Jika kamu mendengar nama Assassin’s Creed, besar kemungkinan yang langsung terbayang di benakmu adalah sebuah aksi petualangan epik dengan melibatkan lokasi eksotis, serta perseteruan Assassin melawan Templar yang melatarbelakangi peristiwa penting dalam sejarah dunia nyata.
Pemahaman kita mengenai game Assassin’s Creed tadi terbentuk karena sejak awal seri tersebut rilis di tahun 2007 silam, Ubisoft telah membentuk identitas game action yang begitu kuat hingga mengakar dalam benak para pemainnya. Dan kini, lewat keberadaan game mobile terbarunya berjudul Assassin’s Creed Identity, Ubisoft seolah hadir memberikan fan service menarik untuk memperingati sembilan tahun Assassin’s Creed sebagai game action yang patut diperhitungkan di berbagai platform, termasuk mobile.
Lantas bagaimana dengan permainannya sendiri? Apakah Ubisoft kali ini sukses menyajikan sebuah spin-off mobile yang layak menyandang nama besar Assassin’s Creed? Mari kita lihat sama-sama.
Iterasi terbaru dari petualangan sang Assassin di perangkat mobile
Assassin’s Creed Identity sendiri bisa dibilang adalah game mobile Assassin’s Creed pertama yang hadir membawakan pengalaman bermain urban-traversal action seperti dalam Assassin’s Creed versi console.
Sekadar informasi kecil saja, Ubisoft sebelumnya sudah cukup sering merilis versi mobile dari game Assassin’s Creed mulai dari era game Java hingga OS mobile modern seperti iOS dan Android. Namun dari sekian banyak game yang mereka hasilkan, belum ada yang dibuat sebagai game third person action menyerupai “cetak biru” dari permainan Assassin’s Creed versi console.
Secara garis besar, Assassin’s Creed Identity merupakan sebuah action RPG yang akan membawamu ke dalam aksi petualangan di zaman Renaissance Italia. Sama halnya dengan Assassin’s Creed versi console, dalam game ini kamu bermain layaknya seorang Assassin, di mana membunuh menjadi mata pencaharian utamamu untuk mendapatkan experience dan koin guna membeli equipment baru.
Ada dua mode permainan yang akan sering kamu jalani di sini, yaitu mode Campaign dan satu lagi adalah mode Contracts. Mode Campaign sendiri adalah jalinan misi dengan latar cerita yang kurang terkemas secara menarik tentang konflik antara Assassin melawan Crows, organisasi kriminal Italia yang berada di bawah naungan Templar.
Sedangkan untuk mode kedua, Contracts, kamu akan diajak menjalani rentetan misi tak bercerita dengan reward uang serta experience yang cukup menggiurkan untuk keperluan leveling Assassin kamu. Lewat mode ini kamu bahkan bisa “menyewa” karakter Assassin milik temanmu untuk membantu menyelesaikan kontrak yang kamu jalani.
Kalimat open-world sendiri sebetulnya juga kurang cocok untuk digunakan di game ini. Mengapa? Karena sebetulnya dunia yang ditampilkan Assassin’s Creed Identity terbagi-bagi dalam susunan peta yang tidak terlalu luas dan ditutup dinding pembatas di sana-sini.
Di sepanjang level ini, kamu akan berkeliling menjelajahi isi peta tersebut guna menyelesaikan berbagai objektif yang diberikan mulai dari membunuh target khusus, melindungi NPC tertentu, membuntuti lawan, dan lain-lain. Gaya permainan kamu nantinya juga akan ditentukan oleh tipe kelas Assassin yang kamu gunakan.
Terdapat empat kelas Assassin yang bisa kamu pilih dalam Assassin’s Creed Identity. Kamu bisa bermain sebagai Berserker yang unggul dalam hal pertarungan jarak dekat, Shadowblade yang ahli menyerang musuh dari jarak jauh, dan terakhir Trickster, Assassin yang unggul dalam mengecoh lawan-lawan mereka.
Kelas karakter keempat adalah Thief yang hanya bisa dimainkan jika kamu sudah “membeli” karakter tersebut lewat sebuah toko bernama Heroic Shop. Sesuai namanya, dengan karakter ini kamu bisa mencuri koin dari para NPC dan musuh, serta menggunakan bom flash untuk kabur dari kejaran penjaga.
Terlepas apa pun jenis kelas yang kamu pilih, toh ujung-ujungnya aksi membunuh tetap menjadi solusi utama kamu dalam menyelesaikan sebuah misi. Jadi apakah kamu mau melakukan pendekatan stealth atau tidak dalam sebuah misi, itu semua hanyalah soal gaya bermain kamu saja.
Kontrol yang membahayakan rencana stealth sang Assassin
Masih berbicara soal gameplay, Assassin’s Creed Identity memiliki penyakit yang sebetulnya juga seringkali dialami game third person action lainnya di luar sana, yaitu kontrol. Untuk skema pengendaliannya sendiri, kita diberikan virtual joystick yang bagian kirinya berfungsi untuk menggerakkan karakter dan posisi kanan untuk mengatur sudut pandang kamera kita.
Kedua kombinasi joystick tadi sangatlah penting untuk mengatur indikator “Parkour Helper” yang berfungsi sebagai alat pengukur apakah bangunan di depan kita bisa dipanjat atau tidak. Meskipun dengan konsep skema kontrolnya tadi pengendalian karakter game ini kelihatannya cukup simpel, namun pada kenyataannya mengatur posisi kamera dan gerakan sang Assassin tidaklah senikmat yang kita bayangkan.
Seringkali aksi memanjat dan menuruni tembok dalam Assassin’s Creed Identity terbentur faktor ketidaksengajaan saya dalam mengatur perspektif kamera. Entah apakah ini termasuk bug atau tidak, namun yang jelas saya berulang kali melakukan manuver bodoh yang tidak diharapkan, hanya karena pada saat itu saya justru memanjat dinding di saat saya seharusnya menyelinap dari balik tembok.
Sinkronisasi online yang menyebalkan
Bayangkan skenario semacam ini, kamu sudah susah payah menyelesaikan misi Campaign panjang di mana objektif sampingan di dalamnya juga sudah terselesaikan dengan sempurna. Begitu memasuki bagian penghitungan skor akhir, langkah permainanmu mendadak terhenti oleh gangguan konektivitas server yang berpotensi menghilangkan progres bermain sebelumnya. Menyebalkan bukan?
Skenario di atas merupakan contoh kasus yang saya alami dalam Assassin’s Creed Identity. Dengan tujuan untuk menyimpan datamu agar sang Assassin bisa digunakan pemain lain di luar sana, saya melihat Ubisoft telah menciptakan sistem sinkronisasi online yang kurang begitu efektif karena mau tidak mau kamu harus tersambung internet di saat sebagian besar permainanmu dihabiskan dalam game single player.
Sinkronisasi data pemain akan selalu berlangsung baik itu di saat kamu mengatur kelengkapan equipment karakter, penjelasan objektif misi, proses leveling skill, dan banyak lagi lainnya. Durasi sinkronisasinya juga tidak bisa ditebak, bahkan di saat indikator sinyal paket data saya sedang penuh sekalipun. Jadi jika kamu sedang bermain Assassin’s Creed Identity, pastikan kamu telah tersambung dengan koneksi internet yang cukup mumpuni.
Ada sisa-sisa skema game freemium di balik bungkusnya sebagai game premium
Dengan harganya yang tidak murah (saat tulisan ini dibuat game tersebut dibanderol seharga Rp75.000), saya mengharapkan Assassin’s Creed Identity sebagai game premium yang memiliki konten hiburan cukup berbobot seperti halnya seri Grand Theft Auto, Max Payne, dan game mobile premium lainnya. Sayangnya, harapan saya tadi sirna karena dicemari keberadaan skema IAP dengan model penyampaian yang hampir kurang lebih sama seperti game Assassin’s Creed modern, dalam hal ini Assassin’s Creed Unity.
IAP yang saya maksudkan adalah pembelian koin Animus yang perlu kamu pergunakan untuk upgrade senjata, membeli skill “spesial”, membuka slot Assassin serta senjata tambahan, dan lain-lain. Kebutuhan koin yang terkadang tidak sebanding dengan perolehan di saat menyelesaikan misi memaksa untuk melakukan grinding terus menerus atau mencari jalan pintas lewat pembelian IAP yang sangat mahal tadi.
Sekadar informasi saja, Assassin’s Creed Identity awalnya memang dikembangkan sebagai game free-to-play sebelum Ubisoft memutuskan untuk menjualnya dengan harga premium.
Meskipun IAP tersebut awalnya tidak terkesan termasuk mengganggu, namun begitu kamu menyelesaikan sepuluh misi utama dalam mode Campaign, konten Assassin’s Creed Identity secara perlahan mulai diarahkan menuju aktivitas grinding tak berkesudahan, monetisasi DLC, serta pembelian outfit spesial agar Assassin kamu terlihat seperti jagoan utama dari serial Assassin’s Creed di console.
Ke depannya, jika model persaingan leaderboard mulai diterapkan, bisa jadi Ubisoft akan semakin agresif mengimplementasikan monetisasi mereka di Assassin’s Creed Identity. Intinya jika kamu sudah berhasil menamatkan mode Campaign game ini, maka bersiap-siaplah karena sesungguhnya permainan utama dari Assassin’s Creed Identity baru mulai berjalan.
Kesimpulan
Terlepas beberapa kekurangan tadi, Assassin’s Creed Identity sebetulnya adalah game action yang mungkin saja mendapat nilai sempurna jika saja tidak diboncengi monetisasi IAP yang membuat alur permainannya sedikit mirip dengan game freemium di luar sana.
Dengan kelebihannya sebagai game action yang mendekati pengalaman bermain Assassin’s Creed versi console, saya tidak menampik jika ke depannya Assassin’s Creed Identity bisa menjadi kandidat game mobile terbaik di tahun 2016. Kita lihat saja nanti bagaimana perkembangan konten yang dihadirkan Ubisoft, akankah mereka berhasil atau tidak, biar lah waktu yang membuktikan.
Berhubung harganya cukup mahal, untuk saat ini saya sarankan kamu lebih baik menunggu hingga adanya potongan harga atau kemungkinan digratiskannya game ini oleh Ubisoft seperti yang dialami Assassin’s Creed Pirate setahun setelah game tersebut dirilis.
(Diedit oleh Mohammad Fahmi)
The post Review Assassin’s Creed Identity – Game Premium yang Dibebani Skema Freemium appeared first on Tech in Asia Indonesia.