Sebelum saya menuliskan ulasan Red Riding Hood lebih jauh, ijinkan saya berbagi sedikit cerita mengapa ulasan game ini baru keluar beberapa minggu setelah tanggal rilisnya. Alasannya sederhana, karena saya menaruh harapan besar terhadap Red Riding Hood dan menyayangkan jika ia harus diulas beberapa minggu yang lalu. Red Riding Hood, atau selanjutnya akan saya sebut dengan RRH, dirilis sejak tanggal 15 Oktober lalu, dan jujur saja saya langsung tertarik kali pertama saya melihatnya. Sayangnya saya tersandung satu masalah yang sangat berat di sini yaitu kontrol. Ya, kontrol yang merupakan elemen utama dan paling krusial dari sebuah game diimplementasikan dengan sangat buruk di sini.
Tidak hanya kontrol yang dibuat terbalik, di mana kontrol untuk bergerak diletakan di bagian kanan layar dan kontrol lompat di kiri layar (oke, anggap saya membutuhkan sedikit waktu untuk beradaptasi dengannya), karakter kamu yaitu gadis kerudung merah juga bergerak aneh di sini. Ada kalanya ia akan terasa berjalan sangat lambat, ada kalanya ia juga bergerak lincah. Apa yang salah di sini? Setengah jam saya mencoba untuk melompat dari satu platform ke platform lainnya, sayangnya usaha saya hanya berbuah pada kegagalan dan berujung pada rasa frustrasi. Hingga akhirnya saya memutuskan menunggu sang developer untuk mengeluarkan update perbaikan bagi RRH.
Tanggal 25 Oktober kemarin, update pertama RRH dirilis dan tertulis terdapat general performance boost serta customization control yang mengijinkan kamu untuk menukar posisi kontrol yang ada. Sayangnya sekali lagi, saya tidak tahu harus berkata apalagi, di mata saya RRH memiliki grafis yang terbilang cukup menawan dengan nuansa siluet yang manis.
Terlebih soundtrack yang digunakan game ini juga menjadi nilai jual tersendiri yang merupakan daya pikat kenapa saya masih berusaha memainkan RRH. Sayangnya (ya, kamu akan melihat banyak kata ini hingga review selesai) hal itu tidak diimbangi dengan perbaikan dari segi kontrol yang cukup. Sejujurnya RRH bukanlah sebuah game yang tidak bisa dimainkan sama sekali, sama sekali bukan. Sayangnya, sulit bagi saya untuk bisa menikmatinya dengan kontrol yang ada sekarang ini.
Bukanlah suatu masalah jika Whaleo selaku developer tidak menyediakan tombol virtual sebagai kontrol dalam RRH dan menggantinya dengan memanfaatkan potensi layar sentuh. Sesungguhnya saya cukup terkesan saat mengetahui kamu dapat melakukan hal unik dalam segi kontrolnya, sebagai contoh, untuk mengayunkan ayunan, kamu perlu melakukan swipe di layar dengan gerakan seperti sedang berayun. Lalu, menggerakan mobil dengan melakukan swipe perlahan secara diagonal ke arah kanan atas maupun kanan bawah. Itu adalah hal yang sangat menarik.
Namun, tahukah kamu berapa waktu yang saya perlukan untuk menyelesaikan level pertama saja? Hampir 30 menit dan itu belum termasuk trial and error yang sudah saya lakukan beberapa hari sebelumnya. Jika saja kamu mengetahuinya, level tersebut sesungguhnya bisa diselesaikan paling lama 1 menit. Mengapa saya membutuhkan waktu yang sangat lama? Apakah rintangan atau teka-teki yang ada begitu sulit? Jawabnya tidak. Alasannya saya harus berurusan dan berusaha beradaptasi dengan kontrol yang saya gunakan di sini dan itu memakan waktu yang sangat tidak sedikit.
Saya bisa melihat betapa menariknya susunan level dalam RRH dibuat. Sebagai contoh pada level pertama kamu diminta mencari switch untuk menyalakan platform-platform yang ada guna mengambil kunci mobil, lalu dengan mengendarai mobil, kamu harus menyeberangi jurang yang terbilang cukup lebar. Uniknya kamu harus melompat keluar dari mobil beberapa detik tepat sebelum mobil kamu masuk dalam jurang persis seperti adegan-adegan di film action. Bahkan mobil kamu juga bisa melayang (terbang) di sini. Namun apalah arti itu semua ketika kontrol yang ada jauh dari kata nyaman untuk bisa kamu gunakan.
Saya juga dibuat bingung karena ketidakkonsistenan pergerakan karakter dalam game ini. Awalnya saya beranggapan swipe yang saya lakukan bekerja mirip seperti kontrol pada game Can Knockdown 3, di mana kekuatan saya dalam melakukan swipe akan memengaruhi kekuatan lemparan bola saya. Jadi saya mengira semakin kuat saya melakukan swipe, semakin cepat karakter saya berjalan. Sayangnya anggapan saya nampaknya salah, kadang karakter di game ini mau bergerak cepat, kadang ia bergerak sangat pelan.
Yang tak kalah aneh lagi adalah tap untuk melompat, seumur-umur saya bermain game platformer, tombol atau area lompat selalu memberikan hasil lompatan yang konsisten tidak peduli seberapa kuat kamu menekan layar. Sebagai contoh: tap satu kali untuk melompat, double tap untuk double jump, atau tap and hold untuk lompatan lebih tinggi. Namun tidak pernah ada aturan berapa besar tenaga yang kamu keluarkan untuk melakukan tap bukan? Tidak peduli melakukan tap dengan tenaga seorang bayi atau seekor gajah, rasanya sebuah lompatan haruslah memberikan hasil lompatan yang sama.
Kontrol melompat dalam RRH benar-benar aneh. Tap yang kamu lakukan tidak memberikan hasil lompatan yang sama setiap waktu, kadang ia bisa melompat tinggi, kadang ia tidak bisa, bahkan kadang ia juga bisa melakukan triple bahkan quad jump, tapi itu semua tidak bisa dilakukan secara konsisten. Dengan kata lain, selalu berbeda setiap kali kamu melakukan tap. Kadang bisa, kadang tidak, dan jujur saya dibuat bingung sendiri karena hal itu.
Overall, saya benar-benar menghargai kinerja Whaleo, membuat sebuah game memang tidaklah mudah. Tapi untuk sekarang, masih ada banyak hal yang harus diperbaiki dalam RRH terutama dalam segi kontrol dan perbaikan beberapa minor bug. Saya mengapresiasi kinerja yang telah Whaleo lakukan, mungkin mereka ingin memberikan kontrol yang baru dan menarik dalam game mereka. Sayangnya dengan kontrol yang ada sekarang ini, RRH bukanlah game yang sanggup untuk dinikmati saat dimainkan, bahkan oleh hardcore gamer sekalipun.
Apple App Store Link: Red Riding Hood and the Restless Wolves, Rp. 12000
Post Review Red Riding Hood – Ketika Apa Yang Terlihat Tidak Sesuai Dengan Harapan muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.