Oceanhorn: Monster of Uncharted Seas sengaja dipendam cukup lama sebelum review ini dibuat. Alasan utamanya adalah untuk memperkenalkan format baru review kami dan kedua agar saya benar-benar mendapatkan “feel” dari game ini. Ini saya rasa penting karena game ini mendapat sorotan dari berbagai media sebagai kloningan Zelda sehingga dalam berbagai review (termasuk review ini) Oceanhorn terus disejajarkan dengan Zelda. Menurut saya ini merupakan hal yang sebenarnya tidak adil namun sang developer tentunya sudah mengetahui resiko seperti ini semenjak mereka memutuskan untuk membuat game dengan tema Zelda.
Lalu bagaimana dengan Oceanhorn? Apakah ini kloningan dari Zelda? Dari segi gameplay iya, tapi dari segi kualitas konten keduanya masih berada dalam level yang berbeda (dengan Zelda yang lebih unggul tentunya). Namun kali ini saya tidak akan banyak membandingkannya dengan Zelda karena dua hal: Zelda tidak tersedia di mobile (yang berarti ini adalah game termirip Zelda yang bisa kamu dapatkan) dan sementara yang kedua karena developer game ini berhak mendapatkan review yang tidak dibayang-bayangi oleh game sebesar Zelda.
Gameplay
Oceanhorn dibuka dengan alunan musik yang slow dan sedikit sedih. Tidak lama setelah itu kamu pun akan melihat sebuah penggalan cerita dimana karakter utama kita yang sedang tidur ditinggal oleh ayahnya. Kamu akan bangun keesokan harinya dan menemukan bahwa sang ayah telah pergi dan hanya meninggalkan kalung ibu kamu dan sebuah jurnal. Dari sini kamu akan mulai menjelajah dunia Oceanhorn yang luas dan mencari tahu alasan kepergian sang ayah. Ceritanya memang tidak terlalu menarik namun cukup sebagai modal awal dari game ini.
Oceanhorn bisa dibilang mengikuti pola gameplay Zelda dan juga ribuan game action adventure lainnya dimana kamu akan berbicara dengan NPC, melakukan eksplorasi, menyelesaikan puzzle, melawan musuh, naik level dan kembali berulang terus menerus. Namun semuanya dibuat dalam tahap kasual sehingga dapat dinikmati oleh semua golongan pemain. Saya bilang kasual karena baik puzzle dan sistem fighting dari game ini pun terbilang mudah dan tidak rumit.
Kamu biasanya hanya perlu menekan tombol untuk membuka sebuah platform atau puzzle ringan seperti mendorong box dengan urutan yang benar. Bagi pemain game action adventure hardcore, puzzle ini akan sangat terasa hambar. Kadang teka-teki yang ada sudah sangat jelas terlihat cara penyelesaiannya tetapi kadang perlu sedikit memutar otak.
Sistem pertarungannya pun terbilang cukup menyenangkan walaupun tidak pernah menjadi bagian penting dari game ini. Kamu akan diberikan tombol serang dan juga tombol bertahan. Seharusnya keduanya dapat digunakan secara taktikal namun cara terbaik untuk mengalahkan musuh adalah dengan memukul pertama kali dan terus menyerang sampai musuh mati.
Memang terkadang kamu harus menggunakan shield namun itu dalam kasus tertentu saja. Selain musuh biasa kamu juga tentu saja harus melawan boss. Tetapi saya merasa boss dalam game ini tidak terhitung sulit dengan catatan kamu mengetahui bagaimana cara boss tersebut menyerang dan memanfaatkan kelemahannya.
Desain map dan dungeon dalam game ini terbilang baik. Walaupun kamu bisa merasakan bahwa kotanya cukup kecil namun untungnya tidak dengan dungeon. Tidak seperti game mobile lainnya, dungeon dalam game ini dibuat dengan lebih luas dan non-linear atau setidaknya tidak terasa linear. Kamu juga tidak akan menemukan terlalu banyak bagian dari game ini yang mengharuskan kamu untuk kembali ke titik awal hanya untuk membuka pintu setelah mendapatkan kunci di ujung map/dungeon yang mana sangat saya benci.
Tidak seperti game mobile lainnya dungeon dalam game ini dibuat dengan lebih luas dan non-linear.
Eksplorasi kota juga sebenarnya cukup menyenangkan. Kamu dapat melihat bahwa lingkungan tidak dibuat dalam sebuah tingkatan yang sama, kamu akan selalu menemukan tangga atau turunan dan berbagai jalan tikus.
Sepanjang waktu kamu akan dibuat bertanya-tanya bagaimana saya mencapai tempat tersebut padahal nampaknya tidak ada jalan sama sekali. Di sinilah kamu akan dipaksa oleh game ini untuk menjelajah setiap tempat dan mencoba berbagai macam cara mulai dari memasang bom sampai dengan menebas secara gila-gilaan dan berharap sesuatu terjadi.
Hal inilah yang membuat saya kembali merasakan nostalgia dengan tipe-tipe game zaman dulu yang kurang lebih mempunyai pola yang sama dengan Oceanhorn. Tidak ada yang namanya point biru menyala dalam map yang akan memberitahukan kamu harus kemana atau waypoint. Semua harus kamu cari tahu dan jelajah sendiri. Walaupun sebenarnya cukup jelas jika kamu benar-benar menyimak jalan cerita gamenya.
Berbicara mengenai penjelajahan, lanskap dari Oceanhorn terdiri dari pulau-pulau yang dapat kamu kunjungi dengan sebuah perahu. Sistem seperti ini sangat mirip dengan Wind Walker (Zelda), tapi untuk adilnya RPG Ni No Kuni pun menggunakan sistem yang kurang lebih mirip. Selama kamu menuju pulau lain (yang mana sebenarnya tidak jauh) kamu dapat menembak untuk menghancurkan beberapa penghalang. Setiap pulau juga memiliki persentase penyelesaian sehingga kamu dapat melakukan estimasi berapa sisa quest yang belum kamu ambil di pulau tersebut.
Kontrolnya juga tidak bisa dibilang sempurna namun terasa cukup baik, walaupun terkadang saya sering disulitkan. Sebagai contoh ketika kamu sedang asik-asiknya melawan musuh, kamu bisa tidak sengaja mengangkat sebuah pot yang kebetulan berada di dekat kamu (jarang, tapi pernah terjadi). Ini karena tidak ada tombol berbeda untuk mengangkat benda dengan tombol serang, semua dilakukan dengan satu tombol.
Presentation
Dari pertama kali game ini dimulai kamu akan langsung menyadari bahwa Oceanhorn adalah game yang indah. Semuanya dibuat dengan detail namun pada saat yang sama juga tidak terlalu padat dengan hal yang tidak penting. Ini menjadikan Oceanhorn dapat berjalan dengan cukup smooth bahkan ketika dimainkan di iPhone 4s yang sudah berumur 2 tahun. Seperti yang saya bilang di atas desain dari dungeon dan town map juga terlihat dibuat dengan usaha dan bukan asal-asalan. Ini menjadikan Oceanhorn salah satu game dengan grafis terbaik (dipandang dari keseluruhan aspek) yang pernah ada di iPhone & iPad.
Untuk urusan sound dan musik Oceanhorn jelas berada di kelas atas. Hal ini tidak mengherankan mengingat nama besar Nobuo Uematsu dan Kenji Ito yang berada dibalik game ini. Nobuo Uematsu adalah pria dibalik nama besar Final Fantasy sedangkan Kenji Ito adalah pria dibalik game SaGa dan juga 30 game terkenal lainnya. Komposisi musik dan suara mereka mampu mengangkat Oceanhorn menjadi game yang jauh lebih berkualitas, kamu akan dibuat larut ke dalam beberapa adegan dari game ini hanya dengan mendengar alunan musiknya saja.
Pricing & IAP
Oceanhorn: Monster of Uncharted Seas tersedia dengan harga Rp. 89.000. Ini memang sebuah harga yang jauh berada di atas game rata-rata, tapi ingat bahwa kamu juga akan memainkan game dengan kualitas yang berada jauh di atas rata-rata. Jalan cerita game ini dapat ditamatkan dalam jangka waktu 11-14 jam, namun itupun sudah pasti tidak akan mencapai 100% penyelesaian game. Artinya akan dibutuh waktu tambahan untuk menjelajahi keseluruhan gamenya sehingga mencapai 100% penyelesaian. Game ini juga tidak menggunakan IAP dalam bentuk apapun sehingga Rp. 89.000 yang kamu keluarkan akan menjadi pengeluaran terakhir kamu untuk game ini.
Pertanyaan besarnya, apakah game ini worth dengan harganya yang Rp. 89.000? Secara pribadi saya merasa harga Rp. 69.000 adalah harga yang paling pas, namun saya juga menyadari bahwa selama saya mempunyai iPhone, saya sudah menghabiskan lebih dari Rp.89.000 untuk membeli game-game yang bahkan tidak memiliki 1/4 tingkat keseruan game ini.
Verdict
Oceanhorn adalah game yang cukup ambisius dan dalam beberapa hal game ini mampu memenuhi ekspektasi saya
App Store Link: Oceanhorn, Rp 89.000
Oceanhorn adalah game yang cukup ambisius dan dalam beberapa hal game ini mampu memenuhi ekspektasi saya. Namun seiring kamu bermain maka kamu akan merasa bahwa game ini terasa sayang jika hanya memiliki gameplay yang kasual seperti ini. Oceanhorn sudah mempunyai grafis yang mantap, musik yang luar biasa, map yang cukup luas dan user interface yang cocok untuk mobile device. Hal terakhir yang diperlukan adalah tingkat puzzle yang lebih menantang dan pertarungan yang lebih sulit.
Bagi kamu gamer kasual sampai midcore yang ingin mencoba Oceanhorn maka saran saya adalah membelinya dan memainkannya sampai selesai untuk benar-benar mengerti keindahan game ini (mengingat gameplay game ini yang cukup panjang). Bagi kamu fans Zelda yang tidak bisa berhenti mencari perbandingan dan kesamaan antara dua game ini maka sebaiknya kamu lewati game ini karena Oceanhorn adalah Game Zelda tanpa Zelda.
Click here to view the embedded video.
Post Review Oceanhorn: Monster of Uncharted Seas muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia.