide, namun saya tidak menyarankan hal tersebut kalau kamu sensitif terhadap spoiler.
Mirip Suikoden, reward terpenting yang bisa kamu dapatkan dari quest adalah karakter playable baru. Atau lebih tepatnya, kelas karakter baru. Romancing SaGa 2 punya cerita yang terbentang lintas generasi, jadi karakter yang kamu miliki pun akan selalu berganti tiap generasinya.
Sebagai contoh, di generasi Gerard kamu bisa berteman dengan seorang pencuri bernama Cat. Nanti saat generasi berganti, kamu bisa merekrut pencuri lain yang akan mewarisi seluruh skill dan stat milik Cat. Game ini tidak menggunakan sistem level tradisional seperti JRPG biasa, melainkan skill dan stat global yang terikat pada masing-masing kelas karakter.
Kamu menang, atau kamu mati
Kalau ditanya apa kekurangan terbesar dalam Romancing SaGa 2, saya akan jawab dengan kurangnya tutorial. Kurang dalam artian benar-benar sedikit, dan hanya melingkupi hal yang benar-benar dasar. Itu pun disampaikan dengan kalimat-kalimat implisit yang menyatu dengan naskah cerita.
Mungkin cara penyampaian demikian dipilih demi menghasilkan pengalaman cerita yang betul-betul immersive. Tapi pada akhirnya bisa membuat para pemain bingung, apalagi yang tidak membaca dengan teliti. Saya bahkan baru menyadari kalau kita bisa merekrut karakter di luar Avalon setelah belasan jam bermain.
Samarnya tutorial dalam Romancing SaGa 2 cukup fatal karena game ini punya kesulitan yang tinggi. Ingat, game ini tidak punya sistem level, jadi agak sulit mengukur kekuatan selain dengan cara coba-coba. Grinding pun cukup berisiko, karena resource yang kamu miliki serba terbatas. Kehabisan SP atau MP di tengah dungeon adalah mimpi buruk yang tidak ingin kamu alami.
Sistem equipment juga berbeda dengan JRPG kebanyakan. Kamu tidak akan menemukan toko berisi senjata kuat seiring kemajuan cerita. Memang kamu bisa mendapat senjata dari peti harta, namun jumlahnya sedikit dan akan hilang saat karaktermu mati. Bila ingin senjata kuat, kamu harus melakukan riset, kemudian menunggu sampai senjata tersebut selesai diproduksi masal.
Tidak hanya senjata yang bisa kamu riset, kamu juga bisa mendirikan akademi sihir, universitas, dan fasilitas-fasilitas lain. Jadi Romancing SaGa 2 tidak hanya JRPG, tapi juga punya sedikit unsur manajemen. Dengan mendirikan fasilitas tertentu kamu juga bisa membuka kelas karakter baru, bahkan memengaruhi cara menjalankan suatu quest!
Beban takhta besi
Bermain Romancing SaGa 2 akan membuatmu menyadari bahwa jadi kaisar itu susah. Begitu banyak hal untuk diatur, strategi untuk dipikirkan, dan rakyat untuk diurus. Kamu juga harus menjalin relasi yang baik dengan kerajaan sekitar. Semua sambil tetap berjuang mengalahkan Seven Heroes yang mengancam kesejahteraan kekaisaranmu.
Meskipun susah, game ini memberikan imbalan rasa puas yang setimpal. Sebagai kaisar, segala keputusanmu punya dampak permanen pada nasib rakyat. Mungkin dampaknya tidak instan, tapi dampak tersebut akan terlihat seiring pergantian waktu dan generasi. Bisa melihat rakyat berubah dari sengsara jadi sejahtera itu rasanya sangat menyenangkan.
Dunia dalam game ini juga memiliki banyak legenda menarik, dan bila kamu beruntung kamu bisa melihat legenda tersebut dengan mata kepala sendiri. Banyak kisah dalam Romancing SaGa 2 disampaikan dengan cara samar atau implisit, namun rasanya sangat berkesan. Apalagi kalau ternyata legenda tersebut berpengaruh terhadap nasib generasi mendatang.
Melihat rumitnya gameplay serta penyampaian cerita dalam Romancing SaGa 2, saya tidak akan heran kalau game ini bisa membuat pemainnya lelah lalu berhenti di tengah permainan. Bila itu terjadi padamu, ingatlah bahwa perjuanganmu nanti tidak akan sia-sia. Tapi kalau memang mentok dan putus asa, ya sudah, baca guide saja seperti saya.
Kesimpulan
Main Romancing SaGa 2 itu rasanya seperti main Dark Souls atau Bloodborne versi JRPG. Kamu akan dihadapkan pada kebingungan, sementara tantangan sulit dan kematian selalu mengintai di setiap sudut langkahmu. Berhasil melewati tantangan memang akan memberikan imbalan yang memuaskan, tapi pada akhirnya ini tetap bukan game untuk semua orang.
Romancing SaGa 2 bukanlah cerita tentang usaha menyelamatkan dunia. Romancing SaGa 2 adalah proses penulisan sejarah sebuah kekaisaran, mulai dari nol sampai melahirkan sebuah legenda. Dengan gameplay menantang serta cerita nonlinier yang kompleks, game ini akan membuatmu tenggelam dalam pengalaman unik persis seperti judulnya: sebuah saga yang romantis.
(Diedit oleh Mohammad Fahmi)
The post Review Romancing SaGa 2 – Cita Rasa JRPG Hardcore appeared first on Tech in Asia Indonesia.